Tittle:
SAVIOR
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-hurt-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
Terkadang
aku bertanya-tanya di dalam hati,
Mengapa
kau selalu bisa menemukan segala hal yang kusembunyikan dari dunia luar?
Bagaimana
bisa kau menjadi seseorang yang paling mengerti tentangku?
Sedang
setiap saat kita bertatap muka hanya pertengkaran saja yang ada..
.
.
.
“Ya, Kim Jaejoong! Jadi ke kantin tidak?”
Namja cantik itu menolehkan kepalanya,
memandang Park Yoochun—sahabat dekatnya—yang sedang berdiri di pintu kelas
bersama Changmin—yang juga sahabat dekatnya—.
Jaejoong tersenyum lebar seraya
merapikan peralatan tulisnya ke dalam tas.
“Jadi!” Seru namja cantik itu memakai tas ranselnya.
“Aku ikut! Tunggu aku!” Teriak Junsu yang duduk tidak jauh dari
Jaejoong.
Namja imut itu memasukkan seluruh
barangnya ke dalam tas tanpa menyusunnya terlebih dahulu.
Membuat Jaejoong berjengit menatapnya.
“Ya, Kim Junsu, neo micheosseo? Kau bahkan tidak memastikan apakah
pulpenmu sudah tertutup atau belum” Tegur Jaejoong seraya menghampiri Junsu.
“Gwenchana, kita kan tidak ada kelas lagi setelah ini, hahaha” Tawa
Junsu yang sudah memakai tasnya.
Yoochun dan Changmin hanya saling
melirik satu sama lain kemudian menatap jengah namja imut itu.
Junsu memang selalu tidak peduli
terhadap hal-hal kecil.
Taruhan, pria imut itu pasti akan lupa
untuk membereskan isi tasnya yang berantakan di rumah nanti sehingga besok ia
akan panik karena tidak bisa menemukan apa yang ia cari di dalam tasnya.
Sudah menjadi keseharian Junsu sejak
awal perkuliahan dimulai.
“Yo! Lama sekali kalian keluar!” Seru Jonghyun melambaikan tangannya.
Jaejoong yang melihat teman-teman
kampusnya sudah berkumpul di satu meja segera tersenyum ceria.
“Profesor Kang itu lama sekali mengajarnya, menyebalkan sekali” Gerutu
Changmin yang sudah mengambil kursi di samping Taemin.
“Kelasku tidak masuk hari ini, hahaha, dosennya tidak datang” Ujar
Seungyoon tertawa.
“Apanya yang tidak datang eoh? Kau memang tidak pernah ada kelas,
jurusan musik memang selalu sesukanya” Ledek Junsu mendelik.
Seungyoon berdecak seraya mengangkat
sumpitnya seolah-olah ia akan memukul pria imut itu.
“Bubur abalone? Kau seperti
bayi saja”
Eoh?
Jaejoong menghela nafas kesal ketika
suara bariton itu menyapa telinganya.
Demi dewa gajah, Jaejoong sudah bosan
mendengar suara si mahasiswa kelas bisnis yang entah bagaimana bisa menjadi
bagian dari teman-teman perkumpulannya di kampus.
Jung Yunho tidak pernah bisa berhenti
mengganggunya sejak hari pertama mereka bertemu.
“Diamlah Jung Yunho, mulutmu itu seperti ahjumma penggosip saja” Gerutu
Jaejoong tidak senang.
“Apa gigimu sudah tidak ada lagi? Siang-siang begini makan bubur” Balas
Yunho seraya duduk di samping Jaejoong, sementara anak-anak yang lain sudah
sibuk dengan makanan mereka.
“Ya, gigiku sudah tidak ada lagi, hilang, hilang semuanya”
“Hahaha, lucu sekali, kau begitu sensitif seperti wanita”
“Apa kau tidak punya telinga dan ingatan eoh? Sudah berapa kali
kuberitahu jangan menyebutku seperti itu! Kau ini benar-benar—”
“Tampan dan mengagumkan, ya, aku tahu itu”
Ukh.
Pelipis Jaejoong berdenyut.
Namja cantik itu mendorong mangkuk
buburnya hingga membentur mangkuk salad Yunho.
Membuat dahi Yunho mengernyit kepada
Jaejoong—tapi detik berikutnya ia sudah berteriak-teriak melihat perbuatan
bar-bar Jaejoong yang sudah menuangkan buburnya di atas salad buah milik Yunho.
“NEO MICHEOSSEO?!” Teriak Yunho marah.
Jaejoong mengangkat bahu.
Ia tersenyum miring menatap wajah merah
Yunho.
“Kudengar makanan campuran bisa membuatmu bertambah tampan setiap satu
jam sehari” Gumamnya ringan.
Yunho baru saja akan membuka mulutnya
untuk memaki namja cantik itu, namun Jaejoong sudah lebih dulu beranjak dari
duduknya dan menepuk bahu Jonghyun.
“Aku duluan!” Serunya santai.
Kim Jonghyun mengangguk.
Namja berambut brunette itu melirik Yunho yang sudah siap untuk meledak dan
beralih menatap teman-temannya yang sudah terkikik geli di kursi mereka
masing-masing.
Aih. Jung Yunho dan Kim Jaejoong itu.
Jonghyun menggelengkan kepalanya.
.
.
.
“Oh, neo wasseo?”
Kim Heechul tersenyum manis mendapati putra
kesayangannya sudah pulang.
Jaejoong mengangguk dan memeluk wanita
paruh baya itu sebelum ia melepaskan tasnya dan berlari memasuki kamar.
“Uri Joongie sudah pulang, Umma?” Tanya Yorin—kakak Jaejoong—yang baru
saja keluar dari dapur.
Heechul mengangguk dan menyusul Yorin
ikut duduk di sofa ruang tengah.
“Tidak biasanya anak itu pulang jam segini, biasanya ia selalu sibuk”
Komentar wanita berambut pendek itu seraya mengambil potongan buah segar yang
ada di atas meja.
“Umma! Cemilan hari ini apa?” Seru Jaejoong yang sudah keluar dari
kamarnya.
“Salad buah, kka” Sahut Heechul seraya mengajak Jaejoong untuk duduk di
dekatnya.
Namja cantik itu menaikkan alisnya
melihat semangkuk penuh potongan buah yang ada di hadapannya.
Kemudian ia tersenyum geli mengingat
wajah lucu Yunho tadi di kantin.
Ah, lelaki tampan itu—salad buah adalah
makanan kesukaannya.
“Umma, masih ada banyak tidak di kulkas?” Tanya Jaejoong seraya mencomot
potongan buah berlumur yogurt itu.
“Masih, kau tahu kalau Nunamu sudah mengidam ia selalu ingin banyak”
Balas Heechul tersenyum kepada Yorin.
Jaejoong tertawa seraya mengusap perut
Nunanya.
“Semoga saja keponakanku ini tidak tumbuh seperti Changmin! Ahahahaha”
Seru Jaejoong geli.
Yorin mendengus dan memukul lengan
adiknya seraya mencibir.
Seperti Changmin? Yang benar saja!
Gerutu yeoja cantik itu dalam hatinya.
“Nuna yeoppo, aku minta saladnya sedikit untuk besok boleh ya?” Ujar
namja cantik itu tersenyum manis.
“Mwoya? Setelah mengatai anakku sekarang kau bermanis-manis padaku eoh?”
Sungut Yorin kesal.
“Aku hanya minta sedikit kok, jangan pelit begitu Nuna, nanti anakmu—”
“Ambil saja semua salad itu, Kim Jaejoong! Berhentilah mengatai
keponakanmu sendiri! Aish! Umma! Lihat kelakuan anak kesayanganmu itu!”
Heechul memukul kepala Jaejoong hingga
namja cantik itu menjerit kesakitan.
“Jangan mengganggu cucuku, Joongie, kau ini, mahasiswa tapi kelakuanmu
seperti anak-anak!” Seru wanita cantik itu melotot.
Jaejoong hanya tertawa mendengarnya.
Ia sudah berlari menuju dapur dan
memeriksa sisa salad buah milik Yorin.
Ia akan membawa buah tersebut ke kampus
besok dan memamerkannya di hadapan Yunho.
Menarik, namja tampan itu pasti akan memohon
kepadanya agar bisa mencicipi salad buah ini.
Jaejoong jadi tidak sabar.
-------
“Yo! Jae Hyung!”
“Hei, Suga! Tidak ada kelas siang ini?”
“Bukankah jurusan musik memang tidak pernah ada kelas? Itu kan, yang
selalu kalian katakan?”
Jaejoong tertawa dan segera merangkul
namja berambut biru itu.
Suga memang mahasiswa musik yang unik.
Ia bertemu Suga setahun yang lalu di
acara bakti sosial—dan Jaejoong langsung menyukainya karena Suga—yang entah
bagaimana—memiliki banyak pengetahuan tentang hal-hal aneh.
“Lalu, apa di sana juga tidak ada kantin eoh? Kalian selalu saja
menjajah kantin kami” Ujar Jaejoong tertawa.
“Kau tidak tahu saja kalau kantin jurusan musik itu yang terbaik” Balas
Suga membenarkan tas gitarnya di punggung.
“Itu mereka!”
Namja cantik itu melepas rangkulannya di
bahu Suga dan segera ber-high five dengan
Seungyoon yang duduk di samping Jonghyun.
Ia segera mengambil kursi yang paling
ujung dan melepas tasnya.
“Mana Yoochun, Changmin, dan Junsu?” Tanya Jonghyun yang baru saja
mendapatkan makanan pesanannya.
“Masih di kelas, Profesor Hwang memanggil mereka untuk membahas mengenai
ujian perbaikan” Ujar Jaejoong tersenyum cerah—mengingat hanya ia di antara
ketiga sahabatnya yang berhasil lulus di ujian mata kuliah Profesor cerewet
itu.
Namja cantik itu mengeluarkan kotak
bekalnya dan menaikkan alisnya seraya memperhatikan teman-temannya yang sudah
mulai memakan makanan mereka masing-masing.
“Yunho tidak ke kantin ya? Apa ia masih ada kelas?” Tanya Jaejoong
bingung.
“Wae? Kau rindu padanya?” Balas Suga tertawa.
Jaejoong mendelik.
“Ia mengikuti rapat untuk acara bakti sosial yang berikutnya” Ujar
Jonghyun menyeruput mie dinginnya.
“Oh, aku lupa memberitahu Yunho kalau kita semua sudah sepakat untuk
tidak mengikuti bakti sosial kali ini” Ucap Seungyoon membulatkan mata
sipitnya.
Jaejoong dan Jonghyun saling melirik dan
menghela nafas.
“AH! Salad buah rumahan yang super lengkap!”
Jaejoong, Jonghyun, Suga, dan Seungyoon
tersentak kaget ketika suara teriakan itu membahana di kantin.
Sementara si pemilik suara sudah
melompat duduk di samping Jaejoong dan merebut kotak bekal namja cantik itu.
“Yah! Jung Yunho! Kau ini sama sekali tidak punya sopan santun, eoh!”
Pekik namja cantik itu memukul punggung Yunho kesal.
“Enak! Segar sekali! Siapa yang membuatnya?” Seru Yunho senang.
“Uri Umma, kemarin Nunaku mengidam, YA! Jangan dihabiskan! Kembalikan!”
“Kau ini pelit sekali, Jaejoongie”
“Kalau mau pesan saja seperti biasa, ini milikku!”
“Tapi aku maunya punyamu, itu enak sekali”
Huh, Jaejoong tersenyum sombong.
Ia mengangkat kotak bekalnya dan menatap
Yunho dengan seringaian liciknya.
Suga dan Seungyoon sudah memutar bola
mata mereka melihat kelakuan kedua pemuda menarik itu.
“Baiklah,
tapi tidak gratis”
“Dasar licik!”
“Apa kau bilang?”
“Tidak ada”
“Menyebalkan, dari semua manusia di muka bumi ini hanya kau yang tidak
bisa bernegosiasi denganku, mulutmu itu lancang sekali!”
“Baiklah, aku serius, apa yang harus kubayar untuk salad buah super
lezat itu, eoh?”
“Aku ingin membeli tas moldir yang terbaru, tapi uangku tidak cukup”
Jonghyun tertawa mendengarnya.
Oh, come
on, mereka semua tahu betapa kayanya Jung Yunho itu.
Membeli moldirnya pun Yunho bisa
melakukannya semudah membalikkan telapak tangan.
“Deal” Balas Yunho cepat.
Jaejoong terkejut saat Yunho merebut
kotak bekalnya secepat kilat.
Ia terdiam memandang Yunho yang sudah
melahap salad buah tersebut dengan mata yang berkilat-kilat senang.
Aigoo.
Selezat itukah salad buah buatan ibunya?
Jaejoong tersenyum manis.
“Yunho, bagaimana kalau mulai sekarang aku membawakan salad buah untukmu
setiap hari?”
MWO?
Namja tampan itu terbatuk seraya
memukul-mukul dadanya—ia baru saja tersedak buah anggur.
Sementara Suga dan Seungyoon sudah
menatap tidak percaya namja cantik itu.
Apa kepalanya terbentur sesuatu?
“Jeongmall?!” Seru Yunho tersenyum senang.
Membuat Jaejoong tertawa karena bibir
seksi itu berlepotan yogurt.
“Ya, tentu saja” Balas Jaejoong mengangguk.
“Gomawo Jaejoongie! Ternyata kau baik juga ya, kupikir—”
“Tapi tentu saja, Yunho ah, tidak ada yang gratis di dunia ini, iya kan guys?”
Suga dan Seungyoon hanya menatap malas
namja cantik itu.
Mereka kembali menikmati makanan mereka.
Sementara si brunette Jonghyun sudah sibuk dengan kepiting asam manisnya.
“Hampir saja aku memuji-mujimu, ternyata kau ini tidak ada bedanya
dengan wanita-wanita di luar sana, apa itu sudah sifat dasarmu sebagai seorang
wanita, eh?” Ujar Yunho mendengus dan menyendok buah terakhirnya.
“Apa katamu?! YA! Asal kau tahu saja ya, aku bisa membeli semua barang
yang kuinginkan dengan uangku sendiri! Tapi Umma membatasi uang jajanku!” Seru
Jaejoong kesal.
“Itu karena kau begitu boros, seperti ibu-ibu rumah tangga saja, apa kau
harus membeli pembalut juga eh?”
“AISH JUNG YUNHO SEKYA!!”
Yunho menutup kotak bekal milik Jaejoong
dan tertawa lepas.
Ia tidak pernah tahan melihat wajah
marah Jaejoong.
Pipi apel itu akan memerah dengan mata
yang mendelik tajam.
What
a cute.
“Ada apa ini? Teriakanmu terdengar sampai ke luar kantin” Ucap Yoochun
memukul kepala Jaejoong.
Namja cantik itu mengaduh.
Menatap ketiga sahabat dekatnya yang
sudah duduk di seberang meja.
“Hei Suga! Sudah lama tidak melihatmu, hibernasi eoh?” Ujar Junsu
memiringkan kepalanya hingga ia dapat melihat wajah Suga yang terhalang tubuh
Seungyoon.
“Kupikir kau sudah dikeluarkan dari kampus, hahahaha” Tawa Changmin yang
sudah membuka buku menu.
Namja berambut biru itu melirik Jaejoong
yang sudah mengadu kepada Yoochun tentang betapa lancangnya mulut namja tampan
itu.
Kemudian ia menatap Junsu dan tersenyum
lucu.
“Aku ketiduran, hahahaha, daripada datang terlambat lebih baik tidak
usah datang sekalian, jadi aku tidur sampai sore!” Tawa namja berambut biru itu
senang.
“Kau bisa cepat mati kalau kerjamu hanya tidur terus, bocah nakal!” Seru
Seungyoon memukul kepala Suga.
Tapi Suga tidak peduli.
Ia hanya mengindikkan bahunya dan
kembali memakan rotinya.
Jonghyun diam-diam beranjak dari
kursinya.
Ia berlari kecil menuju sang pemilik
kantin dan mengambil sesuatu dari sana.
Changmin dan Junsu sudah saling melirik
satu sama lain saat melihat Jaejoong yang sudah kembali bertengkar mulut dengan
Yunho.
Namja cantik itu bahkan tidak sadar
kalau Jonghyun sudah tidak ada lagi di sampingnya.
Seungyoon memindahkan piring-piring yang
ada di meja mereka ke meja sebelah dengan bantuan Suga.
Sementara Jonghyun sudah kembali dengan
kue strawberry shortcake di tangannya.
“Pokoknya jangan sampai kau salah beli, Yunho! Tasnya warna putih dan—”
“Happy birthday, Kim
Jaejooooong~!!”
DEG.
Namja cantik itu terkejut dan
membulatkan mata besarnya mendengar suara teriakan dari teman-temannya dan
suara terompet yang memekakkan telinga.
Ia menoleh dan refleks berdiri dari
duduknya melihat kue yang sangat cantik dengan lilin yang menyala di atasnya.
Teman-temannya tersenyum lebar—dan Yunho
sudah ikut berdiri seraya menepuk-nepuk kepala Jaejoong dengan lembut.
“Happy birthday, Jaejoong”
Ucap namja tampan itu tulus.
Jantung Jaejoong berdebar kencang.
Ia menatap mereka semua termasuk Yunho
dengan mata besarnya yang berkaca-kaca.
“Sial—aku lupa kalau ini hari ulang tahunku” Lirih Jaejoong tertawa—dengan
mata bulatnya yang basah—.
Junsu sudah mendekati namja cantik itu
dan memeluknya erat sampai Jaejoong berhasil mengendalikan air mata bahagianya.
Jonghyun meletakkan kue tersebut di atas
meja dan mereka semua bertepuk tangan setelah namja cantik itu meniup lilinnya.
Changmin melonjak-lonjak tidak tahan di
tempatnya—ia dan Suga sudah memperebutkan buah strawberry paling besar yang ada di atas kue sejak mereka membeli
kuenya.
“Ini sup rumput lautnyaa!” Seru Yoochun seraya menyodorkan semangkuk sup
rumput laut yang sudah dipesankan Yunho sebelum namja tampan itu duduk di
samping Jaejoong.
Namja cantik itu tersenyum senang.
Pipinya terasa hangat melihat kebaikan
teman-temannya.
Ia segera menyendok sup rumput lautnya
dan membiarkan Junsu memotongkan kuenya karena Changmin dan Suga begitu
berisik.
Jonghyun sudah kembali duduk di kursinya
dengan tidak sabar karena ia belum berhasil membelah kepiting asam manisnya
sejak tadi.
“Jaejoong, kita akan berkaraoke setelah ini, kau bisa—”
DRRTT...DDRRTT...
Jaejoong menahan ucapan Yunho dengan
telapak tangannya saat ponselnya bergetar di saku jaketnya.
Namja cantik itu mengeluarkan ponselnya
dan melihat nama Ummanya berkedip-kedip di layar ponsel tersebut.
Yunho hanya tersenyum saat Jaejoong
menepuk bahunya dan berjalan menjauhi teman-temannya.
“Siapa?” Tanya Yoochun yang sedang mengunyah kuenya.
“Heechul Ahjumma” Balas Yunho seraya beranjak dari kursinya.
“Yah! Yah! Eodiga?” Seru Changmin heboh.
Yunho mengindikkan bahunya dan tertawa
geli mendengar suara teriakan Changmin di belakang sana ketika kakinya sudah
berlari menjauh.
Namja tampan itu menolehkan kepalanya ke
kiri dan kanan—mencari sosok Jaejoong yang memakai jaket berwarna hijau hari
ini.
Tapi Jaejoong tidak terlihat di mana pun,
apakah ia sudah pulang? Pikir Yunho bingung.
Namja tampan itu terus berjalan cepat di
sepanjang koridor fakultas—sampai kemudian ia mendadak menghentikan langkah
kakinya saat matanya menangkap taman belakang fakultas yang selalu sepi.
Yunho memutuskan untuk berjalan ke sana
mengingat hanya tempat ini yang tersisa untuknya menemukan Jaejoong.
Oh—
Namja tampan itu tersenyum tipis saat
mata musangnya melihat seseorang yang sedang duduk di kursi taman.
Ia hendak menghampiri Jaejoong—tapi
kemudian ia memutuskan untuk menunggu saja di kursi yang tidak jauh dari namja
cantik itu.
“Ne, gomawo Umma, kupikir kalian melupakan hari ini”
Yunho kembali tersenyum saat ia
mendengar percakapan Jaejoong di sana.
Namun senyum itu tidak bertahan lama
saat mata musangnya memperhatikan perubahan drastis di wajah cantik itu.
Jaejoong terlihat kaget—dan suaranya
tercekat.
Yunho sudah berdiri dari duduknya, namun
kakinya tidak dapat melangkah sedikitpun ketika matanya menatap air mata yang
jatuh membasahi wajah cantik Jaejoong.
“—Umma..Andwae Umma—Ini..Ini hari ulang tahunku..Kenapa—Hiks..”
Namja cantik itu terisak sedih di
kursinya.
Ia menggigit bibir bawahnya
erat—membiarkan air matanya berjatuhan dengan cepat.
“Aku tidak mau! Aku tidak ingin menikah dengannya! Kenapa Appa harus
berhutang padanya?!”
DEG.
Yunho terkejut mendengar teriakan marah
Jaejoong.
Mata musangnya membulat sempurna.
A—apa?
Menikah?
BRAKK!
Jaejoong melempar ponselnya.
Ia mencengkram rambutnya erat dan
terisak sedih. Tangisnya pecah dalam hening.
Dadanya terasa sesak dan matanya
buram—tidak ada yang bisa ia lihat kecuali warna tidak jelas yang ditimbulkan
oleh air matanya.
Namja cantik itu meraung penuh amarah
hingga wajahnya memerah padam.
Yunho bergeming.
Namja tampan itu hanya berdiri diam
melihat Jaejoong yang menangis di sana.
Memperhatikan bagaimana sedihnya
tangisan pria cantik itu.
Jaejoong menutup wajahnya dengan tangan.
Isakan-isakan keras tidak berhenti
keluar dari mulutnya.
Tenggorokannya mulai terasa sakit—tapi
ia tidak bisa berhenti.
Ia tidak ingin menikah!
Tidak dengan orang lain!
Karena ia telah mencintai seseorang di
dalam hatinya.
Seseorang yang hanya ia yang tahu.
DRRTTT...DDRRTT...
Yunho menunduk, melihat ponselnya yang
bergetar di saku celananya.
Namja tampan itu mengeluarkan ponsel
tersebut dan segera menjawab panggilan dari Junsu.
“Yun, kenapa lama sekali? Jaejoong
juga belum kembali, kita jadi karaoke, kan?”
Mata musang Yunho bergerak pelan, memperhatikan
tangis Jaejoong yang mulai mereda.
Namja cantik itu tampak kelelahan.
“Aku bersama Jaejoong sekarang, maaf Junsu, kami tidak bisa ikut
karaoke”
“E-eh? Kenapa? Ada apa?”
“Nanti kuhubungi lagi, jangan katakan pada siapapun kalau Jaejoong bersamaku”
Sambungan telepon itu terputus oleh
Yunho.
Namja tampan itu menyimpan kembali
ponselnya dan berjalan menghampiri Jaejoong.
Pria cantik itu sudah tertidur dengan
bekas air matanya yang masih basah.
Yunho hanya memandang wajah cantik itu
dalam diam.
Lalu mengulurkan tangannya mengeringkan
wajah Jaejoong dari jejak air matanya.
Mata musang Yunho
mengerjap—memperhatikan wajah cantik Jaejoong dengan tatapan terlembut yang ia
punya.
Kemudian ia menunduk untuk mengecup
singkat bibir merah Jaejoong yang basah.
“Berhentilah menyimpan segalanya sendiri, Jaejoongie, kau tidak akan
sanggup” Bisik Yunho lirih.
Ia mendekat dan menggendong Jaejoong di
punggungnya.
“Aku bersamamu, tenanglah”
-------
Jaejoong mengerjap-kerjapkan matanya
yang terasa berat dan perih.
Tangannya mencengkram selimut putih
tebal yang membalut tubuhnya.
Ia mengernyit ketika pandangannya jelas
sepenuhnya.
Mata besarnya melihat sebuah jendela
kaca yang sangat besar di hadapannya.
Tampak langit yang sudah berwarna
keemasan di luar sana.
Jaejoong tidak tahu ia sedang berada di
mana sekarang. Dan ia sama sekali tidak peduli.
Dadanya masih terasa sesak dan
menyakitkan. Akan lebih bagus lagi kalau ia dihadapkan dengan kenyataan di mana
ia tidak bisa lagi pulang ke rumah selama-lamanya.
CKLEK.
“Kau sudah bangun?”
DEG!
Mata besar Jaejoong refleks membulat
ketika pintu terbuka dan suara bariton yang sudah sangat ia kenal itu menyapa
telinganya.
Namja cantik itu masih berbaring miring
menghadap ke arah jendela.
Ia sama sekali tidak berminat untuk
berbalik atau apapun itu.
Tenaganya seolah hilang entah ke mana.
Jaejoong mendengar suara langkah kaki
yang semakin mendekat.
Lalu ia bisa melihat dengan jelas sosok
Yunho yang menjulang tinggi di hadapannya.
Namja tampan itu segera mendudukkan
dirinya di pinggir ranjang tepat di sisi Jaejoong.
Ia tersenyum melihat senyum tipis yang
terukir di bibir ranum itu.
“Kau terlihat lelah” Bisik Yunho mengelus pipi Jaejoong.
“Hm” Gumam namja cantik itu pelan.
“Kau tidak ingin bertanya? Terbangun di tempat asing dan melihatku di
sini”
“Tidak..Aku tidak peduli..”
Yunho masih mengelus pipi apel Jaejoong
dan memperhatikan mata besar yang sudah beralih memandang jendela di
hadapannya.
Beberapa saat kemudian pria tampan itu
terkejut ketika jarinya bersentuhan dengan sesuatu yang cair dan hangat.
Jaejoong hanya diam—membiarkan air
matanya kembali jatuh membasahi kulitnya.
Tidak mengacuhkan rasa perih yang
membakar kelopak matanya yang sudah bengkak itu.
“Hei..” Panggil Yunho pelan.
“Aku tidak ingin menikah, Yunho..Tidak..” Bisik Jaejoong tercekat.
Air matanya jatuh semakin banyak dan
isakannya mulai terdengar di telinga Yunho.
Namja tampan itu meraih tangan Jaejoong
dan menariknya untuk duduk.
Ia segera membawa namja cantik itu tenggelam
ke dalam pelukannya.
Jaejoong memeluk leher Yunho dengan
kedua tangannya.
Bahunya bergetar—membuat Yunho sungguh
tidak tega.
Namja tampan itu mengusap punggung namja
cantik itu dan mengecup lembut pelipisnya.
“Tenanglah, Jae”
“Aku..Hiks..Aku tidak ingin menikah..Yu—Yunho..Hiks..Yunho..”
“Ssh, tutup matamu, berhentilah menangis”
“Yunho..Hiks..Aku..Hiks..Aku tidak—”
“Ya, Joongie, aku tahu. Tutup kembali matamu sebelum matamu terluka, kau
butuh tidur yang panjang”
Yunho merasakan pelukan di lehernya
semakin erat dan beberapa saat kemudian pelukan tersebut terasa melemah.
Hingga kedua tangan Jaejoong terjatuh ke
bawah dan kepalanya membentur bahu Yunho.
Setelah memastikan namja cantik itu
terlelap dengan pulas, Yunho kembali membaringkan Jaejoong ke atas ranjang dan
menghela nafas pendek.
“Kau tidak tahu kan? Sudah berapa lama aku jatuh cinta kepadamu, Kim
Jaejoong?” Bisik Yunho tersenyum.
Ia menunduk, mencium dahi namja cantik
itu dengan lembut.
“Kau akan terkejut kalau kau tahu” Gumamnya seraya merapikan poni
Jaejoong yang berantakan.
-------
Wanita cantik itu mendesah pendek dan
mengetuk pintu kamar Jaejoongnya dengan pelan pagi ini.
Ia begitu khawatir dengan keadaan putra
kesayangannya—setelah seorang namja tampan yang tidak pernah Heechul lihat
selama ini mengetuk pintu rumahnya pukul 3 pagi dengan Jaejoong yang berada di
dalam gendongannya.
Ia menyesal sudah memberitahukan kabar
perjodohan Jaejoong melalui ponsel, seharusnya ia berbicara langsung dengan
namja cantik itu.
“Joongie, kau sudah bangun? Buka pintunya untuk Umma, sayang” Ujar
Heechul cemas.
Namja cantik itu tidak menyahut sama
sekali.
Jaejoong memilih untuk merapatkan
bibirnya dan bergelung di balik selimut tebalnya.
Memperhatikan meja belajarnya yang
dipenuhi buku komik.
Ia menghela nafas panjang dan
membalikkan tubuhnya ke arah pintu kamar.
“Kalau kau tidak ingin berbicara dengan Umma, baiklah, Umma mengerti.
Tapi setidaknya keluarlah untuk makan siang Joongie. Dan masalah pernikahanmu
nanti—keluarga Choi akan berkunjung malam ini untuk membahasnya”
Mata besar Jaejoong mengerjap ketika
suara langkah kaki Ummanya terdengar menjauh dari pintu kamarnya.
Ia beranjak duduk dan bersandar pada
kepala ranjangnya.
Kemarin itu hari ulang tahun terburuk
yang pernah ada dalam hidupnya.
Bagaimana bisa keluarganya menyakiti
hatinya di hari di mana seharusnya ia terus tersenyum bahagia eoh?
DDRRTT..
Jaejoong meraih ponselnya yang bergetar
pendek.
Ah—pesan dari Jonghyun.
‘From: Jjong Dino
Jae,
tidak ke kantin?’
Namja cantik itu tersenyum tipis.
Apa Yoochun, Junsu, dan Changmin tidak
memberitahu pria itu kalau ia tidak masuk kelas hari ini hm?
DDRRTT..
Eoh?
Namja cantik itu menaikkan alisnya
mendapati satu pesan lagi dari Jonghyun.
‘From: Jjong Dino
Hyung,
ini aku, Suga. Apa kali ini giliranmu untuk berhibernasi, eh? Hahaha, aku
membawa komik yang kau minta beberapa hari yang lalu, cepatlah ke kantin! Yunho
Hyung begitu pendiam hari ini!’
Jaejoong kembali tersenyum.
Ia meletakkan ponselnya dan bergegas
memasuki kamar mandi.
Setidaknya ia bisa melupakan
kesedihannya sejenak bersama dengan teman-teman terbaiknya.
Biasanya Jaejoong sangat pemilih dalam
menentukan pakaian sehari-harinya—tapi hari ini pria cantik itu membuka pintu
lemarinya dengan secepat kilat dan menyambar apa saja yang pertama kali
terlihat olehnya.
CKLEK!
Jaejoong membuka pintu kamarnya dan
berjalan dengan cepat menuju teras depan.
Membuat Heechul dan Yorin yang sedang
duduk di ruang tengah terkejut melihatnya.
“Jaejoongie? Eodiga?!” Seru Heechul bangkit dari duduknya.
Namja cantik itu tidak menyahut atau pun
menoleh ke belakang.
Ia memakai sepatunya dan segera membuka
pintu depan lalu berlari memasuki mobilnya.
Tidak mengacuhkan Kim Heechul yang memanggil-manggil
namanya di teras.
Melihat wajah Ummanya hanya akan
membuatnya semakin sedih dan marah.
.
.
.
“YA! Kudengar seseorang begitu pendiam hari ini karena merindukanku
eoh!” Seru Jaejoong seraya menepuk bahu Yunho.
Namja tampan itu terkejut dan refleks
menoleh ke samping.
Membulatkan mata musangnya menatap Kim
Jaejoong yang sudah tertawa di kursinya.
“Ke mana saja kau? Berani-beraninya bolos kelas!” Ujar Yoochun melotot.
“Tadi Profesor Kang mengadakan kuis, kau tahu?” Seru Changmin dengan
wajah seriusnya.
“Apa?! Kuis?!” Pekik Jaejoong kaget.
“Jangan pernah percaya pada iblis kejam itu, hari ini kita tidak ada
kelas” Ucap Junsu seraya memakan spagetinya.
Jaejoong mencibir dan mencondongkan
tubuhnya ke depan untuk memukul kepala Changmin yang duduk tepat di
seberangnya.
Sementara Jonghyun dan Seungyoon sudah
tertawa melihat kelakuan teman-teman mereka.
“Hyung! Ini komiknya!” Seru Suga seraya mengeluarkan tiga komik berseri
dari dalam tasnya.
Jaejoong bertepuk tangan—ia segera beranjak
dari duduknya dan pindah ke samping Suga.
Tidak mengacuhkan Jung Yunho yang sedari
tadi memperhatikan dirinya dalam diam.
Namja tampan itu mendorong mangkuk salad
buahnya menjauh dan menghela nafas pendek.
Kemudian ia tersenyum kecut.
Kau
sungguh aktor yang buruk, Kim Jaejoong.
“Yun! Kenapa? Saladnya tidak enak ya?” Tanya Junsu seraya mengibaskan
tangannya di depan wajah Yunho.
Namja tampan itu menoleh dan tersenyum
tipis.
“Ya, rasanya agak kecut hari ini” Gumamnya melirik Jaejoong.
Namja cantik itu refleks menoleh menatap
Yunho saat ia mendengar ucapan namja tampan itu.
Ia menggigit bibir bawahnya erat.
Kemudian dengan cepat memalingkan
wajahnya ke arah lain.
Tidak—ia tidak bisa berlama-lama
memandang namja tampan itu lagi.
Hatinya akan semakin retak mengingat
kenyataan bahwa ia akan menikah dengan orang lain.
Bukan dengan pria yang telah mencuri
hatinya.
-------
Mata bening itu mengerjap menatap
bayangannya yang terpantul di cermin.
Melirik marah dari ujung sepatu hingga
ke ujung kepalanya.
Bibir ranum itu mencebik—menahan air
mata yang akan jatuh dari matanya jika ia tidak berhati-hati.
Tidak pernah sekalipun terlintas di
benaknya bahwa ia akan membenci setelan tuksedo putih yang dikenakannya hari
ini.
Ia hanya ingin menikah dengan perasaan
bahagia—apakah itu terlalu muluk?
CKLEK.
Jaejoong tersentak kaget ketika pintu
ruangan tempatnya bersiap terbuka oleh seseorang.
Ia refleks berbalik dan tersenyum tipis
melihat Suga yang berjalan masuk diikuti oleh teman-temannya yang lain.
Jemari Jaejoong mengepal—berusaha untuk
menghindari mata musang Yunho semampunya.
“Aku masih tidak percaya, ini semua terlalu mendadak” Ujar Junsu
mengusap bahu sahabat cantiknya.
“Dan sama sekali tidak tertebak—kupikir..Kita akan terus bersama-sama sampai
sepuluh tahun ke depan, ternyata tidak bisa” Gumam Jonghyun tersenyum.
Jaejoong masih diam.
Sedikit saja ucapan keluar dari mulutnya
maka air matanya akan segera jatuh.
Ia tidak bisa, mereka semua harus
berpikir kalau ia bahagia hari ini.
Karena Jaejoong tidak tahu apa yang akan
dilakukan teman-teman nekatnya—terutama si gila Changmin kalau mereka menyadari
bahwa ia menjerit di dalam hatinya.
“Ya, Jaejoongie”
DEG.
Bahu Jaejoong menegang saat suara
bariton itu memanggilnya.
Membuatnya mau-tidak mau harus mendongak
untuk menatap sepasang mata musang itu.
Yunho bersidekap—memandang Jaejoong
dengan tatapan menilai, kemudian ia tersenyum jahil.
“Kenapa kau tidak memakai gaun yang sudah disiapkan?” Ujar namja tampan
itu memiringkan kepalanya.
“M-mwo?” Kaget Jaejoong membulatkan mata besarnya.
Suga dan Changmin sudah terbahak di atas
sofa.
Namja cantik itu melangkah mendekati
Yunho dan meninju bahu namja tampan itu hingga Yunho berteriak kesakitan.
“Neo paboya! Keluar kau dari sini! Dasar mulut ahjumma!” Seru Jaejoong
kesal.
“YA YA! Apa kau tidak tahu kalau aku sengaja bangun pagi hari ini hanya
untuk melihatmu memakai gaun itu eoh?! Berhenti memukulku, aish!” Balas Yunho
seraya mendorong-dorong Jaejoong yang sudah akan mencakar wajah tampannya.
“Hajar Hyung! Jambak saja rambutnya!” Seru Suga dan Changmin tertawa
senang.
Yoochun mengambil gelas wine yang tersedia di atas meja seraya
menggelengkan kepalanya.
Heechul akan mengamuk kalau ia melihat
ini—pikirnya geli.
“Hentikan! Jaejoong! Kau akan segera menikah dalam hitungan menit!
Berhenti membuat penampilanmu semakin berantakan!” Teriak Seungyoon seraya
menarik Jaejoong untuk menjauh dari Yunho.
Namja tampan itu tersenyum mengejek
sementara Jaejoong melotot kepadanya.
Jonghyun menepuk bahu Suga dan Changmin
memerintahkan kedua namja itu untuk bangkit dari duduk mereka.
“Sudah waktunya, Joongie, selamat atas pernikahanmu, semoga kau bahagia”
Ujar Junsu tersenyum tulus.
Namja cantik itu terkejut saat Junsu
memeluknya dengan erat—seolah tidak rela untuk melepas sahabatnya.
Jaejoong menggigit bibirnya merasakan
kedua matanya yang panas.
Junsu melepas pelukannya dan segera
berganti dengan Yoochun yang menepuk pelan punggung namja cantik itu.
“Kau harus bahagia, arasseo?” Ujar namja chubby itu setelah ia melepas
pelukannya.
“Kita tidak bisa berlama-lama berada di sini, jadi biar cepat seperti
ini saja ya, semoga kau bahagia, Kim Jaejoong” Ucap Jonghyun memeluk Jaejoong
bersamaan dengan Seungyoon.
“Aku masih tidak percaya kalau kau akan menikah, Joongie” Gumam
Seungyoon lirih.
Isakan sedih keluar dari mulut Jaejoong
saat Changmin dan Suga memeluk erat dirinya.
Namja cantik itu menenggelamkan wajahnya
di antara bahu kedua pemuda tampan itu dan menangis dengan senggukan-senggukan
yang tidak bisa ia tahan.
“Hyung, gwenchana, kau tidak akan kehilangan apapun karena pernikahan
ini” Ujar Suga mengusap punggung Jaejoong.
Changmin melepaskan pelukannya diikuti
oleh Suga.
Namja berwajah kekanakan itu tersenyum
tipis melihat wajah Jaejoong yang sudah basah akan air mata.
Ia mengulurkan tangannya menyeka pipi
basah namja cantik itu.
“Aigoo—kau merusak riasanmu” Ujarnya lembut.
Namja berwajah kekanakan itu tidak
berhenti mengusap pipi basah Jaejoong sampai ia yakin air mata namja cantik itu
sudah benar-benar berhenti menetes jatuh.
Tenggorokan Jaejoong terasa perih karena
ia terus tersengguk dalam tangisnya.
Ia menutup mulutnya dengan tangan karena
tidak berhasil menahan sisa senggukan sedihnya.
Dadanya berdenyut sakit mengingat
tinggal satu pria yang belum mengucapkan selamat padanya.
Hatinya retak—nyaris pecah hingga
berkeping-keping
“Joongie”
DEG.
Jaejoong mencengkram ujung tuksedonya.
Ia menunduk menggigit bibir bawahnya—menghindari
mata musang itu.
“Gwenchana” Bisik Yunho tersenyum tipis.
Namja tampan itu memeluk Jaejoong dan
menepuk bahunya.
Kemudian ia beranjak keluar ruangan
diikuti langkah kaki teman-temannya.
Meninggalkan Jaejoong seorang diri dalam
tangisnya.
Namja cantik itu mendudukkan dirinya di
atas sofa—menutup wajahnya yang lagi-lagi basah akan air mata.
.
.
.
Heechul dan Yorin menghela nafas dari
kursi mereka.
Memandang Jaejoong yang sudah berdiri di
ujung karpet bersama Hangeng yang mengapit lengannya.
Wanita paruh baya itu tidak bisa
melepaskan tatapannya dari wajah menunduk putranya.
Namja cantik itu tampak cantik dengan flower crown berwarna putih yang menjadi
hiasan kepalanya.
Sementara Yorin mengusap perutnya dengan
lembut dan tersenyum melihat Jaejoong yang sudah berjalan bersama sang Appa.
Ah—adik kecilnya menikah terlalu cepat.
Pikir wanita cantik itu dalam diam.
“Semoga kau bahagia, Joongie” Lirih Yorin pelan.
Hangeng terus tersenyum seiring dengan
langkah kaki mereka di atas karpet berwarna putih bersih itu.
Berbanding terbalik dengan putra
bungsunya yang terus menunduk memandang buket bunga yang ada dalam
genggamannya—sesekali melirik sepatu putihnya yang ingin sekali ia seret dengan
lamban.
“Omo, uri Joongie yeoppodaa!”
Cih.
Bibir ranum itu mencebik saat suara Junsu
menembus telinganya.
Ia tidak pernah suka dipuji cantik—tapi
kali ini ia tidak membalas ucapan sahabatnya.
Ia tidak akan sanggup melihat wajah
mereka semua dengan mata tanpa kebahagiaannya.
Terutama sepasang mata musang milik
Yunho.
“Ah..” Namja cantik itu bergumam kaget saat air matanya menetes jatuh
membasahi pipi pucatnya.
Jaejoong ingin sekali mengulurkan
tangannya untuk menyeka pipinya.
Tapi ia tidak bisa—orang-orang akan
tahu.
Jadi ia lebih memilih untuk terus
menundukkan wajahnya sampai Hangeng melepas tangannya dan membiarkannya
berjalan ke depan menghampiri seorang pemuda tampan yang berdiri menunggunya
sejak tadi.
“Terima kasih untuk semuanya, tolong jaga putraku dan bahagiakan dia”
Ujar Hangeng tersenyum bahagia.
Pemuda bertuksedo hitam itu mengangguk
pasti.
Lalu memutar arahnya menghadap ke arah
calon pengantinnya yang sama sekali tidak berniat untuk mengangkat wajah
cantiknya.
Mata besar Jaejoong memejam singkat—setelah ini, semoga saja aku bisa bertahan.
Namja cantik itu terlalu sibuk dengan
pikirannya sendiri, membayangkan bagaimana ia bisa menjalani kehidupan
pernikahannya dengan pria yang sama sekali tidak dikenalnya.
Lalu kemudian ia teringat akan Yunho.
Apakah setelah ini akan menjadi giliran
namja tampan itu untuk menikah?
Relung dada Jaejoong terasa sesak ketika
ia membayangkan pernikahan namja tampan itu.
Ia tidak akan sanggup melihat Yunho
bersanding dengan orang lain.
Mungkin titik tegarnya berhenti sampai
saat itu tiba.
“Kim Jaejoong-ssi, kau bisa menjawab sumpahmu sekarang”
DEG.
Namja cantik itu terkesiap saat suara
pastor terdengar.
A—apa?
Sumpahnya?
Apakah sumpah calon suaminya sudah
selesai? Secepat itu? Mengapa ia tidak mendengarnya?
“Kim Jaejoong-ssi” Tegur pastor itu lagi.
“A..Aku..Aku bersedia” Lirih Jaejoong pelan.
Tangan Jaejoong bergetar ketika ia
mengucapkan sumpahnya.
Air matanya sudah kembali menetes jatuh
hingga kelopak matanya terasa perih.
Bukan ini yang ia inginkan!
Bukan!
Yang ia inginkan adalah lelaki yang suka
menjahilinya di kampus.
Yang ia inginkan adalah lelaki yang
selalu membuatnya tersenyum bahagia.
Yang ia inginkan adalah lelaki yang entah
bagaimana selalu ada di sisinya.
Lelaki pecandu salad buah itu..
“Apa kau akan terus menunduk seperti itu sampai acara ini usai? Apa kau
tidak ingin mencium suamimu, eh? Jung Jaejoong?”
DEG!
Mata bulat Jaejoong membesar dalam
sekejap.
Nafasnya tercekat dengan bibir ranumnya
yang bergetar.
Seolah seluruh oksigen terenggut paksa
dari paru-parunya.
Namja cantik itu mengerutkan dahinya
mencoba untuk meyakini bahwa ia tidak sedang berhalusinasi.
Jaejoong mengangat kepalanya dan
mendongakkan wajahnya dengan jantung yang berdebar-debar kencang.
Namja cantik itu refleks menutup
mulutnya dengan tangannya menatap tidak percaya sosok pemuda tampan yang
berdiri di hadapannya saat ini.
Lelaki bertuksedo hitam itu
berdecak—menatap Jaejoong dengan senyuman congkaknya.
Memandang puas raut terkejut Jaejoong
yang sungguh lucu di matanya.
“Y—YUNHO AH!!” Seru Jaejoong menubruk namja tampan itu dengan tiba-tiba.
Yunho terkejut hingga ia hampir
kehilangan keseimbangannya saat namja cantik itu memeluk lehernya dengan erat.
Namun detik berikutnya ia tertawa geli
dan balas memeluk pinggang ramping itu.
Melirik ibu dan ayahnya yang
mengacungkan ibu jari kepadanya—lalu keluarga Jaejoong yang tersenyum bahagia
di kursi mereka—kemudian teman-teman berisiknya yang sudah bertepuk tangan
heboh di barisan terdepan.
“Yunho ah..Yunho..Hiks..” Isak Jaejoong lirih—masih di antara rasa
terkejut dan bahagianya.
Namja tampan itu tersenyum puas setelah
membiarkan Jaejoong memeluknya erat untuk beberapa saat.
Kemudian ia melepaskan pelukan mereka
dan mengusap lembut pipi basah pengantinnya.
“Ba..Bagaimana bisa kau—”
“Tentu saja bisa. Kau pikir aku akan diam saja melihatmu menikahi orang
lain eoh? Lagipula kau itu cocoknya hanya menjadi pengantinku seorang”
Eoh, Jaejoong tidak bisa menahan tawa
bahagianya mendengar ucapan pria tampan itu.
Dadanya terasa penuh dengan perasaan
bahagianya yang meluap-luap—membumi-hanguskan semua kesedihan dan kemarahannya.
Namja tampan itu menarik Jaejoong untuk
merapat kepadanya.
Kemudian ia menunjuk bibirnya sendiri
dengan jari telunjuknya.
Membuat tawa Jaejoong semakin
pecah—namun dalam detik berikutnya ia sudah kembali memeluk erat leher Yunho
dan mencium penuh-penuh bibir seksi namja tampan itu.
Jaejoong bisa mendengar suara tepuk
tangan dari para undangan dan teriakan-teriakan heboh milik teman-teman
perkumpulannya.
Tapi ia enggan untuk mengusaikan apa
yang telah dimulainya.
Belum—belum cukup untuk memberitahu
Yunho betapa ia sangat bahagia karena kejutan pria tampan yang jahil ini.
“YA! HYUNG! Sudah cukup! Sekarang saatnya potong kue!” Teriak Suga
lantang.
“Potong yang paling atas ya Hyung! Aku mau strawberry-nya!” Sambung Changmin tidak tahu malu.
“Mwoya? Bagian itu milikku! Aku yang pertama kali melihatnya!” Seru Suga
mendorong bahu Changmin.
Dan kedua bocah badung itupun sudah
saling dorong-mendorong di barisan depan.
Membuat Seungyoon dan Yoochun tidak
tahan untuk tidak membenturkan kedua kepala namja berisik itu.
Jaejoong baru saja menjauhkan wajahnya
dari wajah Yunho.
Mereka berdua saling memandang satu sama
lain—tidak mengacuhkan keributan yang ditimbulkan oleh Suga dan Changmin di
kursi undangan.
Namja cantik itu mengusap air matanya
dengan lengan.
“Aku masih tidak percaya Yunho..Ini seperti mimpi, apa yang sudah kau
lakukan?” Bisik Jaejoong dengan bibir ranumnya yang tidak pernah berhenti untuk
menyunggingkan senyuman manis.
Senyum yang sangat disukai Yunho sejak
pertama kali mereka bertatap muka.
“Apa kau lupa kalau aku ini pria yang sangat kaya eoh? Aku melunasi
hutang keluargamu dengan mantan calon suamimu itu, dan sebenarnya, kita masih bisa
menikah setelah selesai kuliah atau kapanpun aku mau. Tapi mengerjaimu selalu
menyenangkan, apa kau tahu betapa lucunya wajah frustasimu di ruang rias tadi?”
“Jung Yunho sekya! Kejam! Penjajah! Hantu salad! Apa kau tidak tahu aku
hampir mati tadi eoh!”
Tawa Yunho pecah saat Jaejoongnya
mengamuk dengan wajah yang memerah padam.
Ia meringis saat namja cantik itu
meninjunya dengan kuat—dan segera mengunci pengantinnya dalam pelukannya agar
tidak berbuat anarkis lagi.
“Alasan sesungguhnya mengapa aku mau melakukan semua ini adalah karena
aku mencintaimu, Kim Jaejoong, mencintaimu seperti kau yang mencintai diriku”
Ujar Yunho lembut.
Cih.
Jaejoong tersenyum dan balas memeluk
Yunho.
Kemudian ia memukul bahu namja tampan
itu dengan keras sampai Yunho mengaduh kesakitan.
“Jung Jaejoong, moron! Bukan Kim Jaejoong!” Seru namja cantik itu gemas.
“Ah, iya, aku lupa, hahahaha” Ringis Yunho menepuk-nepuk kepala
pengantinnya.
“YA! HYUNG! KALAU KALIAN TIDAK TURUN JUGA, BIAR AKU DAN SUGA SAJA YANG
POTONG KUENYA!!”
Aih.
Jonghyun, Seungyoon, Yoochun, dan Junsu
menghela nafas mereka seraya beranjak meninggalkan kursi undangan.
END.
Suga dan Seungyoon masuk naskah!!
Ahahahaha, mereka berdua kesukaan aku
dari bts dan winner, lagi gila-gilanya sama mereka XD
Oke—awalnya aku bikin oneshoot ini damai
badai, tapi makin ke ujung kok rasanya ini alurnya secepat kilat ya? Hahahaha
mulai ngerasa kalau ini cocoknya dijadiin chapteran *plakk*
Yah, tapi kan yang penting happy ending,
anggap aja bayaran dari ff Run Away yang nggak ada epilognya itu yaaaaaa <3
Otte?
Joahe ania?
hoooooo. padahal aku uda mau nangis tapi gk jadi karna ternyata yang jadi pengantinnya yunho. ahahaa
BalasHapus