Tittle:
JUJUS’s WISH
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-fluffy-incest-mpreg-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
CAUTION:
JUNG JAEHO, JUNG JUNHON, JUNG YUNJAEYUN, DAN JUNG JU HEE ARE MINE CAST!
-------
‘So, how it feel being the one and only one girl among
boys and men in your life?’
.
.
.
Sepasang mata bulat replika dari Jung Jaejoong itu mengerjap
memperhatikan cermin ukuran raksasa yang ada di dinding kamarnya.
Iris cokelat itu memperhatikan dengan detail mulai dari bagian bawah.
Ia bisa melihat kaki jenjang yang terbalut kaus kaki selutut dengan
aksen garis-garis berwarna hitam dan putih.
Pandangannya naik menuju pinggangnya yang ditutupi rok kembang sebatas
paha. Berwarna merah dengan corak kotak-kotak hitam.
Bibir seksinya menyungging ke atas, namun tidak sepenuhnya sempurna.
Ia masih memperhatikan bagian tubuhnya yang terbalut kaus tanpa lengan
berwarna hitam yang dilapisi sweater
tipis merah berjaring-jaring hingga memperlihatkan lengan cantiknya.
Gadis cantik itu mengangkat tangannya, melihat choker bercorak tengkorak menghiasi kulit putihnya.
Dan senyumnya mengembang sempurna ketika mata bulatnya sampai pada
kepalanya.
Oh—ini bagian favorite-nya
sepanjang masa.
Rambut almond turunan dari
ibunya yang sebatas pinggang, dengan kedua sisi di dekat telinga yang ditarik
ke belakang dan dijepit dengan sebuah jepitan berbentuk pita berwarna merah.
Warna kesukaannya.
“Kau selalu sempurna, Jung Ju
Hee” Bisik yeoja gothic itu puas.
BRAKK!
Gadis cantik itu terkejut ketika pintu kamarnya yang ber-glitter pink dengan garis-garis hitam
terbuka kasar dari luar.
Mata bulatnya segera membesar menatap adik bungsunya, Jung Junhon yang
tersenyum secerah matahari di sana.
“Nuna! Umma memanggil untuk
sarapan! Omo! Uri Nuna neomu yeoppo!” Pekik Junhonchan gemas.
Bocah berambut cokelat itu menatap Ju Hee dengan matanya yang
berkilat-kilat lucu.
Membuat Ju Hee menghela nafas pendek.
Lalu tersenyum tipis.
Yah, Junhon memang selalu membuatnya kesal.
Tapi entah kenapa ia tidak pernah bisa marah kepada bocah manja ini.
“Ya, Honchan, dan untuk yang
ke-82 kalinya, ketuk pintu sebelum kau masuk” Ujarnya.
“Maaf Nuna” Sahut Junhon tanpa
rasa bersalah sama sekali.
Ju Hee menggeleng pelan, kemudian ia berajalan mengikuti adiknya.
Mata besarnya bergerak, memperhatikan langit-langit yang terlalu tinggi,
kemudian beberapa pilar marmer yang cantik sebagai penopang sekaligus penghias
rumah.
Dan ketika kaki jenjangnya melangkah menuruni tangga, ia tersenyum tipis
melihat banyak pigura yang terpajang di sepanjang dinding berwarna cokelat krem
itu.
Yah, Ummanya hobi memotret, katanya.
Pandangan Ju Hee berhenti di sebuah bingkai raksasa yang terpajang di
ruang tengah rumah besar tersebut.
Ia bisa melihat settingan foto
keluarga yang unik dari milik keluarga teman-temannya di sekolah.
Ju Hee ada di sana, duduk di atas sebuah kursi layaknya ratu di atas
singgasana.
Dan lima orang laki-laki berdiri mengelilinginya.
“Honchan, Umma tahu apa yang kau
lakukan”
Gadis cantik itu menoleh, melihat Junhon yang sedang mengerucutkan bibir
cherry-nya kepada Jaejoong—Umma
mereka—.
“Hon dengar Umma? Letakkan
paprika itu di sana” Tegur namja cantik itu lagi.
“Ummaaa~~~” Rengek Junhon dengan
mata besarnya.
“Ah-ah, Umma tidak akan tertipu
kali ini, berapa kali harus Umma katakan? Paprika bagus untuk perumbuhanmu,
Jung Junhon”
“Hon benci paprikaaaa~!”
“Junhon”
Uh.
Bocah cherry itu
menggembungkan pipinya kesal.
Ia menaruh dengan asal-asalan paprika yang tadi sempat disembunyikannya
ke atas piringnya.
Ia akan memakan nasi gorengnya dan menyingkirkan paprika ini nanti,
pikirnya.
“Jadi 50 persen saham milik
keluarganya Jiyoung sudah menjadi milik Appa? WOW! Tunggu sampai dia mendengar
kabar ini!”
Jaejoong yang super cantik dan seksi itu mengernyitkan dahinya.
Ia menoleh menatap kembaran dari si bungsu Junhon dan bersuara.
“Jaeho, dilarang membicarakan
bisnis di meja makan” Gusarnya.
Namja berambut almond itu menoleh,
balas menatap Umma cantiknya.
“Ini bukan bisnis, Umma, ini
tentang pemindahan saham” Sahut Jaeho datar.
“Tetap saja, Umma pusing dengan
saham-saham itu, habiskan nasi gorengmu dan segera bersiap, sebentar lagi Junsu
imo kesayanganmu menjemput” Ujar Jaejoong dengan mata yang masih memperhatikan
Junhon sesekali, takut namja cherry itu kembali membuang paprikanya.
“Itu jus jerukku! Kenapa kau
minum!”
Yunho, Jaejoong, Jaeho dan Junhon sontak menoleh ke arah Ju Hee yang
duduk di samping kakaknya, Yunjaeyun.
Gadis cantik itu tampak marah melihat Yunjaeyun tersenyum kecil
kepadanya.
“Kau bisa meminum jusku, tidak
perlu berteriak seperti itu” Balas Yunjaeyun angkuh.
Uh!
Ju Hee mengerutkan dahinya.
Wajah cantiknya tampak memerah kesal.
“Tidak bisakah kau berhenti
menggangguku sekali saja, Jung Yunjaeyun?! Dan aku tidak mau minum jus bekas
mulutmu!” Pekik gadis itu marah.
“Ju Hee, panggil YunYun dengan
sopan, dia Oppamu” Celetuk Jaejoong.
“Tapi dia meminum jusku!”
“Umma akan membuatkan yang lain,
berhentilah berteriak dan minta maaf pada Oppamu, Juju”
“Aku tidak mau! YunYun harus
membuatnya sendiri untukku!”
Yunho memijat pelipisnya.
Well, ia memang
cukup menikmati sarapan bersama keluarga tercintanya seperti pagi ini.
Tapi terkadang kepalanya bisa berdenyut kalau pertengkaran antar saudara
seperti ini dimulai.
Namja tampan itu menarik nafas panjang.
Kemudian ia mengetukkan telunjuknya di atas meja.
Membuat seluruh anggota keluarganya terdiam.
Oh—itu pertanda buruk, Jung Yunho sudah diambang batas kesabarannya.
“YunYun, ambil jeruk di kulkas
dan gantikan jus milik adikmu. Jaejae, berhenti menyingkirkan wortelmu ke
piring Appa, Honchan, habiskan paprikamu, dan Juju, belajarlah bersabar dan
berhenti berteriak di meja makan” Ujar namja tampan itu dengan mata musangnya
yang menyipit.
Keempat anaknya segera mengangguk patuh.
Yunjaeyun segera berdiri dan menghilang di balik dapur.
Jaeho kembali memakan nasi gorengnya dan menyingkirkan wortel miliknya
ke sudut piring. Ia akan menyingkirkan benda mematikan ini nanti. Pikirnya.
Junhon sudah kehilangan nafsu makannya.
Sementara Ju Hee bersandar di kursinya dengan tangan yang menyilang di
dada.
“Duduk dengan sopan, Juju” Ucap
Yunho pelan.
Jaejoong hanya diam.
Membiarkan Yunho mengambil alih untuk sementara.
Ah, terkadang ia juga lelah mengurusi keributan di antara anak-anaknya.
“Ju, dengar Appamu” Bisik
Jaejoong memandang putri satu-satunya.
Tapi Ju Hee hanya bergeming.
Mata bulatnya terus menatap Yunho seolah menantang.
“Baiklah, tidak ada band untuk satu minggu ke depan, kau dihukum” Ujar Yunho tegas.
Dahi Ju Hee mengerut.
Yeoja gothic itu sontak berdiri dari duduknya dengan kasar.
Membuat kursi berat itu berderit dengan lantai.
Gadis itu mendorong piringnya hingga menyenggol gelas berisi jus jeruk
miliknya dan membuatnya tumpah di atas piring Yunjaeyun.
Jaejoong terkejut melihatnya.
Sedetik kemudian Ju Hee sudah berlari menghentakkan kakinya menaiki
tangga dan membanting pintu kamarnya dengan kasar.
Jaejoong menghela nafas.
Ia menoleh, memandang suaminya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
“Aku tahu sayang” Gumam Yunho
tersenyum tipis.
Namja tampan itu beranjak dari duduknya dan beralih mendatangi kamar
putrinya.
Sementara Jaejoong sudah memicing menatap si kembar dengan mata
bulatnya.
“Hehe”
Bocah kembar itu menyengir memperlihatkan gigi mereka yang rapi.
Jaejoong melotot.
Dan bocah berwajah sama itu mencebil seraya mengembalikan wortel dan
paprika yang tadinya mereka buang ke piring di samping.
BRAKK!
PRANGG!
Yeoja gothic itu menendang dan membanting apa saja yang ada di
hadapannya.
Emosinya meledak-ledak, gadis cantik itu bahkan melempar gitar
listriknya ke dinding hingga benda tersebut patah.
Cermin raksasanya pecah.
Dan bantal bulu angsanya bertebaran di mana mana.
CKLEK!
Yunho membuka pintu kamar Ju Hee dengan sekali sentak.
Bukan pemandangan langka lagi melihat putri satu-satunya itu mengamuk
seperti ini.
Ju Hee adalah seorang gadis yang sungguh tempramental.
Dan hanya Yunho yang bisa mengendalikan yeoja itu.
Gadis cantik itu tidak mengeluarkan suara sedikitpun bahkan ketika Yunho
datang dan memeluknya erat dari belakang.
Tubuh mungilnya memberontak, ia menendang-nendang dan mencakar tangan
Appanya.
Sementara Yunho memundurkan langkahnya hingga mereka terduduk di
ranjang.
Dengan Ju Hee yang berada di pangkuan namja tampan itu.
“Maafkan Appa, Appa salah” Bisik
Yunho lembut.
Mengulurkan satu tangannya untuk mengusap-usap kepala putri
kesayangannya.
Ju Hee tidak menyahut.
Ia hanya mengerutkan dahinya dengan mata yang berkaca-kaca.
Yunho sudah mengecup-kecup lembut pelipis yeoja gothic itu.
“Appa tidak adil” Desis Ju Hee
akhirnya.
“Ne, mianhae” Sahut Yunho dengan
suara terlembut yang ia punya.
Pelukan Yunho sedikit mengendur ketika ia merasa yeoja cantik itu sudah
menyerah kepadanya.
Namja tampan itu menjatuhkan badannya di atas ranjang.
Kemudian Ju Hee berbaring di samping ayahnya.
“Aku benci Yunjaeyun” Ujar Ju
Hee lagi.
Yunho hanya mengangguk dengan tangan yang mengusap kepala putrinya.
“Itu jus jerukku, dia selalu
seenaknya”
Namja tampan itu tidak melakukan hal lain selain mengangguk.
Membiarkan Ju Hee mengungkapkan kekesalannya.
“Dan aku mau pertunjukan band-ku selama satu minggu ke depan”
“Hmm, sudah, sayang?”
“Ya…Sudah…”
Yunho tersenyum.
Ia beringsut duduk dan Ju Hee segera ikut duduk di samping Yunho.
Mata bulatnya kini menatap Appanya.
Namja tampan itu menarik nafas panjang, kemudian ia menghembuskannya.
“Baiklah, hukumanmu dibatalkan”
Ju Hee mengerjapkan matanya.
Kemudian ia memeluk Yunho dengan erat.
“Aku sayang Appa” Bisiknya
lirih.
“Appa juga sayang padamu” Balas
Yunho lega.
Yeoja gothic itu melepaskan pelukannya.
Ia mengusap wajahnya dan merapikan pakaiannya yang kusut.
“Kka, Junsu imo akan menjemput
kalian sebentar lagi”
“Tapi aku mau main dengan Gyunnie”
“Kalau begitu Appa akan meminta
Kyu imo untuk mengantar Chang Gyu ke rumah Junsu imo”
“Deal”
Namja tampan itu mengacak gemas rambut almond putrinya.
Ia berdiri dari duduknya hendak mengajak gadis kecil itu keluar.
Sesaat mata musangnya memperhatikan kekacauan yang dibuat putrinya.
Aih, ia terpaksa meminta bantuan Hwang Ahjumma untuk mengurusi kamar ini.
.
.
.
Jaejoong mendesah panjang
seraya bersandar di dada bidang kekasihnya.
Sementara Yunho hanya
tersenyum menanggapinya, ia mengusap-usap lembut kepala namja cantik itu dengan
pandangan yang fokus ke layar televisi.
“Untung saja mereka semua mau ikut Junsu
piknik hari ini. Aku tidak bisa membayangkan akhir pekan seperti ini dipenuhi
dengan teriakan-teriakan mereka” Ujar Jaejoong.
“Mereka sama berisiknya sepertimu, sayang”
Balas Yunho tertawa.
Jaejoong mengerucutkan bibir
ranumnya.
“Aku kan hanya berisik saat bercinta denganmu
saja”
Tawa Yunho semakin kencang.
Ia bersandar malas di
sandaran sofa dan tersenyum manis kepada kekasih hatinya.
“Mereka sudah besar hm?” Gumam namja tampan
itu.
“Yah, dan tidak lama lagi aku akan kehilangan
mereka” Lirih Jaejoong.
“Mereka hanya pergi ke sekolah sampai jam
tiga sore, BooJaejongie”
“Tetap saja rumah terasa sepi”
“Aigoo~ Sensitifnya Jaejoongku”
Uh.
Namja cantik itu beranjak
duduk dengan benar.
Belum sempat ia bersuara
Yunho sudah memakan mulutnya.
“Kau menyebalkan” Pekik Jaejoong malu.
Yunho kembali tertawa.
“Ah, aku baru ingat, Yunnie, ulang tahun Juju
semakin dekat, apa yang akan kita berikan untuknya tahun ini? Kalau pakaian
aneh seperti miliknya sekarang ini aku tidak mau” Cerocos Jaejoong lincah.
Membuat Yunho semakin gemas
padanya.
“Bagaimana kalau tahun ini sedikit berbeda?”
Ujarnya.
“E-eh? Bagaimana?” Bingung Jaejoong menaikkan
alisnya.
“Kita tanyakan langsung kepadanya, hadiah apa
yang paling ia inginkan tahun ini”
“Juju pasti akan meminta gitar baru, aih, aku
menyesal sudah membiarkan Chwang mengenalkan benda itu kepadanya”
“Hmm, ngomong-ngomong tentang adikku yang
nakal itu, Changmin tidak jadi memasukkan Gyunnie dan Minkyu ke sekolah
berasrama”
“Eh? Kenapa?”
.
“Kedua anaknya menolak, dan kita semua tahu
monster makanan itu selalu menuruti permintaan anaknya”
“Yah, seperti kau tidak saja”
Yunho tertawa lagi.
-------
Park Sooji—putri bungsu Junsu dan Yoochun—beralih duduk di depan
sepupunya yang sedang terlihat tidak mood
sama sekali di kursinya.
Yeoja berambut ikal itu tidak habis pikir dengan kelakuan Ju Hee.
Padahal hari ini latihan band mereka
lancar seperti biasanya.
Pelajaran sejarah tadi juga tidak ada masalah.
Minho Songsaenim tidak mengomel kepada Ju Hee hari ini.
Jadi, di mana masalahnya?
“Ju, apa aku harus memanggil
Chang Gyu Onnie ke sini?” Tanya Sooji seraya menumpu kedua lengannya di atas
meja.
Mata sipitnya memperhatikan jepit rambut berbentuk tengkorak di kepala
Ju Hee.
Lucu sekali, pikirnya.
“Tidak usah, dia pasti sedang
mengganggu YunYun” Sahut Ju Hee tidak acuh.
Yah, dunia juga tahu putri sulung Jung Changmin itu menyukai Yunjaeyun.
“Oh! Aku tahu! Pasti Sezru kan?”
Pekik Sooji riang.
Aih.
Yeoja gothic itu menoyor kepala sepupunya.
Ia mendengus.
“Ini tidak ada hubungannya
dengan bocah berambut biru itu kau tahu” Desisnya kesal.
Sooji merengut.
“Ayolah, sebentar lagi bel pulang,
aku sungguh penasaran, ceritakan kepadakuu”
“Aku hanya jenuh dengan
keluargaku, ok?”
“Mwo?”
“Maksudku, bukan Umma dan Appa.
Tapi ketiga namja bodoh itu”
“Aku tahu YunYun Oppa suka
mengganggumu, tapi Jaejae dan Honchan?”
“Si kembar itu sulit sekali
mengerti tentang sopan santun dan aku bosan melihat tingkah mereka yang tidak
tahu diri. Maksudku, berbagi ciuman di umur mereka yang sekarang ini? Aih, ini
salah Umma dan Appa yang terlalu mesum”
Sooji tersenyum tipis.
“Well, jadi bagaimana?”
“Molla. Belnya sudah bunyi, aku
pulang duluan, titip salam buat Yoosu Oppa”
“Baiklah”
Yeoja gothic itu menghela nafas panjang.
Ia mengambil tasnya dan beranjak keluar kelas.
.
.
.
“Sekolah sudah selesai, Ju?
Tidak latihan?”
Jung Ju Hee menoleh, memandang Ummanya yang berjalan menghampirinya
dengan apron motif sakura di tubuhnya.
“Yap, kami sudah latihan di jam
istirahat”
“Kalau begitu ganti bajumu dan
temui Umma di kamar ya”
“Ya Umma”
Yeoja gothic itu menaikkan alisnya seraya berjalan menaiki tangga.
Tidak biasanya Jaejoong menyuruhnya bertemu di kamar.
Apa terjadi sesuatu? Pikir Ju Hee penasaran.
Gadis cantik itu segera mengambil rok abu-abu berjaringnya dan memakai
kaus putihnya yang bergambar tengkorak berwarna merah.
Setelah selesai dengan penampilannya ia mengambil karet rambut dengan
renda sobek-sobek di pinggiran benda tersebut dan mengikat rambut panjangnya.
“Ummaaaa~!”
“Umma di dapur, Juju”
“Cake cokelat?”
“Ya, untuk
dimakan nanti malam, Umma akan membereskan ini dulu, kau masuk saja ke kamar”
Yeoja gothic itu mengangguk.
Ia segera berlari dan memasuki kamar Umma dan Appanya.
Mata bulatnya membesar.
Terkejut melihat Yunho yang duduk di pinggir ranjang
sedang memainkan ponselnya.
“Appa?
Bukankah seharusnya Appa di kantor sekarang?” Tanya Ju Hee kaget.
“Ummamu
cerewet sekali hari ini, jja, duduk di samping Appa” Ujar Yunho tertawa.
Ju Hee mengangguk.
Tepat setelah ia duduk, pintu kamar terbuka, dan Jaejoong
muncul dari balik pintu.
“Humm,
jadi…Ada apa? Aku tidak melakukan kenakalan apapun hari ini. Minho Sam juga
tidak mengomel kepadaku di sekolah” Ujar Ju Hee membuka suara.
Jaejoong tersenyum tipis mendengarnya.
Pria cantik itu segera duduk di samping putrinya dan
mengusap lembut tangannya.
“Ini tentang
hari ulang tahunmu besok, sayang” Ucap Jaejoong.
Ju Hee tertegun.
Ia menoleh, menatap Yunho yang balas memandangnya.
“Umma dan Appa
sepakat untuk melakukan hal yang berbeda di tahun ini untukmu. Kau boleh
mengajukan permintaan hadiah kali ini” Ujar Yunho seraya memainkan rambut
panjang putrinya.
Mata bulat Ju Hee membesar.
“Jeongmall?”
Serunya tidak percaya.
Jaejoong dan Yunho mengangguk.
Dan detik itu juga Jung Ju Hee tersenyum lebar.
“Aku ingin
jadi anak tunggal sampai akhir pekan”
DEG.
Jaejoong dan Yunho saling menatap.
Kemudian mereka kembali memandang Ju Hee yang masih
tersenyum.
“Anak
tunggal?” Bisik Jaejoong mencoba meyakinkan dirinya.
“Ya, hanya
aku. Tidak ada si kembar dan tidak ada Yunjaeyun” Sahut Ju Hee.
Pria cantik itu terdiam.
Tetapi dahinya mengernyit.
Bagaimana bisa permintaan semacam itu terlontar dari
bibir putrinya?
Ya Tuhan.
“Itu saja. Aku
tidak butuh gitar baru atau sepatu baru. Aku hanya ingin itu” Tegas Ju Hee.
Yunho yang melihat Jaejoong tampak gelisah, segera
tersenyum kepada putrinya.
Ia mengangguk.
“Baiklah,
permohonan dikabulkan” Ujar namja tampan itu lembut.
Ju Hee tersenyum puas.
Ia beranjak dari duduknya
dan mengecup bibir Umma dan Appanya.
Kemudian ia melangkah keluar
ruangan, meninggalkan Jaejoong dan Yunho yang masih duduk di ranjang.
Namja cantik itu memijat
pelipisnya.
“Kau dengar, Yunnie? Aku sama sekali tidak
mengerti dengan jalan pikiran Juju. Ucapannya sungguh menyakiti hatiku.
Bukankah itu berarti ia tidak suka dengan saudara-saudaranya?” Ujar Jaejoong
serak.
Yunho segera merengkuh namja
cantik itu.
Memeluknya dengan erat.
“Mungkin karena ia merasa tidak cukup
dicintai, sayang. Kita berdua tahu bagaimana sensitifnya putri kecil itu” Hibur
Yunho lembut.
“Tapi aku sudah berusaha untuk tidak pilih
kasih, Yunnie”
“Ya, aku juga seperti itu. Tapi tetap saja
kita tidak tahu apa yang dirasakan mereka berempat kan?”
“…”
“Joongie, kau akan membantuku kan sayang?”
Uh.
Namja cantik itu mendongak.
Kemudian ia mengangguk
pasrah setelah Yunho memberikannya ciuman panas.
“Apa yang harus kita lakukan pada ketiga
bocah itu?” Tanya Jaejoong.
“Kita titipkan di rumah Umma” Balas Yunho.
“Umma dan Appa pasti senang bisa menghabiskan
waktu dengan cucu-cucunya”
“Sekali jalan dua pulau hn?”
“Baiklah, deal”
-------
Kamar bernuansa gothic itu
masih tampak temaram di pagi ini.
Suara cicit burung sudah
terdengar dari luar jendela.
Tapi tampaknya putri keras
kepala itu masih belum puas dengan tidurnya.
Yeoja gothic itu mengerutkan
dahinya ketika ia mendengar suara gorden yang disibak dengan sekali sentak,
kemudian suara jendela kacanya yang terbuka lebar.
Membuat sinar matahari
menusuk mata bulatnya yang terpaksa terbuka.
“Selamat ulang tahun!”
DEG.
Jung Ju Hee terkejut.
Yeoja gothic itu sontak
terduduk dari tidurnya dan membulatkan matanya mendapati sang Umma yang berdiri
memegang sebuah kue tart cokelat kesukaannya dengan lilin menyala di samping
ranjang.
Sementara Appanya sudah
mendekat dan memeluknya kemudian mencium bibir dan dahinya lembut.
“Selamat ulang tahun, kesayangan Appa” Bisik
Yunho tersenyum.
“Omo” Gumam Ju Hee menutup mulutnya dengan
punggung tangan.
Menatap takjub kue lezat
itu.
Jaejoong segera duduk di
samping putrinya dan membiarkan yeoja cantik itu memadamkan semua lilin dengan
hembusan nafasnya.
Pria cantik itu memberikan
ciuman sayang di pipi Ju Hee dan senyuman manis.
“Jja, Umma sudah membuatkan sarapan spesial
untukmu, mandilah” Ujar Jaejoong.
Ju Hee mengangguk antusias.
Ia segera melompat dari
ranjang dan berlari memasuki kamar mandinya.
Membuat Jaejoong dan Yunho
tertawa akan tingkahnya.
Pasangan kekasih itu segera
beranjak keluar dari kamar Ju Hee dan menuruni tangga menuju dapur.
Dengan Jaejoong yang
berusaha menjauhkan telunjuk Yunho dari krim cokelat kue tart tersebut.
Yeoja gothic itu
menyelesaikan mandinya dengan cepat.
Kemudian ia segera memakai
seragamnya yang sudah di make over
dengan pernak-pernik gothic.
Ju Hee menutup pintu
kamarnya dan hendak berlari menuruni tangga.
Tapi kemudian langkahnya
mendadak terhenti.
Mata bulatnya beralih,
menatap dua pintu kamar yang tidak jauh dari kamar miliknya.
Yeoja gothic itu berjalan
pelan, menghampiri pintu pertama dan mengetuknya.
Tidak ada suara dari dalam.
Ia membuka pintu tersebut.
Terkunci.
Ju Hee segera beralih ke
pintu yang satunya.
Dan pintu itu juga terkunci.
“Tidak ada saudara laki-laki!” Gumam Ju Hee
puas.
Ia segera berlari menuruni
tangga dan tertawa senang.
Mata bulatnya menelusuri
pigura-pigura yang terpajang di dinding.
Ia sedikit tertegun
mendapati foto keluarga mereka telah berganti dengan fotonya dan kedua orang
tuanya.
Ju Hee ingat, saat mereka
mengambil foto itu Jaejoong memang meminta mereka difoto secara terpisah satu
persatu.
Senyum manisnya semakin
lebar.
Dan dadanya tidak berhenti
berdebar ketika ia melihat meja makan hanya dengan tiga kursi!
“Duduklah, sayang, Appa akan mengantarmu ke
sekolah hari ini” Ujar Jaejoong lembut.
“Aku ingin makan kueku” Sahut Ju Hee yang
sudah duduk di kursinya.
Mata bulatnya menatap sandwich daging tanpa sayur di atas
piring.
Yum! Sarapan favorite-nya
sepanjang masa!
“Baiklah, tapi habiskan dulu sandwich-mu” Ucap Jaejoong seraya
menuangkan jus jeruk ke dalam gelas Ju Hee.
Gadis cantik itu mengangguk.
“Aku senang sekali, terima kasih!” Seru yeoja
gothic itu semangat.
Yunho dan Jaejoong hanya
tersenyum.
.
.
.
“Hei! Selamat ulang tahun, rocker Shinkiseed!”
Jung Ju Hee terkejut ketika
ia membuka pintu ruang latihan band-nya
di sekolah dan mendapatkan kejutan dari seluruh anggota band-nya.
Yeoja gothic itu tersenyum
manis.
Ia segera menutup pintu dan
meniup lilin yang ada di atas kue.
“Hari yang baik eoh? Kau senang sekali
kelihatannya” Ujar Chansung.
“Yap~! Tidak ada yang lebih baik lagi dari
hari ini!” Pekik Ju Hee yang sudah mencolek kuenya.
“Hmm, biar kutebak, gitar baru?” Celetuk
Yonghwa.
Ah-ah.
Ju Hee menggeleng.
“Sepatu boot
keluaran terbaru tahun ini?” Tanya Chang Gyu menaikkan alisnya.
“Boneka black
teddy impianmu?” Seru Sooji tersenyum.
“Better
than those shits! Aku jadi anak tunggal!” Ujar Ju Hee tertawa.
Mwo?
Keempat anggota band itu
terdiam.
Mereka menatap Ju Hee dengan
aneh.
“E-e—anak tunggal?” Tanya Chansung bingung.
Tapi setahunya Ju Hee
memiliki tiga saudara laki-laki!
Bagaimana bisa dalam sekejap
ia menjadi anak tunggal?
“Aku tidak tahu, tapi pagi ini aku terbangun
dengan dua kamar di dekatku terkunci rapat! Means
there were no Jungs except me!”
Park Sooji mengerutkan
dahinya.
“Bagaimana bisa?”
“Umma dan Appa melakukannya, mereka
mengabulkan permintaanku”
Oh—Chang Gyu mengangguk.
Sementara Yonghwa masih
menatap aneh vokalis band mereka.
Itu permintaan ulang tahun
ter-ajaib yang pernah ia dengar.
“Pikiranmu dangkal sekali”
Eoh?
Ju Hee menoleh, menatap
Sooji dan Chansung yang balas memandangnya.
“Kau akan menyesal nanti, kau tahu” Ujar
keduanya kompak.
Ju Hee memutar bola matanya.
“No way”
Gumamnya malas.
-------
Ju
Hee pulang ke rumah dengan senyuman bahagia hari ini.
Ia
memasuki rumah besarnya dan mendapati Jung Jaejoong yang sedang menyiapkan
beberapa sandwich dan muffin cokelat di dalam kotak bekal.
Membuat
gadis gothic itu menaikkan alisnya.
Ia
segera menghampiri Jaejoong dan meloncat pelan di depannya.
“Jangan bilang kita akan pergi piknik!” Pekik
gadis cantik itu.
Jaejoong
hanya tertawa, kemudian ia menunduk, menyodorkan pipinya di hadapan Ju Hee, dan
gadis cantik itu dengan segera mengecupnya cepat.
Oh—manis
sekali yeoja Jung itu selama ia menjadi anak tunggal eoh?
Kerjanya
hanya bermanja-manja saja.
Padahal
biasanya ia paling benci melakukan sentuhan kasih sayang.
“Kalau begitu seharusnya Appa sudah pulang”
Komentar Ju Hee seraya bersidekap.
“Appamu sedang dalam perjalanan pulang, lebih
baik kau berganti baju sekarang” Ujar Jaejoong lembut.
Ju
Hee mengangguk patuh dengan senyum lebarnya.
Gadis
cantik itu berjalan cepat menaiki tangga dan tersenyum mengejek ketika ia
melewati pintu kamar yang terkunci di lantai dua.
“Haloo~ Saudara laki-laki yang menyebalkan~”
Ujar yeoja cantik itu terkikik geli.
Ia
mengetuk satu-persatu pintu tersebut dan segera memasuki kamarnya.
Gadis
berambut panjang itu memilih celana pendek berwarna hitam dengan atasan tanktop neon yang dilapisi sweater hitam berjaring lebar.
Lalu
mengikat rambut panjangnya menjadi seperti buntut kuda dengan ikat rambut
berhiaskan tengkorak kecil di sekeliling karetnya setelah ia memakai kaus kaki
bergaris hitam putih selutut.
TOK TOK TOK.
Ju
Hee menoleh, ia baru saja selesai berpakaian dan Yunho masuk ke dalam kamarnya.
Yeoja
gothic itu tersenyum manis menyambut ayahnya.
“Wow, tunggu sampai Ummamu melihat warna neon itu” Ujar Yunho tertawa.
“Siap-siap saja mendengar teriakannya,
hahaha~” Balas Ju Hee ikut tertawa.
Yah,
Jaejoong memang tidak pernah berubah.
Selalu
menginginkan putrinya untuk berpenampilan normal.
“Jangan lupa bawa gitarmu ya” Ucap Yunho
setelah ia bermain-main dengan buntut kuda milik putri kesayangannya.
Ju
Hee bergeliat geli ketika Yunho memutar-mutar rambut panjangnya dengan gemas.
Pria
tampan itu memang sangat menyukai rambut panjangnya.
Bahkan
dulu Ummanya pernah memanjangkan rambutnya hanya karena cemburu melihat Yunho selalu memelintir rambut putrinya.
Lucu
sekali.
“Gitar? Untuk apa? Bukannya kita akan
piknik?”
“Tentu saja jika pergi bersama vokalis Shinkiseed akan menjadi piknik yang
berbeda”
“Wow! Itu keren!”
“Yah, sekalian juga mengumpulkan uang jajan
tambahanmu”
“Appa!”
Yunho
kembali tertawa.
Ia
merapikan kembali rambut almond putrinya
dan segera beranjak keluar dari kamar itu sebelum Jaejoong datang menyusulnya.
.
.
.
Appanya
bilang mereka akan piknik di kaki bukit sore ini.
Dan
semuanya antusias.
Ju
Hee sangat suka bagian di mana mereka bertiga bernyanyi di sepanjang jalan
dengan diiringi permainan gitar akustiknya.
Ia
selalu mengagumi suara merdu milik ibunya.
Jaejoong
segera membentang tikar pendek di bawah pohon beringin ketika mereka sampai.
Sementara
Yunho dan Ju Hee bertugas membawa amunisi mereka dari bagasi.
Namja
tampan itu segera duduk di samping kekasih hatinya dan membuka satu kotak bekal
yang berwanrna merah dari luar.
“Woaah~ Strawberry!
Banyak sekali!” Pekik Ju Hee kagum.
Sementara
Yunho sudah mencomot beberapa dari dalam bekal.
“Junhon pasti sangat senang!” Lanjut Ju Hee
tanpa sadar.
Eoh?
Jaejoong
dan Yunho saling melirik satu sama lain.
Kemudian
tersenyum tipis tanpa disadari Ju Hee.
“Baiklah, mainkan gitarmu sekarang” Perintah
Jaejoong seraya bertepuk tangan.
Ju
Hee tersenyum manis, ia bergegas berlari menuju mobil dan mengambil gitar
akustiknya.
Sementara
Yunho dan Jaejoong memanfaatkan kesempatan itu dengan saling mencuri ciuman
singkat satu sama lain.
Membuat
pipi Jaejoong merona segar, aigoo, rasanya seperti kembali remaja. Pikir namja
cantik itu malu.
“Baiklah, satu lagu pembuka kita, ayo,
Ummaa!” Pekik Ju Hee yang sudah bersiap dengan gitarnya.
Petikan
intro lagu Hug kesukaan Jaejoong
mengalun lembut, dan kemudian diikuti dengan suara merdu namja cantik itu.
Sementara
Yunho sudah sibuk mencomot sushi tuna dari kotak bekal lainnya.
Lezat
sekali.
.
.
.
Ju
Hee mendesah kesal seraya menyibak halaman buku tugas rumahnya.
Aish,
soal ini sulit sekali.
Gadis
itu kesulitan, mudah saja baginya untuk meminta Yunho mengerjakan tugasnya.
Tapi
ia tahu kalau namja tampan itu kelelahan setelah seharian menyetir dan
berpiknik bersama di kaki bukit.
Meminta
bantuan Jaejoong? Rasanya tidak mungkin.
Namja
cantik itu paling lemah dalam pelajaran berhitung.
“Ah!”
Ju
Hee memekik kecil ketika ia mendapatkan pencerahan.
Gadis
cantik itu segera beranjak dari kursi meja belajarnya dan berlari keluar kamar
dengan semangat.
Ia
berhenti tepat di hadapan pintu kamar Jaeho dan Junhon yang masih terkunci.
Hanya
saja ia tidak sadar.
“Jaejae! Bantu aku mengerjakan tugas rumahku!”
Pekiknya lantang.
Hening.
Tidak
ada jawaban.
“Yah! Jung Jaeho! Kau mau membantuku tidak
sih? Aku punya cokelat yang kau suka! Dan aku tidak bohong!” Teriaknya lagi.
“Juju? Kau sedang apa?”
DEG
Ju
hee terlonjak kaget saat suara Jaejoong terdengar.
Ia
refleks berbalik dan mengerutkan dahinya.
Mata
bulatnya bertemu dengan mata bulat milik Jaejoong.
Dan
namja cantik itu menatapnya dengan tatapan bingung.
Membuat
Ju Hee tersentak kaget.
Oh—ia
lupa!
“Tidak—” Cicit yeoja gothic itu pelan.
Jaejoong
hanya menghela nafas melihat reaksi putrinya.
Ia
segera mendekati gadis itu dan merangkul bahunya.
“Kau butuh bantuan untuk tugas rumahmu?”
“Hmm...Ya..”
“Appa baru saja selesai mandi, jja,”
“Tapi Umma—”
“Kau harus tidur cepat malam ini, Jung Ju
Hee, tubuhmu pasti lelah setelah piknik tadi”
DEG.
Ju
Hee tertegun.
Mengerjapkan
mata bulatnya menatap Jaejoong yang menuntunnya menuruni tangga.
Ah,
ia merasa sungguh spesial.
Tapi
tetap saja, mengerjakan tugas bersama Jaeho lebih menyenangkan.
Karena
Junhon akan selalu mengganggu mereka dengan pertanyaan-pertanyaan aneh.
Jung
Ju Hee menolehkan wajahnya ke belakang, memperhatikan pintu kamar si kembar
yang masih tertutup rapat.
Ia
menghela nafas.
.
.
.
Ia
tidak bisa tidur.
Kepalanya
tidak mau berhenti berpikir.
Aish,
apasih yang salah?
Ju
Hee menyibak selimutnya dan beranjak duduk di kursi meja belajar.
Meraih
ponselnya dan mendengus mendapati chat terakhirnya
bersama Sezru tidak mendapatkan balasan apapun dari namja berambut biru itu.
Yeoja
gothic itu menghentakkan kakinya kesal.
Kemudian
ia berdiri dan berjalan keluar kamar.
Mengintip
melalui celah pintunya memastikan kedua orang tuanya tidak akan naik ke lantai
atas lagi untuk melihat dirinya.
TAP TAP TAP.
Ju
Hee berhenti tepat di hadapan pintu kamar Yunjaeyun.
Kakak
laki-laki paling menyebalkan yang pernah ia punya.
Tapi
selalu ada untuk membantunya ketika ia kesulitan.
Gadis
cantik itu menghembuskan nafas panjang seraya mendudukkan dirinya di depan
pintu.
Menyenderkan
kepalanya pelan dan memejamkan mata bulatnya sejenak.
“Yun Yun, aku mau cerita” Bisiknya lirih.
Yeoja
cantik itu menguap dan meregangkan tubuhnya.
Mata
bulatnya mengerjap-kerjap dengan lambat.
Dan
beberapa detik kemudian ia tertidur di sana.
Dengan
posisi duduk yang lucu.
-------
Jaejoong
tersenyum tipis ketika ia merapikan dasi suaminya.
Ia
menepuk bahu namja tampan itu dan menaik-turunkan alisnya.
“Otte? Kita jemput mereka sore ini?” Tanya
namja cantik itu gemas.
Membuat
Yunho tidak bisa menahan tawanya.
“Tapi masih ada waktu sehari lagi untuk
permintaan Juju” Ujarnya.
“Kau lihat sendiri kan, sayang? Tadi pagi
Juju tertidur di depan kamar Yunjaeyun, menurutmu kenapa lagi kalau bukan
karena ia rindu?” Balas Jaejoong dengan mata besarnya yang mengerjap.
“Hmm, aku ingin mendengarnya langsung dari
Juju, Boo”
“Kita semua tahu ia tidak akan mengaku, yeoja
itu sungguh arogan, sama sepertimu”
“Aku kan Appanya”
“Yang bilang Yunnie neneknya siapa? Ck”
“Hahahaha~ Baiklah, aku setuju, kita jemput
anak-anak sore nanti”
Jaejoong
mencebilkan bibirnya yang segera mendapatkan ciuman kilat dari kekasihnya.
Aih,
Jung Yunho itu.
.
.
.
“Umma, aku tidak mau ke sekolah hari ini” Adu
Ju Hee setelah Jaejoong memasuki kamarnya dan mendapati gadis cantik itu masih
berbaring di ranjangnya.
Jaejoong
menaikkan alisnya.
Ia
segera mendudukkan dirinya di pinggir ranjang dan mengusap lembut kepala yeoja
cantik itu.
“Ada apa hmm?”
“Tidak ada, mood-ku sedang tidak bagus”
Oh—itu
alasan penting mengapa putrinya ingin membolos hari ini.
Karena
jika Jung Ju Hee dipaksa pergi ke sekolah setelah ia mengadu kalau mood-nya sedang tidak bagus, jangan
harap ia akan bersikap baik selama di sana.
Jaejoong
pernah melakukannya, dan besoknya ia dipanggil ke ruang kepala sekolah.
“Baiklah, Umma rasa kau masih kecapekan
karena kemarin”
“Hmm”
“Mau makan apa siang nanti? Biar Umma
buatkan”
“Nasi goreng tanpa paprika, sayur dan wortel”
Jaejoong
tersenyum.
Ia
menunduk dan mengecup lembut dahi gadis cantik itu.
“Rambutmu semakin panjang, ya, Ju? Bagaimana
kalau ganti suasana?”
“Umma ingin aku memotongnya?”
“Mungkin kau tidak akan gerah kalau rambutmu
pendek”
“Aniya, aku tidak mau. Semua orang di rumah
ini berambut pendek. Hanya rambut panjangku ini yang membuktikan kalau rumah
ini memiliki seorang wanita”
Jaejoong
kembali tersenyum.
Kemudian
yeoja gothic itu terdiam.
Hanya
mata bulatnya yang bergerak.
Sesekali
memandang langit-langit kamar, sesekali melirik Jaejoong, dan terakhir menatap
pintu.
“Kau tahu? Terkadang kalau kau memiliki
masalah atau beban di pundakmu, kau bisa membaginya dengan Umma” Ujar Jaejoong
setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri.
“Tidak, terima kasih” Tolak Ju Hee dengan
senyuman yang mulai muncul.
“Umma tidak akan berkomentar. Hanya
mendengar. Janji” Balas Jaejoong cepat.
Ju
Hee menggigit bibirnya erat, dengan tatapan yang jelas ragu.
Jaejoong
pikir ia dan Ju Hee tidak akan pernah bisa melewati dinding yang selama ini
memisahkan mereka.
Tapi
kemudian yeoja gothic itu meraih tangannya dan meremasnya pelan.
“Aku rindu mereka..” Cicit Ju Hee lirih.
Nyaris tidak terdengar.
Suaranya
bergetar, dengan mata yang mulai basah.
Oh—Jaejoong
mendesah kasihan melihatnya.
Ia
segera berbaring di samping gadis cantik itu dan membawanya masuk ke dalam
pelukannya.
Ju
Hee terisak, ia memeluk Jaejoong dengan kuat.
“Ini ulang tahun terburuk yang pernah
kurasakan, aku janji tidak akan meminta hal seperti ini lagi sampai kapanpun”
Ungkap yeoja gothic itu.
Jaejoong
mengangguk, ia menepuk-nepuk pelan punggung gadisnya.
Tak
lama kemudian Ju Hee melepaskan pelukannya, ia mengusap wajahnya dengan bantuan
Jaejoong.
Namja
cantik itu menangkup wajah cantik putrinya, kemudian ia mengecup lembut bibir ranumnya.
“Sudah?” Tanya Jaejoong berbisik.
Ju
Hee mengangguk.
Ia
melihat Jaejoong tersenyum manis kepadanya.
Kemudian
kembali memeluknya walau tidak seerat tadi.
Masih
menepuk-nepuk punggungnya dan membiarkan Ju Hee menenangkan dirinya.
“Tidurlah, Umma akan menemanimu” Bisik
Jaejoong.
Dan
Ju Hee mengangguk patuh.
.
.
.
“Appa pulang terlambat?”
Yeoja
gothic itu berjalan menuruni tangga dengan handuk yang sedang mengeringkan
rambut sepinggangnya.
Ia
memandang Jaejoong yang sedang menyiapkan makan malam dengan apron bergambar
gajah.
Manis
sekali, pikirnya.
“Ya, ada urusan penting, kau sudah menyusun
isi tas sekolah untuk besok?”
“Sudah, urusan penting apa, Umma?”
“Hmm~ Apa ya? Umma lupa”
“Aish”
“Nanti juga kau tahu sendiri”
Ju
Hee tidak menyahut lagi.
Ia
menyampirkan handuk lembabnya di leher dan berjalan menuju ruang tengah,
menghampiri grand piano berwarna
hitam yang tergeletak apik di sana.
Piano
milik Jaejoong dan Junhon.
TING~
Jaejoong
melirik putrinya ketika ia mendengar suara tuts.
Tersenyum
tipis melihat Ju Hee yang sedang meregangkan kedua lengannya ke depan dan
merapikan rambutnya agar menyamping.
“Umma, nyanyi, ya?” Teriak Ju Hee sebelum ia
memainkan piano tersebut.
Jaejoong
mengangguk, menebak-nebak nada apa yang sedang Ju Hee mainkan.
“Umma! Nyanyi!” Pekik gadis cantik itu tanpa
menghentikan gerakan tangannya.
Ah!
Ini
lagu Hug kesukaannya!
Jaejoong
tertawa geli, kemudian ia bernyanyi menyusul irama piano Ju Hee.
“Mana tariannya, Umma?” Tanya Ju Hee
menaikkan alisnya.
Membuat
Jaejoong menyanyikan lagunya dengan nada geli, aih, putrinya yang keras kepala
itu.
CKLEK!
“KAMI PULAANG!”
Ju
Hee sontak berhenti memainkan piano tersebut.
Ia
berdiri dari duduknya dan terkejut mendapati tiga namja tampan yang berjalan
memasuki ruang tengah, disusul Yunho dari belakang.
Gadis
cantik itu menahan nafasnya ketika menyadari bahwa mereka adalah saudara
laki-lakinya.
Omo!
Pekiknya dalam hati.
“Ummaaa~~ Hon rinduu~”
Itu
si manja Junhon, sedang memeluk Ummanya dan menarik-narik apron berbelalainya.
“Kenapa Appa jemputnya cepat sih? Aku kan
masih ingin libur sekolah”
Itu
Jaeho, yang paling keras kepala setelah dirinya.
“Appa, laptopku tidak tinggal kan?”
Dan
itu Yunjaeyun, kakak laki-lakinya yang paling arogan sepanjang masa.
Ketiga
pemuda itu menoleh ke arah Ju Hee yang masih membeku di samping piano.
Mereka
bertiga tersenyum jahil dan berlari menubruk gadis cantik itu.
Membuat
Ju Hee terkejut dan jatuh di atas sofa.
“Hahaha! Kau pasti merindukan kami kan?!”
Ujar Jaeho tertawa.
“Hon rindu Nunaaa~~ Nuna baru mandi, ya?
Rambut Nuna basah!” Pekik Junhon manja.
“Apa kau sudah sangat menderita sampai
memberitahu Umma kalau kau merindukan kami, eh?” Seru Yunjaeyun sombong.
Ju
Hee tidak bisa menghindar.
Ketiga
laki-laki itu mengerubunginya dan tidak berhenti menggelitiki pinggangnya.
Sungguh!
Ia sensitif di bagian itu, persis seperti Ummanya!
“Hentikaan~! Hahaha~! Aku tidak bisa
bernafas!” Jerit Ju Hee heboh.
Ketiga
Jung itu ikut tertawa, mereka semakin mengerjai Ju Hee.
Hingga
akhirnya Jaejoong terpaksa turun tangan dan menarik kerah baju mereka
sekaligus.
“Appa—tolong aku” Lirih Ju Hee seraya
mengatur nafasnya.
Yunho
terkekeh, ia segera menghampiri putri kesayangannya dan membawa gadis cantik
itu duduk di pangkuannya.
Junhon
sudah berlari ke pintu depan, mengambil sesuatu yang mereka tinggalkan di sana
dan kembali ke ruang tengah dengan lengan yang memeluk tas gitar berwarna hot pink—warna kesukaan Ju Hee—.
“Selamat ulang tahun!” Seru ketiga Jung itu
kompak.
Ju
Hee terkesiap.
Mata
bulatnya membulat lucu mendapatkan hadiah gitar akustik baru berwarna putih
dari ketiga saudara laki-lakinya.
“Kami mengumpulkan uang tabungan untuk
membeli hadiahmu, tapi Junhon pelit sekali, ia yang paling sedikit menyumbang”
Ujar Yunjaeyun seraya menepuk kepala adik bungsunya.
“Iih, Hyung~! Uang Hon sudah Hon gabung
dengan milik Jaejae Hyungie!” Pekik Junhon mencebilkan bibir cherry-nya.
“Yah, sebenarnya ide hadiahmu itu datangnya
dariku. Memang aku yang paling jenius di antara mereka berdua” Ucap Jaeho
dengan senyum menggodanya.
Ju
Hee tertawa melihat ketiga saudara laki-lakinya yang berisik.
Ah,
rasanya sudah lama sekali ia tidak merasakan suasana yang seperti ini.
Ia
benar-benar merindukannya.
“Jelek sekali warna gitar ini, selera kalian
beritiga selalu payah!” Ujar Ju Hee menaikkan alisnya.
“Apa kau bilang? Kembalikan gitar itu
sekarang juga!” Seru Yunjaeyun yang sudah bersiap mengambil kembali gitar
tersebut.
Ju
Hee menggeleng, ia memeluk benda itu dengan erat seraya bersandar di dada
bidang Yunho yang hanya tersenyum-senyum memperhatikan anak-anaknya sedari
tadi.
“Benda ini sudah menjadi milikku! Dan apa
yang menjadi milikku akan selalu mutlak milikku!” Ujar gadis itu lantang.
“Dasar sensitif!” Seru Jaeho dan Yunjaeyun
kompak.
“Ummaaa! Mereka mengataikuu!” Teriak Ju Hee
menoleh ke dapur, di mana Jaejoong sedang menata piring makan malam.
“Jaejae, Yun Yun, Honchan, jangan ganggu Ju
Hee!” Seru Jaejoong tanpa memperhatikan anak-anaknya.
“Kenapa Honchan ikut kena? Ini tidak adil!”
Jerit si kecil Junhon.
Sementara
Jaeho dan Yunjaeyun sudah menepuk kepala Ju Hee terlebih dahulu.
“Sejak kapan kau berubah menjadi anak cengeng
yang suka mengadu eoh?” Ujar mereka berdua kompak.
Ju
Hee baru saja akan membalas, namun Yunho sudah lebih dulu menginterupsi
keempatnya.
“Kkaja, makan malam sudah siap” Perintah
lelaki tampan itu.
Anak-anaknya
segera mengangguk patuh.
Mereka
berjalan mengikuti Yunho memasuki dapur, tentu saja disambut dengan senyum
hangat dari Jung Jaejoong.
“Tadi siang Umma memasak nasi goreng tanpa
paprika lho” Ungkap Jaejoong setelah semua anggota keluarganya duduk di kursi
masing-masing.
Junhon
membulatkan matanya.
Ia
mengerucutkan bibirnya lucu.
“Khusus untukku” Sahut Ju Hee tersenyum
manis.
“Ummaaa~ Besok buatkan lagi yaa? Ya ya ya?”
Pinta Junhon dengan suaranya yang menggemaskan.
Jaejoong
tidak menyahut, ia hanya tertawa, bermaksud menggoda si bungsu itu.
Sementara
Jaeho dan Yunjaeyun sudah melahap makan malamnya masing-masing.
Ju
Hee tersenyum tipis, ia menundukkan wajahnya, mengintip ponselnya yang
bercahaya dari dalam kantung piyamanya.
Ah,
pesan dari Sooji.
‘Sudah
mengerjakan tugas?’
Ju
Hee membalasnya dengan cepat.
‘Belum,
Jaeho akan mengerjakannya untukku’
‘Mereka
sudah kembali?’
‘Ya,
sekitar satu jam yang lalu, hehehe’
“Juju, jangan memainkan ponsel di meja makan”
Tegur Jaejoong mengerutkan dahinya.
Yeoja
gothic itu mengangguk patuh.
Ia
baru saja akan memasukkan ponselnya kembali ke dalam kantung piyama, namun
cahaya ponselnya kembali berkedip-kedip.
‘So, how it feel being the one and only one girl among
boys and men in your life?’
Hmp.
Ju
Hee tersenyum.
Ia
mengetik balasan dengan cepat.
‘Fun-fucking-tastic!’
Kemudian
melahap makan malamnya dengan gembira.
END.
Huffttt... unik,berkesan, memukau setiap baca ff yunjae degan tema family ini.. shella bnr2Jjang deh ini mslh kehidupan anak2 di dlm suatu keluarga dgn segala permasalahan nya yg bentuk emosi nya shella tuangkan (?) Dengan detil dan itu bikin aku NANGIS hueeeee...
BalasHapusDgn berat hati ga tau knp suka sebel sm si Ju hee dan fans berat dgn tiga jagoan Jung terutama si imut junghon yg aku ngebayagin nya replika dr JJ 😂😂
imuuutt banget anak2nya jarjoong dan yunho
BalasHapusYang benar2 bikin kagum tuh kemesraan Yunho dan Jaejoong yang ngga pernah berubah, punya banyak anak ribet gitu tapi mereka nanganin bersama, ngga pake bertengkar lagi :3 so sweeett...
Suka bgt scene Ju Hee curhat ama JJ.
BalasHapusBrasa sedihnya.
Jd jgn sok2an pengen jd anak tunggal lg ya JuJu, sepi kn rumah dan hatimu.
Bayangin Yunho yg nenangin JuJu ampe bw ke pangkuannya tuh gmn gt loh.. klo msih SD sih gapapa yah.. tp itu sudah jd gadis remaja.
Family complexs!
As usually.. love your ff genre fam, Shell.
Yah.. seperti biasa ff eonni selalu jjang :D
BalasHapusYah.. seperti biasa ff eonni selalu jjang :D
BalasHapus