This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Jumat, 05 Agustus 2016

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/SAVIOR



Tittle: SAVIOR

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-hurt-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


Terkadang aku bertanya-tanya di dalam hati,
Mengapa kau selalu bisa menemukan segala hal yang kusembunyikan dari dunia luar?

Bagaimana bisa kau menjadi seseorang yang paling mengerti tentangku?
Sedang setiap saat kita bertatap muka hanya pertengkaran saja yang ada..
.
.
.
  “Ya, Kim Jaejoong! Jadi ke kantin tidak?”

Namja cantik itu menolehkan kepalanya, memandang Park Yoochun—sahabat dekatnya—yang sedang berdiri di pintu kelas bersama Changmin—yang juga sahabat dekatnya—.
Jaejoong tersenyum lebar seraya merapikan peralatan tulisnya ke dalam tas.

  “Jadi!” Seru namja cantik itu memakai tas ranselnya.

  “Aku ikut! Tunggu aku!” Teriak Junsu yang duduk tidak jauh dari Jaejoong.

Namja imut itu memasukkan seluruh barangnya ke dalam tas tanpa menyusunnya terlebih dahulu.
Membuat Jaejoong berjengit menatapnya.

  “Ya, Kim Junsu, neo micheosseo? Kau bahkan tidak memastikan apakah pulpenmu sudah tertutup atau belum” Tegur Jaejoong seraya menghampiri Junsu.

  “Gwenchana, kita kan tidak ada kelas lagi setelah ini, hahaha” Tawa Junsu yang sudah memakai tasnya.

Yoochun dan Changmin hanya saling melirik satu sama lain kemudian menatap jengah namja imut itu.
Junsu memang selalu tidak peduli terhadap hal-hal kecil.
Taruhan, pria imut itu pasti akan lupa untuk membereskan isi tasnya yang berantakan di rumah nanti sehingga besok ia akan panik karena tidak bisa menemukan apa yang ia cari di dalam tasnya.
Sudah menjadi keseharian Junsu sejak awal perkuliahan dimulai.

  “Yo! Lama sekali kalian keluar!” Seru Jonghyun melambaikan tangannya.


Jaejoong yang melihat teman-teman kampusnya sudah berkumpul di satu meja segera tersenyum ceria.

  “Profesor Kang itu lama sekali mengajarnya, menyebalkan sekali” Gerutu Changmin yang sudah mengambil kursi di samping Taemin.

  “Kelasku tidak masuk hari ini, hahaha, dosennya tidak datang” Ujar Seungyoon tertawa.

  “Apanya yang tidak datang eoh? Kau memang tidak pernah ada kelas, jurusan musik memang selalu sesukanya” Ledek Junsu mendelik.

Seungyoon berdecak seraya mengangkat sumpitnya seolah-olah ia akan memukul pria imut itu.

  “Bubur abalone? Kau seperti bayi saja”

Eoh?
Jaejoong menghela nafas kesal ketika suara bariton itu menyapa telinganya.
Demi dewa gajah, Jaejoong sudah bosan mendengar suara si mahasiswa kelas bisnis yang entah bagaimana bisa menjadi bagian dari teman-teman perkumpulannya di kampus.
Jung Yunho tidak pernah bisa berhenti mengganggunya sejak hari pertama mereka bertemu.

  “Diamlah Jung Yunho, mulutmu itu seperti ahjumma penggosip saja” Gerutu Jaejoong tidak senang.

  “Apa gigimu sudah tidak ada lagi? Siang-siang begini makan bubur” Balas Yunho seraya duduk di samping Jaejoong, sementara anak-anak yang lain sudah sibuk dengan makanan mereka.

  “Ya, gigiku sudah tidak ada lagi, hilang, hilang semuanya”

  “Hahaha, lucu sekali, kau begitu sensitif seperti wanita”

  “Apa kau tidak punya telinga dan ingatan eoh? Sudah berapa kali kuberitahu jangan menyebutku seperti itu! Kau ini benar-benar—”

  “Tampan dan mengagumkan, ya, aku tahu itu”

Ukh.
Pelipis Jaejoong berdenyut.
Namja cantik itu mendorong mangkuk buburnya hingga membentur mangkuk salad Yunho.
Membuat dahi Yunho mengernyit kepada Jaejoong—tapi detik berikutnya ia sudah berteriak-teriak melihat perbuatan bar-bar Jaejoong yang sudah menuangkan buburnya di atas salad buah milik Yunho.

  “NEO MICHEOSSEO?!” Teriak Yunho marah.

Jaejoong mengangkat bahu.
Ia tersenyum miring menatap wajah merah Yunho.

  “Kudengar makanan campuran bisa membuatmu bertambah tampan setiap satu jam sehari” Gumamnya ringan.

Yunho baru saja akan membuka mulutnya untuk memaki namja cantik itu, namun Jaejoong sudah lebih dulu beranjak dari duduknya dan menepuk bahu Jonghyun.

  “Aku duluan!” Serunya santai.

Kim Jonghyun mengangguk.
Namja berambut brunette itu melirik Yunho yang sudah siap untuk meledak dan beralih menatap teman-temannya yang sudah terkikik geli di kursi mereka masing-masing.
Aih. Jung Yunho dan Kim Jaejoong itu. Jonghyun menggelengkan kepalanya.
.
.
.
  “Oh, neo wasseo?”

Kim Heechul tersenyum manis mendapati putra kesayangannya sudah pulang.
Jaejoong mengangguk dan memeluk wanita paruh baya itu sebelum ia melepaskan tasnya dan berlari memasuki kamar.

  “Uri Joongie sudah pulang, Umma?” Tanya Yorin—kakak Jaejoong—yang baru saja keluar dari dapur.

Heechul mengangguk dan menyusul Yorin ikut duduk di sofa ruang tengah.

  “Tidak biasanya anak itu pulang jam segini, biasanya ia selalu sibuk” Komentar wanita berambut pendek itu seraya mengambil potongan buah segar yang ada di atas meja.

  “Umma! Cemilan hari ini apa?” Seru Jaejoong yang sudah keluar dari kamarnya.

  “Salad buah, kka” Sahut Heechul seraya mengajak Jaejoong untuk duduk di dekatnya.

Namja cantik itu menaikkan alisnya melihat semangkuk penuh potongan buah yang ada di hadapannya.
Kemudian ia tersenyum geli mengingat wajah lucu Yunho tadi di kantin.
Ah, lelaki tampan itu—salad buah adalah makanan kesukaannya.

  “Umma, masih ada banyak tidak di kulkas?” Tanya Jaejoong seraya mencomot potongan buah berlumur yogurt itu.

  “Masih, kau tahu kalau Nunamu sudah mengidam ia selalu ingin banyak” Balas Heechul tersenyum kepada Yorin.

Jaejoong tertawa seraya mengusap perut Nunanya.

  “Semoga saja keponakanku ini tidak tumbuh seperti Changmin! Ahahahaha” Seru Jaejoong geli.

Yorin mendengus dan memukul lengan adiknya seraya mencibir.
Seperti Changmin? Yang benar saja! Gerutu yeoja cantik itu dalam hatinya.

  “Nuna yeoppo, aku minta saladnya sedikit untuk besok boleh ya?” Ujar namja cantik itu tersenyum manis.

  “Mwoya? Setelah mengatai anakku sekarang kau bermanis-manis padaku eoh?” Sungut Yorin kesal.

  “Aku hanya minta sedikit kok, jangan pelit begitu Nuna, nanti anakmu—”

  “Ambil saja semua salad itu, Kim Jaejoong! Berhentilah mengatai keponakanmu sendiri! Aish! Umma! Lihat kelakuan anak kesayanganmu itu!”

Heechul memukul kepala Jaejoong hingga namja cantik itu menjerit kesakitan.

  “Jangan mengganggu cucuku, Joongie, kau ini, mahasiswa tapi kelakuanmu seperti anak-anak!” Seru wanita cantik itu melotot.

Jaejoong hanya tertawa mendengarnya.
Ia sudah berlari menuju dapur dan memeriksa sisa salad buah milik Yorin.
Ia akan membawa buah tersebut ke kampus besok dan memamerkannya di hadapan Yunho.
Menarik, namja tampan itu pasti akan memohon kepadanya agar bisa mencicipi salad buah ini.

Jaejoong jadi tidak sabar.


-------


  “Yo! Jae Hyung!”

  “Hei, Suga! Tidak ada kelas siang ini?”

  “Bukankah jurusan musik memang tidak pernah ada kelas? Itu kan, yang selalu kalian katakan?”

Jaejoong tertawa dan segera merangkul namja berambut biru itu.
Suga memang mahasiswa musik yang unik.
Ia bertemu Suga setahun yang lalu di acara bakti sosial—dan Jaejoong langsung menyukainya karena Suga—yang entah bagaimana—memiliki banyak pengetahuan tentang hal-hal aneh.

  “Lalu, apa di sana juga tidak ada kantin eoh? Kalian selalu saja menjajah kantin kami” Ujar Jaejoong tertawa.

  “Kau tidak tahu saja kalau kantin jurusan musik itu yang terbaik” Balas Suga membenarkan tas gitarnya di punggung.

  “Itu mereka!”

Namja cantik itu melepas rangkulannya di bahu Suga dan segera ber-high five dengan Seungyoon yang duduk di samping Jonghyun.
Ia segera mengambil kursi yang paling ujung dan melepas tasnya.

  “Mana Yoochun, Changmin, dan Junsu?” Tanya Jonghyun yang baru saja mendapatkan makanan pesanannya.

  “Masih di kelas, Profesor Hwang memanggil mereka untuk membahas mengenai ujian perbaikan” Ujar Jaejoong tersenyum cerah—mengingat hanya ia di antara ketiga sahabatnya yang berhasil lulus di ujian mata kuliah Profesor cerewet itu.

Namja cantik itu mengeluarkan kotak bekalnya dan menaikkan alisnya seraya memperhatikan teman-temannya yang sudah mulai memakan makanan mereka masing-masing.
 
  “Yunho tidak ke kantin ya? Apa ia masih ada kelas?” Tanya Jaejoong bingung.

  “Wae? Kau rindu padanya?” Balas Suga tertawa.

Jaejoong mendelik.

  “Ia mengikuti rapat untuk acara bakti sosial yang berikutnya” Ujar Jonghyun menyeruput mie dinginnya.

  “Oh, aku lupa memberitahu Yunho kalau kita semua sudah sepakat untuk tidak mengikuti bakti sosial kali ini” Ucap Seungyoon membulatkan mata sipitnya.

Jaejoong dan Jonghyun saling melirik dan menghela nafas.

  “AH! Salad buah rumahan yang super lengkap!”

Jaejoong, Jonghyun, Suga, dan Seungyoon tersentak kaget ketika suara teriakan itu membahana di kantin.
Sementara si pemilik suara sudah melompat duduk di samping Jaejoong dan merebut kotak bekal namja cantik itu.

  “Yah! Jung Yunho! Kau ini sama sekali tidak punya sopan santun, eoh!” Pekik namja cantik itu memukul punggung Yunho kesal.

  “Enak! Segar sekali! Siapa yang membuatnya?” Seru Yunho senang.

  “Uri Umma, kemarin Nunaku mengidam, YA! Jangan dihabiskan! Kembalikan!”

  “Kau ini pelit sekali, Jaejoongie”

  “Kalau mau pesan saja seperti biasa, ini milikku!”

  “Tapi aku maunya punyamu, itu enak sekali”

Huh, Jaejoong tersenyum sombong.
Ia mengangkat kotak bekalnya dan menatap Yunho dengan seringaian liciknya.
Suga dan Seungyoon sudah memutar bola mata mereka melihat kelakuan kedua pemuda menarik itu.

  “Baiklah, tapi tidak gratis”

  “Dasar licik!”

  “Apa kau bilang?”

  “Tidak ada”

  “Menyebalkan, dari semua manusia di muka bumi ini hanya kau yang tidak bisa bernegosiasi denganku, mulutmu itu lancang sekali!”

  “Baiklah, aku serius, apa yang harus kubayar untuk salad buah super lezat itu, eoh?”

  “Aku ingin membeli tas moldir yang terbaru, tapi uangku tidak cukup”

Jonghyun tertawa mendengarnya.
Oh, come on, mereka semua tahu betapa kayanya Jung Yunho itu.
Membeli moldirnya pun Yunho bisa melakukannya semudah membalikkan telapak tangan.

  Deal” Balas Yunho cepat.

Jaejoong terkejut saat Yunho merebut kotak bekalnya secepat kilat.
Ia terdiam memandang Yunho yang sudah melahap salad buah tersebut dengan mata yang berkilat-kilat senang.
Aigoo.
Selezat itukah salad buah buatan ibunya?

Jaejoong tersenyum manis.

  “Yunho, bagaimana kalau mulai sekarang aku membawakan salad buah untukmu setiap hari?”

MWO?

Namja tampan itu terbatuk seraya memukul-mukul dadanya—ia baru saja tersedak buah anggur.
Sementara Suga dan Seungyoon sudah menatap tidak percaya namja cantik itu.
Apa kepalanya terbentur sesuatu?

  “Jeongmall?!” Seru Yunho tersenyum senang.

Membuat Jaejoong tertawa karena bibir seksi itu berlepotan yogurt.

  “Ya, tentu saja” Balas Jaejoong mengangguk.

  “Gomawo Jaejoongie! Ternyata kau baik juga ya, kupikir—”

  “Tapi tentu saja, Yunho ah, tidak ada yang gratis di dunia ini, iya kan guys?”

Suga dan Seungyoon hanya menatap malas namja cantik itu.
Mereka kembali menikmati makanan mereka.
Sementara si brunette Jonghyun sudah sibuk dengan kepiting asam manisnya.

  “Hampir saja aku memuji-mujimu, ternyata kau ini tidak ada bedanya dengan wanita-wanita di luar sana, apa itu sudah sifat dasarmu sebagai seorang wanita, eh?” Ujar Yunho mendengus dan menyendok buah terakhirnya.

  “Apa katamu?! YA! Asal kau tahu saja ya, aku bisa membeli semua barang yang kuinginkan dengan uangku sendiri! Tapi Umma membatasi uang jajanku!” Seru Jaejoong kesal.

  “Itu karena kau begitu boros, seperti ibu-ibu rumah tangga saja, apa kau harus membeli pembalut juga eh?”

  “AISH JUNG YUNHO SEKYA!!”

Yunho menutup kotak bekal milik Jaejoong dan tertawa lepas.
Ia tidak pernah tahan melihat wajah marah Jaejoong.
Pipi apel itu akan memerah dengan mata yang mendelik tajam.
What a cute.

  “Ada apa ini? Teriakanmu terdengar sampai ke luar kantin” Ucap Yoochun memukul kepala Jaejoong.

Namja cantik itu mengaduh.
Menatap ketiga sahabat dekatnya yang sudah duduk di seberang meja.

  “Hei Suga! Sudah lama tidak melihatmu, hibernasi eoh?” Ujar Junsu memiringkan kepalanya hingga ia dapat melihat wajah Suga yang terhalang tubuh Seungyoon.

  “Kupikir kau sudah dikeluarkan dari kampus, hahahaha” Tawa Changmin yang sudah membuka buku menu.

Namja berambut biru itu melirik Jaejoong yang sudah mengadu kepada Yoochun tentang betapa lancangnya mulut namja tampan itu.
Kemudian ia menatap Junsu dan tersenyum lucu.

  “Aku ketiduran, hahahaha, daripada datang terlambat lebih baik tidak usah datang sekalian, jadi aku tidur sampai sore!” Tawa namja berambut biru itu senang.

  “Kau bisa cepat mati kalau kerjamu hanya tidur terus, bocah nakal!” Seru Seungyoon memukul kepala Suga.

Tapi Suga tidak peduli.
Ia hanya mengindikkan bahunya dan kembali memakan rotinya.
Jonghyun diam-diam beranjak dari kursinya.
Ia berlari kecil menuju sang pemilik kantin dan mengambil sesuatu dari sana.

Changmin dan Junsu sudah saling melirik satu sama lain saat melihat Jaejoong yang sudah kembali bertengkar mulut dengan Yunho.
Namja cantik itu bahkan tidak sadar kalau Jonghyun sudah tidak ada lagi di sampingnya.
Seungyoon memindahkan piring-piring yang ada di meja mereka ke meja sebelah dengan bantuan Suga.

Sementara Jonghyun sudah kembali dengan kue strawberry shortcake di tangannya.

  “Pokoknya jangan sampai kau salah beli, Yunho! Tasnya warna putih dan—”

  Happy birthday, Kim Jaejooooong~!!”

DEG.

Namja cantik itu terkejut dan membulatkan mata besarnya mendengar suara teriakan dari teman-temannya dan suara terompet yang memekakkan telinga.
Ia menoleh dan refleks berdiri dari duduknya melihat kue yang sangat cantik dengan lilin yang menyala di atasnya.
Teman-temannya tersenyum lebar—dan Yunho sudah ikut berdiri seraya menepuk-nepuk kepala Jaejoong dengan lembut.

  Happy birthday, Jaejoong” Ucap namja tampan itu tulus.

Jantung Jaejoong berdebar kencang.
Ia menatap mereka semua termasuk Yunho dengan mata besarnya yang berkaca-kaca.

  “Sial—aku lupa kalau ini hari ulang tahunku” Lirih Jaejoong tertawa—dengan mata bulatnya yang basah—.

Junsu sudah mendekati namja cantik itu dan memeluknya erat sampai Jaejoong berhasil mengendalikan air mata bahagianya.
Jonghyun meletakkan kue tersebut di atas meja dan mereka semua bertepuk tangan setelah namja cantik itu meniup lilinnya.
Changmin melonjak-lonjak tidak tahan di tempatnya—ia dan Suga sudah memperebutkan buah strawberry paling besar yang ada di atas kue sejak mereka membeli kuenya.

  “Ini sup rumput lautnyaa!” Seru Yoochun seraya menyodorkan semangkuk sup rumput laut yang sudah dipesankan Yunho sebelum namja tampan itu duduk di samping Jaejoong.

Namja cantik itu tersenyum senang.
Pipinya terasa hangat melihat kebaikan teman-temannya.
Ia segera menyendok sup rumput lautnya dan membiarkan Junsu memotongkan kuenya karena Changmin dan Suga begitu berisik.
Jonghyun sudah kembali duduk di kursinya dengan tidak sabar karena ia belum berhasil membelah kepiting asam manisnya sejak tadi.

  “Jaejoong, kita akan berkaraoke setelah ini, kau bisa—”

DRRTT...DDRRTT...

Jaejoong menahan ucapan Yunho dengan telapak tangannya saat ponselnya bergetar di saku jaketnya.
Namja cantik itu mengeluarkan ponselnya dan melihat nama Ummanya berkedip-kedip di layar ponsel tersebut.
Yunho hanya tersenyum saat Jaejoong menepuk bahunya dan berjalan menjauhi teman-temannya.

  “Siapa?” Tanya Yoochun yang sedang mengunyah kuenya.

  “Heechul Ahjumma” Balas Yunho seraya beranjak dari kursinya.

  “Yah! Yah! Eodiga?” Seru Changmin heboh.

Yunho mengindikkan bahunya dan tertawa geli mendengar suara teriakan Changmin di belakang sana ketika kakinya sudah berlari menjauh.
Namja tampan itu menolehkan kepalanya ke kiri dan kanan—mencari sosok Jaejoong yang memakai jaket berwarna hijau hari ini.
Tapi Jaejoong tidak terlihat di mana pun, apakah ia sudah pulang? Pikir Yunho bingung.

Namja tampan itu terus berjalan cepat di sepanjang koridor fakultas—sampai kemudian ia mendadak menghentikan langkah kakinya saat matanya menangkap taman belakang fakultas yang selalu sepi.
Yunho memutuskan untuk berjalan ke sana mengingat hanya tempat ini yang tersisa untuknya menemukan Jaejoong.

Oh—

Namja tampan itu tersenyum tipis saat mata musangnya melihat seseorang yang sedang duduk di kursi taman.
Ia hendak menghampiri Jaejoong—tapi kemudian ia memutuskan untuk menunggu saja di kursi yang tidak jauh dari namja cantik itu.

  “Ne, gomawo Umma, kupikir kalian melupakan hari ini”

Yunho kembali tersenyum saat ia mendengar percakapan Jaejoong di sana.
Namun senyum itu tidak bertahan lama saat mata musangnya memperhatikan perubahan drastis di wajah cantik itu.
Jaejoong terlihat kaget—dan suaranya tercekat.
Yunho sudah berdiri dari duduknya, namun kakinya tidak dapat melangkah sedikitpun ketika matanya menatap air mata yang jatuh membasahi wajah cantik Jaejoong.

  “—Umma..Andwae Umma—Ini..Ini hari ulang tahunku..Kenapa—Hiks..”

Namja cantik itu terisak sedih di kursinya.
Ia menggigit bibir bawahnya erat—membiarkan air matanya berjatuhan dengan cepat.

  “Aku tidak mau! Aku tidak ingin menikah dengannya! Kenapa Appa harus berhutang padanya?!”

DEG.

Yunho terkejut mendengar teriakan marah Jaejoong.
Mata musangnya membulat sempurna.
A—apa?
Menikah?

BRAKK!

Jaejoong melempar ponselnya.
Ia mencengkram rambutnya erat dan terisak sedih. Tangisnya pecah dalam hening.
Dadanya terasa sesak dan matanya buram—tidak ada yang bisa ia lihat kecuali warna tidak jelas yang ditimbulkan oleh air matanya.
Namja cantik itu meraung penuh amarah hingga wajahnya memerah padam.

Yunho bergeming.
Namja tampan itu hanya berdiri diam melihat Jaejoong yang menangis di sana.
Memperhatikan bagaimana sedihnya tangisan pria cantik itu.
Jaejoong menutup wajahnya dengan tangan.
Isakan-isakan keras tidak berhenti keluar dari mulutnya.
Tenggorokannya mulai terasa sakit—tapi ia tidak bisa berhenti.

Ia tidak ingin menikah!
Tidak dengan orang lain!

Karena ia telah mencintai seseorang di dalam hatinya.
Seseorang yang hanya ia yang tahu.

DRRTTT...DDRRTT...

Yunho menunduk, melihat ponselnya yang bergetar di saku celananya.
Namja tampan itu mengeluarkan ponsel tersebut dan segera menjawab panggilan dari Junsu.

  Yun, kenapa lama sekali? Jaejoong juga belum kembali, kita jadi karaoke, kan?

Mata musang Yunho bergerak pelan, memperhatikan tangis Jaejoong yang mulai mereda.
Namja cantik itu tampak kelelahan.

  “Aku bersama Jaejoong sekarang, maaf Junsu, kami tidak bisa ikut karaoke”

  E-eh? Kenapa? Ada apa?

  “Nanti kuhubungi lagi, jangan katakan pada siapapun kalau Jaejoong bersamaku”

Sambungan telepon itu terputus oleh Yunho.
Namja tampan itu menyimpan kembali ponselnya dan berjalan menghampiri Jaejoong.
Pria cantik itu sudah tertidur dengan bekas air matanya yang masih basah.
Yunho hanya memandang wajah cantik itu dalam diam.

Lalu mengulurkan tangannya mengeringkan wajah Jaejoong dari jejak air matanya.
Mata musang Yunho mengerjap—memperhatikan wajah cantik Jaejoong dengan tatapan terlembut yang ia punya.
Kemudian ia menunduk untuk mengecup singkat bibir merah Jaejoong yang basah.

  “Berhentilah menyimpan segalanya sendiri, Jaejoongie, kau tidak akan sanggup” Bisik Yunho lirih.

Ia mendekat dan menggendong Jaejoong di punggungnya.

  “Aku bersamamu, tenanglah”


-------


Jaejoong mengerjap-kerjapkan matanya yang terasa berat dan perih.
Tangannya mencengkram selimut putih tebal yang membalut tubuhnya.
Ia mengernyit ketika pandangannya jelas sepenuhnya.
Mata besarnya melihat sebuah jendela kaca yang sangat besar di hadapannya.
Tampak langit yang sudah berwarna keemasan di luar sana.

Jaejoong tidak tahu ia sedang berada di mana sekarang. Dan ia sama sekali tidak peduli.
Dadanya masih terasa sesak dan menyakitkan. Akan lebih bagus lagi kalau ia dihadapkan dengan kenyataan di mana ia tidak bisa lagi pulang ke rumah selama-lamanya.

CKLEK.

  “Kau sudah bangun?”

DEG!

Mata besar Jaejoong refleks membulat ketika pintu terbuka dan suara bariton yang sudah sangat ia kenal itu menyapa telinganya.
Namja cantik itu masih berbaring miring menghadap ke arah jendela.
Ia sama sekali tidak berminat untuk berbalik atau apapun itu.
Tenaganya seolah hilang entah ke mana.

Jaejoong mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.
Lalu ia bisa melihat dengan jelas sosok Yunho yang menjulang tinggi di hadapannya.
Namja tampan itu segera mendudukkan dirinya di pinggir ranjang tepat di sisi Jaejoong.
Ia tersenyum melihat senyum tipis yang terukir di bibir ranum itu.

  “Kau terlihat lelah” Bisik Yunho mengelus pipi Jaejoong.

  “Hm” Gumam namja cantik itu pelan.

  “Kau tidak ingin bertanya? Terbangun di tempat asing dan melihatku di sini”

  “Tidak..Aku tidak peduli..”

Yunho masih mengelus pipi apel Jaejoong dan memperhatikan mata besar yang sudah beralih memandang jendela di hadapannya.
Beberapa saat kemudian pria tampan itu terkejut ketika jarinya bersentuhan dengan sesuatu yang cair dan hangat.
Jaejoong hanya diam—membiarkan air matanya kembali jatuh membasahi kulitnya.
Tidak mengacuhkan rasa perih yang membakar kelopak matanya yang sudah bengkak itu.

  “Hei..” Panggil Yunho pelan.

  “Aku tidak ingin menikah, Yunho..Tidak..” Bisik Jaejoong tercekat.

Air matanya jatuh semakin banyak dan isakannya mulai terdengar di telinga Yunho.
Namja tampan itu meraih tangan Jaejoong dan menariknya untuk duduk.
Ia segera membawa namja cantik itu tenggelam ke dalam pelukannya.
Jaejoong memeluk leher Yunho dengan kedua tangannya.

Bahunya bergetar—membuat Yunho sungguh tidak tega.
Namja tampan itu mengusap punggung namja cantik itu dan mengecup lembut pelipisnya.

  “Tenanglah, Jae”

  “Aku..Hiks..Aku tidak ingin menikah..Yu—Yunho..Hiks..Yunho..”

  “Ssh, tutup matamu, berhentilah menangis”

  “Yunho..Hiks..Aku..Hiks..Aku tidak—”

  “Ya, Joongie, aku tahu. Tutup kembali matamu sebelum matamu terluka, kau butuh tidur yang panjang”

Yunho merasakan pelukan di lehernya semakin erat dan beberapa saat kemudian pelukan tersebut terasa melemah.
Hingga kedua tangan Jaejoong terjatuh ke bawah dan kepalanya membentur bahu Yunho.
Setelah memastikan namja cantik itu terlelap dengan pulas, Yunho kembali membaringkan Jaejoong ke atas ranjang dan menghela nafas pendek.

  “Kau tidak tahu kan? Sudah berapa lama aku jatuh cinta kepadamu, Kim Jaejoong?” Bisik Yunho tersenyum.

Ia menunduk, mencium dahi namja cantik itu dengan lembut.

  “Kau akan terkejut kalau kau tahu” Gumamnya seraya merapikan poni Jaejoong yang berantakan.


-------


Wanita cantik itu mendesah pendek dan mengetuk pintu kamar Jaejoongnya dengan pelan pagi ini.
Ia begitu khawatir dengan keadaan putra kesayangannya—setelah seorang namja tampan yang tidak pernah Heechul lihat selama ini mengetuk pintu rumahnya pukul 3 pagi dengan Jaejoong yang berada di dalam gendongannya.
Ia menyesal sudah memberitahukan kabar perjodohan Jaejoong melalui ponsel, seharusnya ia berbicara langsung dengan namja cantik itu.

  “Joongie, kau sudah bangun? Buka pintunya untuk Umma, sayang” Ujar Heechul cemas.

Namja cantik itu tidak menyahut sama sekali.
Jaejoong memilih untuk merapatkan bibirnya dan bergelung di balik selimut tebalnya.
Memperhatikan meja belajarnya yang dipenuhi buku komik.
Ia menghela nafas panjang dan membalikkan tubuhnya ke arah pintu kamar.

  “Kalau kau tidak ingin berbicara dengan Umma, baiklah, Umma mengerti. Tapi setidaknya keluarlah untuk makan siang Joongie. Dan masalah pernikahanmu nanti—keluarga Choi akan berkunjung malam ini untuk membahasnya”

Mata besar Jaejoong mengerjap ketika suara langkah kaki Ummanya terdengar menjauh dari pintu kamarnya.
Ia beranjak duduk dan bersandar pada kepala ranjangnya.
Kemarin itu hari ulang tahun terburuk yang pernah ada dalam hidupnya.
Bagaimana bisa keluarganya menyakiti hatinya di hari di mana seharusnya ia terus tersenyum bahagia eoh?

DDRRTT..

Jaejoong meraih ponselnya yang bergetar pendek.
Ah—pesan dari Jonghyun.

  From: Jjong Dino

Jae, tidak ke kantin?’

Namja cantik itu tersenyum tipis.
Apa Yoochun, Junsu, dan Changmin tidak memberitahu pria itu kalau ia tidak masuk kelas hari ini hm?

DDRRTT..

Eoh?
Namja cantik itu menaikkan alisnya mendapati satu pesan lagi dari Jonghyun.

  ‘From: Jjong Dino

Hyung, ini aku, Suga. Apa kali ini giliranmu untuk berhibernasi, eh? Hahaha, aku membawa komik yang kau minta beberapa hari yang lalu, cepatlah ke kantin! Yunho Hyung begitu pendiam hari ini!’

Jaejoong kembali tersenyum.
Ia meletakkan ponselnya dan bergegas memasuki kamar mandi.
Setidaknya ia bisa melupakan kesedihannya sejenak bersama dengan teman-teman terbaiknya.
Biasanya Jaejoong sangat pemilih dalam menentukan pakaian sehari-harinya—tapi hari ini pria cantik itu membuka pintu lemarinya dengan secepat kilat dan menyambar apa saja yang pertama kali terlihat olehnya.

CKLEK!

Jaejoong membuka pintu kamarnya dan berjalan dengan cepat menuju teras depan.
Membuat Heechul dan Yorin yang sedang duduk di ruang tengah terkejut melihatnya.

  “Jaejoongie? Eodiga?!” Seru Heechul bangkit dari duduknya.

Namja cantik itu tidak menyahut atau pun menoleh ke belakang.
Ia memakai sepatunya dan segera membuka pintu depan lalu berlari memasuki mobilnya.
Tidak mengacuhkan Kim Heechul yang memanggil-manggil namanya di teras.
Melihat wajah Ummanya hanya akan membuatnya semakin sedih dan marah.
.
.
.
  “YA! Kudengar seseorang begitu pendiam hari ini karena merindukanku eoh!” Seru Jaejoong seraya menepuk bahu Yunho.

Namja tampan itu terkejut dan refleks menoleh ke samping.
Membulatkan mata musangnya menatap Kim Jaejoong yang sudah tertawa di kursinya.

  “Ke mana saja kau? Berani-beraninya bolos kelas!” Ujar Yoochun melotot.

  “Tadi Profesor Kang mengadakan kuis, kau tahu?” Seru Changmin dengan wajah seriusnya.

  “Apa?! Kuis?!” Pekik Jaejoong kaget.

  “Jangan pernah percaya pada iblis kejam itu, hari ini kita tidak ada kelas” Ucap Junsu seraya memakan spagetinya.

Jaejoong mencibir dan mencondongkan tubuhnya ke depan untuk memukul kepala Changmin yang duduk tepat di seberangnya.
Sementara Jonghyun dan Seungyoon sudah tertawa melihat kelakuan teman-teman mereka.

  “Hyung! Ini komiknya!” Seru Suga seraya mengeluarkan tiga komik berseri dari dalam tasnya.

Jaejoong bertepuk tangan—ia segera beranjak dari duduknya dan pindah ke samping Suga.
Tidak mengacuhkan Jung Yunho yang sedari tadi memperhatikan dirinya dalam diam.
Namja tampan itu mendorong mangkuk salad buahnya menjauh dan menghela nafas pendek.
Kemudian ia tersenyum kecut.

Kau sungguh aktor yang buruk, Kim Jaejoong.

  “Yun! Kenapa? Saladnya tidak enak ya?” Tanya Junsu seraya mengibaskan tangannya di depan wajah Yunho.

Namja tampan itu menoleh dan tersenyum tipis.

  “Ya, rasanya agak kecut hari ini” Gumamnya melirik Jaejoong.

Namja cantik itu refleks menoleh menatap Yunho saat ia mendengar ucapan namja tampan itu.
Ia menggigit bibir bawahnya erat.
Kemudian dengan cepat memalingkan wajahnya ke arah lain.
Tidak—ia tidak bisa berlama-lama memandang namja tampan itu lagi.

Hatinya akan semakin retak mengingat kenyataan bahwa ia akan menikah dengan orang lain.
Bukan dengan pria yang telah mencuri hatinya.


-------


Mata bening itu mengerjap menatap bayangannya yang terpantul di cermin.
Melirik marah dari ujung sepatu hingga ke ujung kepalanya.
Bibir ranum itu mencebik—menahan air mata yang akan jatuh dari matanya jika ia tidak berhati-hati.
Tidak pernah sekalipun terlintas di benaknya bahwa ia akan membenci setelan tuksedo putih yang dikenakannya hari ini.

Ia hanya ingin menikah dengan perasaan bahagia—apakah itu terlalu muluk?

CKLEK.

Jaejoong tersentak kaget ketika pintu ruangan tempatnya bersiap terbuka oleh seseorang.
Ia refleks berbalik dan tersenyum tipis melihat Suga yang berjalan masuk diikuti oleh teman-temannya yang lain.
Jemari Jaejoong mengepal—berusaha untuk menghindari mata musang Yunho semampunya.

  “Aku masih tidak percaya, ini semua terlalu mendadak” Ujar Junsu mengusap bahu sahabat cantiknya.

  “Dan sama sekali tidak tertebak—kupikir..Kita akan terus bersama-sama sampai sepuluh tahun ke depan, ternyata tidak bisa” Gumam Jonghyun tersenyum.

Jaejoong masih diam.
Sedikit saja ucapan keluar dari mulutnya maka air matanya akan segera jatuh.
Ia tidak bisa, mereka semua harus berpikir kalau ia bahagia hari ini.
Karena Jaejoong tidak tahu apa yang akan dilakukan teman-teman nekatnya—terutama si gila Changmin kalau mereka menyadari bahwa ia menjerit di dalam hatinya.

  “Ya, Jaejoongie”

DEG.

Bahu Jaejoong menegang saat suara bariton itu memanggilnya.
Membuatnya mau-tidak mau harus mendongak untuk menatap sepasang mata musang itu.
Yunho bersidekap—memandang Jaejoong dengan tatapan menilai, kemudian ia tersenyum jahil.

  “Kenapa kau tidak memakai gaun yang sudah disiapkan?” Ujar namja tampan itu memiringkan kepalanya.

  “M-mwo?” Kaget Jaejoong membulatkan mata besarnya.

Suga dan Changmin sudah terbahak di atas sofa.
Namja cantik itu melangkah mendekati Yunho dan meninju bahu namja tampan itu hingga Yunho berteriak kesakitan.

  “Neo paboya! Keluar kau dari sini! Dasar mulut ahjumma!” Seru Jaejoong kesal.

  “YA YA! Apa kau tidak tahu kalau aku sengaja bangun pagi hari ini hanya untuk melihatmu memakai gaun itu eoh?! Berhenti memukulku, aish!” Balas Yunho seraya mendorong-dorong Jaejoong yang sudah akan mencakar wajah tampannya.

  “Hajar Hyung! Jambak saja rambutnya!” Seru Suga dan Changmin tertawa senang.

Yoochun mengambil gelas wine yang tersedia di atas meja seraya menggelengkan kepalanya.
Heechul akan mengamuk kalau ia melihat ini—pikirnya geli.

  “Hentikan! Jaejoong! Kau akan segera menikah dalam hitungan menit! Berhenti membuat penampilanmu semakin berantakan!” Teriak Seungyoon seraya menarik Jaejoong untuk menjauh dari Yunho.

Namja tampan itu tersenyum mengejek sementara Jaejoong melotot kepadanya.
Jonghyun menepuk bahu Suga dan Changmin memerintahkan kedua namja itu untuk bangkit dari duduk mereka.

  “Sudah waktunya, Joongie, selamat atas pernikahanmu, semoga kau bahagia” Ujar Junsu tersenyum tulus.

Namja cantik itu terkejut saat Junsu memeluknya dengan erat—seolah tidak rela untuk melepas sahabatnya.
Jaejoong menggigit bibirnya merasakan kedua matanya yang panas.
Junsu melepas pelukannya dan segera berganti dengan Yoochun yang menepuk pelan punggung namja cantik itu.

  “Kau harus bahagia, arasseo?” Ujar namja chubby itu setelah ia melepas pelukannya.

  “Kita tidak bisa berlama-lama berada di sini, jadi biar cepat seperti ini saja ya, semoga kau bahagia, Kim Jaejoong” Ucap Jonghyun memeluk Jaejoong bersamaan dengan Seungyoon.

  “Aku masih tidak percaya kalau kau akan menikah, Joongie” Gumam Seungyoon lirih.

Isakan sedih keluar dari mulut Jaejoong saat Changmin dan Suga memeluk erat dirinya.
Namja cantik itu menenggelamkan wajahnya di antara bahu kedua pemuda tampan itu dan menangis dengan senggukan-senggukan yang tidak bisa ia tahan.

  “Hyung, gwenchana, kau tidak akan kehilangan apapun karena pernikahan ini” Ujar Suga mengusap punggung Jaejoong.

Changmin melepaskan pelukannya diikuti oleh Suga.
Namja berwajah kekanakan itu tersenyum tipis melihat wajah Jaejoong yang sudah basah akan air mata.
Ia mengulurkan tangannya menyeka pipi basah namja cantik itu.

  “Aigoo—kau merusak riasanmu” Ujarnya lembut.

Namja berwajah kekanakan itu tidak berhenti mengusap pipi basah Jaejoong sampai ia yakin air mata namja cantik itu sudah benar-benar berhenti menetes jatuh.
Tenggorokan Jaejoong terasa perih karena ia terus tersengguk dalam tangisnya.
Ia menutup mulutnya dengan tangan karena tidak berhasil menahan sisa senggukan sedihnya.

Dadanya berdenyut sakit mengingat tinggal satu pria yang belum mengucapkan selamat padanya.
Hatinya retak—nyaris pecah hingga berkeping-keping

  “Joongie”

DEG.

Jaejoong mencengkram ujung tuksedonya.
Ia menunduk menggigit bibir bawahnya—menghindari mata musang itu.

  “Gwenchana” Bisik Yunho tersenyum tipis.

Namja tampan itu memeluk Jaejoong dan menepuk bahunya.
Kemudian ia beranjak keluar ruangan diikuti langkah kaki teman-temannya.
Meninggalkan Jaejoong seorang diri dalam tangisnya.
Namja cantik itu mendudukkan dirinya di atas sofa—menutup wajahnya yang lagi-lagi basah akan air mata.
.
.
.
Heechul dan Yorin menghela nafas dari kursi mereka.
Memandang Jaejoong yang sudah berdiri di ujung karpet bersama Hangeng yang mengapit lengannya.
Wanita paruh baya itu tidak bisa melepaskan tatapannya dari wajah menunduk putranya.
Namja cantik itu tampak cantik dengan flower crown berwarna putih yang menjadi hiasan kepalanya.

Sementara Yorin mengusap perutnya dengan lembut dan tersenyum melihat Jaejoong yang sudah berjalan bersama sang Appa.
Ah—adik kecilnya menikah terlalu cepat. Pikir wanita cantik itu dalam diam.

  “Semoga kau bahagia, Joongie” Lirih Yorin pelan.

Hangeng terus tersenyum seiring dengan langkah kaki mereka di atas karpet berwarna putih bersih itu.
Berbanding terbalik dengan putra bungsunya yang terus menunduk memandang buket bunga yang ada dalam genggamannya—sesekali melirik sepatu putihnya yang ingin sekali ia seret dengan lamban.

  “Omo, uri Joongie yeoppodaa!”

Cih.
Bibir ranum itu mencebik saat suara Junsu menembus telinganya.
Ia tidak pernah suka dipuji cantik—tapi kali ini ia tidak membalas ucapan sahabatnya.
Ia tidak akan sanggup melihat wajah mereka semua dengan mata tanpa kebahagiaannya.
Terutama sepasang mata musang milik Yunho.

  “Ah..” Namja cantik itu bergumam kaget saat air matanya menetes jatuh membasahi pipi pucatnya.

Jaejoong ingin sekali mengulurkan tangannya untuk menyeka pipinya.
Tapi ia tidak bisa—orang-orang akan tahu.
Jadi ia lebih memilih untuk terus menundukkan wajahnya sampai Hangeng melepas tangannya dan membiarkannya berjalan ke depan menghampiri seorang pemuda tampan yang berdiri menunggunya sejak tadi.

  “Terima kasih untuk semuanya, tolong jaga putraku dan bahagiakan dia” Ujar Hangeng tersenyum bahagia.

Pemuda bertuksedo hitam itu mengangguk pasti.
Lalu memutar arahnya menghadap ke arah calon pengantinnya yang sama sekali tidak berniat untuk mengangkat wajah cantiknya.

Mata besar Jaejoong memejam singkat—setelah ini, semoga saja aku bisa bertahan.
Namja cantik itu terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, membayangkan bagaimana ia bisa menjalani kehidupan pernikahannya dengan pria yang sama sekali tidak dikenalnya.
Lalu kemudian ia teringat akan Yunho.
Apakah setelah ini akan menjadi giliran namja tampan itu untuk menikah?
Relung dada Jaejoong terasa sesak ketika ia membayangkan pernikahan namja tampan itu.

Ia tidak akan sanggup melihat Yunho bersanding dengan orang lain.
Mungkin titik tegarnya berhenti sampai saat itu tiba.

  “Kim Jaejoong-ssi, kau bisa menjawab sumpahmu sekarang”

DEG.

Namja cantik itu terkesiap saat suara pastor terdengar.
A—apa?
Sumpahnya?
Apakah sumpah calon suaminya sudah selesai? Secepat itu? Mengapa ia tidak mendengarnya?

  “Kim Jaejoong-ssi” Tegur pastor itu lagi.

  “A..Aku..Aku bersedia” Lirih Jaejoong pelan.

Tangan Jaejoong bergetar ketika ia mengucapkan sumpahnya.
Air matanya sudah kembali menetes jatuh hingga kelopak matanya terasa perih.

Bukan ini yang ia inginkan!
Bukan!

Yang ia inginkan adalah lelaki yang suka menjahilinya di kampus.
Yang ia inginkan adalah lelaki yang selalu membuatnya tersenyum bahagia.
Yang ia inginkan adalah lelaki yang entah bagaimana selalu ada di sisinya.

Lelaki pecandu salad buah itu..

  “Apa kau akan terus menunduk seperti itu sampai acara ini usai? Apa kau tidak ingin mencium suamimu, eh? Jung Jaejoong?”

DEG!

Mata bulat Jaejoong membesar dalam sekejap.
Nafasnya tercekat dengan bibir ranumnya yang bergetar.
Seolah seluruh oksigen terenggut paksa dari paru-parunya.
Namja cantik itu mengerutkan dahinya mencoba untuk meyakini bahwa ia tidak sedang berhalusinasi.

Jaejoong mengangat kepalanya dan mendongakkan wajahnya dengan jantung yang berdebar-debar kencang.
Namja cantik itu refleks menutup mulutnya dengan tangannya menatap tidak percaya sosok pemuda tampan yang berdiri di hadapannya saat ini.

Lelaki bertuksedo hitam itu berdecak—menatap Jaejoong dengan senyuman congkaknya.
Memandang puas raut terkejut Jaejoong yang sungguh lucu di matanya.

  “Y—YUNHO AH!!” Seru Jaejoong menubruk namja tampan itu dengan tiba-tiba.

Yunho terkejut hingga ia hampir kehilangan keseimbangannya saat namja cantik itu memeluk lehernya dengan erat.
Namun detik berikutnya ia tertawa geli dan balas memeluk pinggang ramping itu.
Melirik ibu dan ayahnya yang mengacungkan ibu jari kepadanya—lalu keluarga Jaejoong yang tersenyum bahagia di kursi mereka—kemudian teman-teman berisiknya yang sudah bertepuk tangan heboh di barisan terdepan.

  “Yunho ah..Yunho..Hiks..” Isak Jaejoong lirih—masih di antara rasa terkejut dan bahagianya.

Namja tampan itu tersenyum puas setelah membiarkan Jaejoong memeluknya erat untuk beberapa saat.
Kemudian ia melepaskan pelukan mereka dan mengusap lembut pipi basah pengantinnya.

  “Ba..Bagaimana bisa kau—”

  “Tentu saja bisa. Kau pikir aku akan diam saja melihatmu menikahi orang lain eoh? Lagipula kau itu cocoknya hanya menjadi pengantinku seorang”

Eoh, Jaejoong tidak bisa menahan tawa bahagianya mendengar ucapan pria tampan itu.
Dadanya terasa penuh dengan perasaan bahagianya yang meluap-luap—membumi-hanguskan semua kesedihan dan kemarahannya.

Namja tampan itu menarik Jaejoong untuk merapat kepadanya.
Kemudian ia menunjuk bibirnya sendiri dengan jari telunjuknya.
Membuat tawa Jaejoong semakin pecah—namun dalam detik berikutnya ia sudah kembali memeluk erat leher Yunho dan mencium penuh-penuh bibir seksi namja tampan itu.
Jaejoong bisa mendengar suara tepuk tangan dari para undangan dan teriakan-teriakan heboh milik teman-teman perkumpulannya.

Tapi ia enggan untuk mengusaikan apa yang telah dimulainya.
Belum—belum cukup untuk memberitahu Yunho betapa ia sangat bahagia karena kejutan pria tampan yang jahil ini.

  “YA! HYUNG! Sudah cukup! Sekarang saatnya potong kue!” Teriak Suga lantang.

  “Potong yang paling atas ya Hyung! Aku mau strawberry-nya!” Sambung Changmin tidak tahu malu.

  “Mwoya? Bagian itu milikku! Aku yang pertama kali melihatnya!” Seru Suga mendorong bahu Changmin.

Dan kedua bocah badung itupun sudah saling dorong-mendorong di barisan depan.
Membuat Seungyoon dan Yoochun tidak tahan untuk tidak membenturkan kedua kepala namja berisik itu.

Jaejoong baru saja menjauhkan wajahnya dari wajah Yunho.
Mereka berdua saling memandang satu sama lain—tidak mengacuhkan keributan yang ditimbulkan oleh Suga dan Changmin di kursi undangan.
Namja cantik itu mengusap air matanya dengan lengan.

  “Aku masih tidak percaya Yunho..Ini seperti mimpi, apa yang sudah kau lakukan?” Bisik Jaejoong dengan bibir ranumnya yang tidak pernah berhenti untuk menyunggingkan senyuman manis.

Senyum yang sangat disukai Yunho sejak pertama kali mereka bertatap muka.

  “Apa kau lupa kalau aku ini pria yang sangat kaya eoh? Aku melunasi hutang keluargamu dengan mantan calon suamimu itu, dan sebenarnya, kita masih bisa menikah setelah selesai kuliah atau kapanpun aku mau. Tapi mengerjaimu selalu menyenangkan, apa kau tahu betapa lucunya wajah frustasimu di ruang rias tadi?”

  “Jung Yunho sekya! Kejam! Penjajah! Hantu salad! Apa kau tidak tahu aku hampir mati tadi eoh!”

Tawa Yunho pecah saat Jaejoongnya mengamuk dengan wajah yang memerah padam.
Ia meringis saat namja cantik itu meninjunya dengan kuat—dan segera mengunci pengantinnya dalam pelukannya agar tidak berbuat anarkis lagi.

  “Alasan sesungguhnya mengapa aku mau melakukan semua ini adalah karena aku mencintaimu, Kim Jaejoong, mencintaimu seperti kau yang mencintai diriku” Ujar Yunho lembut.

Cih.

Jaejoong tersenyum dan balas memeluk Yunho.
Kemudian ia memukul bahu namja tampan itu dengan keras sampai Yunho mengaduh kesakitan.

  “Jung Jaejoong, moron! Bukan Kim Jaejoong!” Seru namja cantik itu gemas.

  “Ah, iya, aku lupa, hahahaha” Ringis Yunho menepuk-nepuk kepala pengantinnya.

  “YA! HYUNG! KALAU KALIAN TIDAK TURUN JUGA, BIAR AKU DAN SUGA SAJA YANG POTONG KUENYA!!”

Aih.

Jonghyun, Seungyoon, Yoochun, dan Junsu menghela nafas mereka seraya beranjak meninggalkan kursi undangan.

END.

Suga dan Seungyoon masuk naskah!!
Ahahahaha, mereka berdua kesukaan aku dari bts dan winner, lagi gila-gilanya sama mereka XD
Oke—awalnya aku bikin oneshoot ini damai badai, tapi makin ke ujung kok rasanya ini alurnya secepat kilat ya? Hahahaha mulai ngerasa kalau ini cocoknya dijadiin chapteran *plakk*
Yah, tapi kan yang penting happy ending, anggap aja bayaran dari ff Run Away yang nggak ada epilognya itu yaaaaaa <3

Otte?
Joahe ania?

1 komentar:

  1. hoooooo. padahal aku uda mau nangis tapi gk jadi karna ternyata yang jadi pengantinnya yunho. ahahaa

    BalasHapus