Tittle:
ARCHI
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-fluffy-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
Pria itu tidak pernah percaya akan
takdir sebelumnya.
Bahkan hingga saat ini.
Sampai kemudian Kim Jaejoong datang dan memporak-porandakan hati dan hidupnya.
.
.
.
Park Yoochun terlihat sangat sibuk pagi ini.
Bahkan hingga saat ini.
Sampai kemudian Kim Jaejoong datang dan memporak-porandakan hati dan hidupnya.
.
.
.
Park Yoochun terlihat sangat sibuk pagi ini.
Ia
bangun setengah jam lebih cepat dari biasanya dan bergegas menyiapkan diri
dengan setelan armani kebanggaannya.
Namja
berpipi chubby itu tersenyum penuh semangat ketika ia membenarkan posisi
dasinya di hadapan cermin.
Ah,
ini hari besarnya.
“Chunnie? Kau sudah siap?”
“Ya, sayang! Aku akan segera turun!”
Itu
suara Junsu, atau lebih tepatnya Park Junsu.
Korban
rayuan gombal terakhirnya setahun belakangan.
Oh—pengantin
baru.
CKLEK.
Pria
chubby itu beranjak keluar kamar dan segera menghampiri Junsunya yang sudah
duduk di meja makan, tersenyum semanis mungkin hanya untuknya.
“Akhirnya hari ini tiba juga, hm?” Ujar Junsu
masih dengan senyum manisnya.
Yoochun
mengangguk, ia mendekat dan mengecup kilat dahi kekasih hatinya.
Setelahnya
ia segera duduk di kursinya dan mengambil cangkir kopi hitam yang sudah
diseduhkan Junsu untuknya.
“Ini proyek terbesar yang pernah kupegang,
Junchan, aku sungguh gugup” Bisik Yoochun setelah menyesap kopi paginya.
“Ya, Chunnie, berhati-hatilah. Kudengar
eksekutif muda itu berhati dingin” Kekeh Junsu seraya mengunyah roti bakarnya.
“Apa harus kurayu dia seperti aku merayumu
agar hatinya kembali hangat, eoh?”
“Aish”
“Hahaha, wajahmu lucu sekali”
Junsu
mencebilkan bibirnya, namja imut itu mendengus.
“Menyebalkan sekali, semoga saja pria arogan
itu memakanmu” Ketus Junsu main-main.
Yoochun
menaikkan alisnya, kemudian ia tersenyum simpul.
Namja
chubby itu menghabiskan gigitan roti terakhirnya dan segera beranjak mencium
bibir Junsu.
Membuat
pria imut itu terlonjak kaget karenanya.
Yoochun
tidak bisa menahan tawa gelinya ketika namja imut itu memukul bahunya setelah
ia berhasil mencuri ciuman pagi yang mendadak itu.
“Doakan aku, oke?” Ujar Yoochun menaikkan
alisnya.
Junsu
mengangguk, sekali lagi, dengan senyum terbaiknya.
.
.
.
“Selamat pagi, tuan Park”
“Pagi”
Yoochun
berjalan santai memasuki area lobi tempatnya bekerja.
Oh—ayahnya
adalah pemilik perusahaan besar ini.
Tapi
ia memutuskan untuk memulai dari yang paling dasar dulu—tentu saja setelah ia
berdiskusi dengan Junsu dan mendapatkan izin namja imut itu—.
“Ini rancangan akhir dari La Pomme, tuan”
Yoochun
mengalihkan perhatiannya kepada seorang wanita cantik dengan rambut blonde yang
tergulung rapi.
Wanita
bernama Elaine Ahn itu berdiri tepat di sampingnya seraya menyodorkan sebuah paper besar berwarna putih.
“Arsiteknya gesit sekali, seingatku baru
beberapa hari yang lalu ia memberitahu kantor kalau ia masih menangani proyek
dari tempat lain” Komentar Yoochun.
“Saya memberitahunya kalau hari ini pemilik
rancangan akan tiba untuk mengevaluasi desain gedungnya” Sahut Elaine cepat.
Oh,
pantas saja. Gumam Yoochun dalam hatinya.
Pria
berpipi chubby itu segera melanjutkan langkahnya menuju ruangan untuk menaruh
tas hitamnya, sementara seluruh tim pembangunan gedung sedang bersiap di lobi,
untuk menyambut sang pemilik rancangan La Pomme.
.
.
.
Para wanita
cantik berjas mewah itu saling berbisik satu sama lain, ketika mereka mendengar
suara deru mesin mobil dari luar lobi kantor.
Membuat Park Yoochun, sang ketua tim pembangunan, ikut meremas jarinya gugup.
“Ia pria yang terkenal sangat dingin! Tatapan matanya membuat semua lawan bisnisnya ciut!” Pekik seorang wanita dengan rambut blondenya yang tergulung rapi.
“Kudengar reputasinya sungguh baik! Ia lulusan termuda dari Harvard University, bisnisnya juga selalu berjalan dengan lancar, aigoo~~ Sungguh beruntung siapapun itu yang bisa menjadi kekasihnya!” Seru wanita yang lain.
“Beruntung? Kalau mengingat keangkuhannya dan tempramentalnya yang tinggi membuatku berpikir ulang tentang kata beruntung itu” Sahut seorang wanita berambut hitam.
Para wanita itu mengangguk membenarkan, kemudian perhatian mereka dalam sekejap teralihkan kepada pintu kantor yang berputar.
Seluruh mata yang ada mengerjap kagum.
Oh---
Pria itu sungguh sempurna!
Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang, raut wajahnya tampak tegas, dengan sepasang mata musang yang tajam.
Langkah kakinya diiringi dengan bunyi ketukan pentofel mahal.
Ia berdehem dan memasukkan tangannya ke dalam saku jas armaninya yang super mewah.
“Selamat siang, namaku Jung Yunho. Dan aku adalah pemilik La Pomme yang akan dibangun dengan kerjasama tim kalian” Ucap lelaki tampan itu lantang.
Membuat para wanita yang ada tidak bisa menahan diri untuk tidak memujanya.
Membuat Park Yoochun, sang ketua tim pembangunan, ikut meremas jarinya gugup.
“Ia pria yang terkenal sangat dingin! Tatapan matanya membuat semua lawan bisnisnya ciut!” Pekik seorang wanita dengan rambut blondenya yang tergulung rapi.
“Kudengar reputasinya sungguh baik! Ia lulusan termuda dari Harvard University, bisnisnya juga selalu berjalan dengan lancar, aigoo~~ Sungguh beruntung siapapun itu yang bisa menjadi kekasihnya!” Seru wanita yang lain.
“Beruntung? Kalau mengingat keangkuhannya dan tempramentalnya yang tinggi membuatku berpikir ulang tentang kata beruntung itu” Sahut seorang wanita berambut hitam.
Para wanita itu mengangguk membenarkan, kemudian perhatian mereka dalam sekejap teralihkan kepada pintu kantor yang berputar.
Seluruh mata yang ada mengerjap kagum.
Oh---
Pria itu sungguh sempurna!
Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang, raut wajahnya tampak tegas, dengan sepasang mata musang yang tajam.
Langkah kakinya diiringi dengan bunyi ketukan pentofel mahal.
Ia berdehem dan memasukkan tangannya ke dalam saku jas armaninya yang super mewah.
“Selamat siang, namaku Jung Yunho. Dan aku adalah pemilik La Pomme yang akan dibangun dengan kerjasama tim kalian” Ucap lelaki tampan itu lantang.
Membuat para wanita yang ada tidak bisa menahan diri untuk tidak memujanya.
“Selamat siang, tuan Jung, saya Park Yoochun,
ketua tim pembangunan” Yoochun membungkuk, yang diangguki oleh namja tampan
itu.
“Apakah rancangannya sudah selesai? Aku ingin
segera mengevaluasinya” Ujar Yunho.
Yoochun
mengangguk, ia segera mempersilahkan Yunho untuk berjalan menuju ruangannya.
“Arsitek yang sebelumnya ditunjuk oleh tim
pembangunan mendadak mengundurkan diri, tapi keberuntungan ada di pihak kita,
seorang arsitek lain datang untuk mengajukan diri” Cerita Yoochun.
Yunho tidak
menyahut.
Ia hanya
diam sepanjang perjalanan.
Membuat
Yoochun menggigit bibirnya semakin gugup.
CKLEK.
“Silahkan, tuan” Ucap Elaine ramah.
Yunho
mengangguk, ia segera duduk di sofa yang bersebrangan dengan Yoochun dan wanita
blasteran itu.
“Ini desainnya, seperti yang anda mau, gedung
sepuluh lantai ini akan mengadopsi desain futuristik namun tetap terlihat
mewah. Seluruh dinding luar akan dilapisi oleh kaca anti sinar UV” Jelas
Yoochun ketika Yunho membuka gulungan paper
desain itu dan melihat isinya.
Mata
musangnya berkilat dalam sekejap.
Mengagumi
desain paling menarik yang pernah dilihatnya seumur hidup.
Arsiteknya
pasti seorang yang sangat jenius, pikirnya.
Melihat
detail yang sangat menarik ini mungkin sang arsitek sudah berusia puluhan tahun
lebih tua dari dirinya.
Yunho
mengangguk setelah ia puas memandangi Mall
masa depannya itu.
“Baiklah, pembangunan bisa segera dimulai”
Ucapnya singkat.
Yoochun dan
Elaine tersenyum.
-------
“Jadi, bagaimana Mall raksasa yang entah untuk siapa kau rencanakan itu?”
Yunho
sedikit kaget ketika adik perempuan tunggalnya bersidekap di dalam ruang
kerjanya.
Jessica
Jung tampak begitu sengit menghadapi kakaknya akhir-akhir ini.
Setelah
pria tampan itu menolak permintaannya untuk menandatangani keramik pengesahan
La Pomme nantinya.
Tentu
saja Yunho menolak.
Tanda
tangan di Mall masa depan itu hanya
diperuntukkan kepada pemilik gedung raksasa itu.
Yah,
walau sebenarnya Yunho masih belum yakin ia akan menghadiahkan gedung itu untuk
siapa nantinya.
Ia
masih memikirkan kemungkinan di antara ibu atau adiknya.
Hmm,
atau tidak keduanya?
Terkadang
mereka begitu berisik sebagai wanita.
“Kebetulan sekali melihatmu ada di sini,
Jessie, seingatku kau masih marah padaku” Sindir Yunho menaikkan alisnya.
Membuat
gadis berambut blonde itu mendengus tidak senang.
“Tentu saja aku masih marah padamu! Tapi aku
butuh tanda tanganmu untuk peresmian cabang perusahaan di Busan!”
“Ketus sekali”
“Aku kan belajar darimu, tuan arogan”
Yunho
menghela nafasnya.
Ia
bersandar di kursinya dan menatap Jessica dengan kedua mata musangnya.
“Baiklah, mana proposalnya?”
Gadis
blonde itu menaruh proposal miliknya di atas meja kerja Yunho.
Mengawasi
setiap gerak-gerik namja tampan itu, memastikan tidak ada lembar yang
tertinggal.
“Aku mau lihat rancangan akhirnya” Ujar Jessica
beberapa menit kemudian.
“Kutinggal di kantor Yoochun” Balas Yunho
tanpa mendongak.
“Pelit sekali”
“Hm”
Aish!
Gadis
blonde itu mengerutkan dahinya.
Ia
segera merampas proposal itu setelah Yunho selesai dengan pekerjaannya.
“Aku pergi! Dan jangan cari aku!” Pekik
wanita manja itu seraya beranjak keluar dari ruangan.
“Memangnya siapa yang akan mencarimu eoh?”
Sahut Yunho tersenyum meremehkan.
Gadis
blonde itu berbalik, tersenyum licik seraya mengacungkan tangan kanannya.
“I-phone
sialan ini akan kubuang!” Ucapnya puas.
Yunho
melotot.
Sial!
Ponselnya!
-------
Yunho
memulai harinya dengan mood yang
tidak bagus hari ini.
Ibunya
merusak semuanya.
Jung
Keybum yang cantik itu menjejalinya dengan bacon
dan ceramah tentang memiliki pasangan hidup kepadanya.
Dan
jangan lupakan tawa manis berkedok sindiran dari adik tunggalnya.
Menyebalkan
sekali.
Mencari
kekasih?
Pasangan
hidup?
Konyol.
Ia
masih sangat berminat pada kehidupan luar biasanya.
Kebebasan
mutlak miliknya seorang, tanpa ada yang merecoki.
Yunho
sudah cukup belajar dari hidup seorang Ok Taecyon yang selalu menjadi korban
kecerewetan Jung Jessica setiap harinya.
Kasihan
sekali tunangan gadis manja itu. Pikirnya.
“Selamat pagi, tuan Jung” Sapa Yoochun yang
sudah menunggunya sejak tadi.
Yunho
mengangguk, kepada Yoochun dan Elaine.
“Bagaimana?” Tanya Yunho singkat.
“Anda bisa melihatnya sendiri, pembangunan
berjalan dengan cepat sejak sebulan yang lalu” Balas Yoochun tersenyum, sudah
berhasil mengendalikan kegugupannya.
Jung Yunho
melangkah memasuki areal pembangunan Mall
raksasa miliknya.
Proyek besar yang sungguh didambakannya sejak dulu.
Mata musangnya mengedar, memperhatikan lantai yang masih dalam pengerjaan dan puluhan tiang penyangga awal.
“Aku ingin bertemu dengan arsitek La Pomme” Ujar Yunho.
Park Yoochun mengangguk. Ia segera membawa pria tampan itu semakin memasuki area pembangunan.
“Itu arsiteknya, lulusan terbaik di seluruh Asia”
Mata musang Yunho mengerjap.
Pupilnya berkilat-kilat penuh minat.
Oh---
Pria yang sedang memeluk gulungan karton besar itu sungguh menarik.
Wajahnya sungguh cantik, dengan bibir cherry yang berkomat-kamit ketika ia berbicara dengan para tukang.
“Namanya Kim Jaejoong” Ucap Yoochun singkat.
Proyek besar yang sungguh didambakannya sejak dulu.
Mata musangnya mengedar, memperhatikan lantai yang masih dalam pengerjaan dan puluhan tiang penyangga awal.
“Aku ingin bertemu dengan arsitek La Pomme” Ujar Yunho.
Park Yoochun mengangguk. Ia segera membawa pria tampan itu semakin memasuki area pembangunan.
“Itu arsiteknya, lulusan terbaik di seluruh Asia”
Mata musang Yunho mengerjap.
Pupilnya berkilat-kilat penuh minat.
Oh---
Pria yang sedang memeluk gulungan karton besar itu sungguh menarik.
Wajahnya sungguh cantik, dengan bibir cherry yang berkomat-kamit ketika ia berbicara dengan para tukang.
“Namanya Kim Jaejoong” Ucap Yoochun singkat.
Yunho tidak
merespon.
Ia
masih terpaku pada keunikan namja yang ada di hadapannya. Cantik sekali untuk
ukuran seorang laki-laki.
“Tuan Jung?”
Eoh?
Yunho
menoleh, menatap Yoochun dengan sedikit ling-lung.
Membuat
pria chubby itu tersenyum tipis karenanya.
Ah,
memalukan sekali.
“Aku pernah mendengar namanya, tapi baru kali
ini melihatnya secara langsung” Ucap Yunho yang tanpa sadar merapikan jas
armaninya.
“Ya, ia adalah arsitek dengan bayaran paling
mahal dari yang lainnya. Desain rancangannya selalu luar biasa” Komentar
Yoochun menanggapi.
Yunho
mengangguk singkat.
Ia
segera melangkahkan kakinya mendekat, hingga ia berdiri di hadapan pria cantik
itu.
“Kim Jaejoong” Panggilnya.
“Eh? Oh?” Gumam Jaejoong mendongak seraya
membenarkan gulungan paper-nya.
Ia
menaikkan alisnya, menyadari betapa tampan dan berwibawanya pria yang kini
berdiri di hadapannya.
“Kenalkan, Jung Yunho” Ucap Yunho dengan
tambahan senyum.
Jaejoong
tidak tahu kenapa, tapi ia merasakan kedua pipinya menghangat karena senyum
itu.
Dan
hal itu tidak luput dari pengamatan Yunho.
“Kim Jaejoong”
“Jaejoong? Bagaimana kalau kupanggil Joongie
saja?”
“M-mwo? Eh—ne, gwenchana”
Ufh.
Yoochun
dan Elaine saling melirik satu sama lain.
Menahan
senyuman geli masing-masing.
Sepertinya
mereka berdua tahu apa yang sedang terjadi di sini.
Manis
sekali.
“Aku suka dengan rancanganmu” Ujar Yunho seringan
mungkin.
Jaejoong
refleks tersenyum manis, ia senang sekali kalau karyanya dipuji.
“Terima kasih” Balasnya.
Namja
cantik itu menundukkan wajahnya, menyibukkan diri dengan gulungan paper-nya yang banyak.
Yunho
melihat Jaejoong, dan namja cantik itu tampak kesulitan dengan paper-nya, hingga ia memutuskan untuk
mengambil sebagian gulungan dan membuat Jaejoong terkejut menatapnya.
“Kubantu” Bisik namja tampan itu singkat.
“Maaf, ini desain perbagian gedung,
rencananya akan kuberikan kepada kepala tukang setiap lantai” Ujar Jaejoong
dengan pipinya yang kembali merona.
Oh—Yunho
menyukai pemandangan barunya.
“Setiap lantai? Kalau begitu kenapa tidak
diberikan sekarang saja? Aku akan membantumu membawanya” Tawar Yunho ramah.
Yoochun
berdehem.
“Maaf, tuan, tapi setiap kepala tukang sudah
diinformasikan sehari sebelumnya kalau mereka akan menjemput paper masing-masing di lantai satu” Ujar
namja chubby itu.
Yunho
melirik sekilas namja chubby itu.
“Ayo, Jaejoongie”
Jaejoong
terkejut, ia segera menyusul langkah kaki Yunho.
Mengintip
ke belakang dan tersenyum kepada Yoochun dan Elaine.
Ia
bisa melihat namja chubby itu menoleh kepada Elaine dan mengucapkan sesuatu
yang membuat sekretaris blasteran itu tertawa geli.
Jaejoong
harap mereka sedang tidak membicarakan dirinya dan Yunho.
“Tuan—”
“Yunho saja”
“Yunho, setiap lantai masih dalam bentuk
kerangka, kita tidak mungkin memanjat ke atas sana kan?”
“Tentu saja tidak, kita hanya perlu
menghampiri setiap katrol dan meminta kepala tukangnya untuk turun menjemput paper mereka”
“Ide yang tidak terpikirkan olehku”
Yunho
tersenyum.
“Setelah ini kau ada kegiatan apa?”
“Umm~ Tidak ada, aku sudah menyelesaikan
kontrak dengan perusahaan lain. Sekarang fokusku hanya La Pomme, dan kupikir
aku akan sarapan saja setelah ini di cafe seberang”
“Kau belum sarapan?”
“Um..Ya”
“Bagus, kalau begitu kita sama”
DEG.
Jaejoong
terkejut.
Mata
besarnya mengerjap lucu.
Apakah
itu artinya Yunho mengajaknya makan bersama?
Yang
benar saja!
Eksekutif
muda yang paling disegani di seluruh Asia itu mengajaknya makan bersama?
Jaejoong
menggigit bibir bawahnya erat.
Well, sebenarnya
namja cantik itu mengidolakan Jung Yunho sejak beberapa tahun terakhir.
Kali
pertama ia melihat Yunho adalah di New York ketika ia sedang menerima proyek
penting.
Dan
wajah pria tampan itu ada di mana-mana, bahkan mungkin di seluruh gedung iklan.
Benar-benar
hebat. Pikir Jaejoong.
“Terima kasih, tuan”
Jaejoong
dan Yunho mengangguk.
Tapi
hanya namja cantik itu saja yang tersenyum manis.
Itu
paper terakhir yang mereka antarkan.
Dan
sekarang perut Jaejoong sudah meronta minta diisi.
Ah,
ia ingin sekali makan bacon dengan
roti bakar saat ini.
“Kau pernah ke sana?” Tanya Jaejoong membuka
percakapan.
Yunho
menggeleng, membuat Jaejoong memutuskan untuk kembali membungkam mulutnya.
“Ayo”
EH?
Jaejoong
terkesiap saat Yunho menggenggam tangannya ketika mereka sudah sampai di depan bangunan
dan bersiap untuk menyeberangi jalan.
Namja
cantik itu mendongak, menatap Yunho yang memperhatikan jalanan.
Rasanya
sulit dipercaya. Bukankah selama ini artikel yang dibacanya memberitahukan
tentang betapa dinginnya karakter seorang Jung Yunho?
Tapi
kenapa saat ini ia baik sekali?
KLING KLING.
Bel
cafe itu berdenting nyaring ketika pintu terbuka.
Yunho
segera membawa Jaejoong untuk duduk di kursi ujung kanan, tepat di samping
jendela.
Jadi
mereka bisa mengobrol dengan nyaman.
“Terima kasih” Bisik Jaejoong setelah ia
duduk di hadapan Yunho.
Namja
tampan itu tersenyum simpul.
Seorang
pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka, kemudian pelayan itu pergi dengan
sebuah notes kecil.
Meninggalkan
Jaejoong dan Yunho berdua di pojok jendela.
“Hanya kopi saja?” Tanya Jaejoong melirik
Yunho.
“Ya, aku tidak begitu lapar” Sahut Yunho.
Tidak lupa kan? Kalau namja tampan ini sudah sarapan pagi tadi?
“Aku akan membagi bacon-ku nanti”
“Baiklah”
Jaejoong
tersenyum.
“Yunho, apa kau tahu?”
“Apa?”
“Kupikir kau adalah orang yang dingin dan tak
acuh seperti yang orang-orang bicarakan”
“Hmm? Lalu?”
“Ternyata kau pria yang sangat baik dan
sopan”
Yunho
menaikkan alisnya.
Jadi
taktiknya berhasil, eh?
“Pujianmu berlebihan sekali, atau kau
sengaja?”
Jaejoong
mengepalkan jemarinya yang ada di atas meja, dengan kedua pipinya yang
lagi-lagi merona.
Yunho
memperhatikan hal itu, dan ia mengerjapkan matanya memperhatikan dua buah
cincin perak yang tersemat di jari manis dan kelingking namja cantik itu.
Namja
tampan itu refleks menyentuh jemari Jaejoong, membuat namja cantik itu
terkesiap merasakan hangat kulit Yunho yang menjalar kepadanya.
“Bukankah ini cincin pasangan? Kenapa kau
memakai keduanya?” Tanya Yunho bingung.
Jaejoong
tersenyum simpul, tidak berusaha untuk memberikan namja tampan itu jawaban.
“Apakah seseorang menitipkannya kepadamu?”
Tanya Yunho lagi.
Jaejoong
masih diam. Ia menarik jemarinya dari tangan Yunho dan tertawa pelan.
“Kau akan tahu nanti” Bisiknya penuh misteri.
Yunho
hanya balas tersenyum singkat.
Diam-diam
mengepalkan tangannya erat di bawah meja.
Sial!
Ia sungguh penasaran!
Namja
cantik itu masih sendiri kan? Tapi mengapa ada dua cincin di tangannya? Tidak
mungkin Jaejoong membelinya dan memakai keduanya sekaligus seperti itu.
Kemungkinan
terbesarnya adalah satu dari cincin itu milik seseorang, dan Yunho sungguh
berharap kalau kemungkinan itu tidak benar.
“Yunho? Kau baik-baik saja?”
“Ya”
Jaejoong
menghembuskan nafas lega.
“Jaejoongie, aku ingin bertanya”
“Ya, silahkan”
“Apakah kau seorang gay?”
DEG.
Jaejoong
membulatkan mata besarnya kaget.
Tidak
menyangka Yunho akan bertanya seperti itu.
“Aku—Ya—Kau benar, apakah itu menjadi masalah
untukmu?” Jawab Jaejoong dengan suara yang bergetar.
Yunho
menaikkan alisnya, kemudian ia mengangguk singkat.
Lalu
menatap dalam kedua mata besar Jaejoong.
“Tentu saja menjadi masalah bagiku, karena
aku takut tidak bisa menahan diriku jika berhadapan denganmu” Ujarnya dengan
nada rendah.
Jaejoong
menelan salivanya.
Ya,
itu sungguh jelas membuktikan bahwa Yunho juga sama sepertinya.
Pria
itu gay.
Dan
ia sungguh seksi.
-------
Percakapan
singkat di cafe seberang itu sungguh merupakan angin segar bagi keduanya.
Seolah-olah
menjadi pintu masuk bagi keduanya untuk saling dekat.
Yunho
tentu saja menjadi pihak yang paling merasa menang, karena ia yang selalu
mengatur kapan saja mereka bisa bertemu dan menghabiskan waktu untuk berdua
selain di jam kerja.
Masalah
cincin itu—Yunho akan mengurusnya nanti.
Yang
terpenting adalah ia harus membuat Jaejoong jatuh kepadanya terlebih dahulu.
Jadi
jika suatu saat nanti pria cantik itu dihadapkan dengan pilihannya—jika benar
ia sudah memiliki kekasih—ia akan memilih Yunho untuk masa depannya.
Jaejoong
sendiri merasa tidak keberatan dengan keberadaan Yunho di sekitarnya sejak hari
itu berlangsung.
Ia
malah merasa sangat beruntung, karena Yunho adalah idolanya.
Yah,
kecuali ketika Yunho menjadi pribadi yang tempramental saat ia sedang marah.
Itu
menakutkan.
Jaejoong
sudah pernah melihat dengan matanya sendiri ketika Yunho mengamuk saat mencecap
teh paginya yang pahit. Sekretaris malang itu lupa menaruh gula ke dalam cangkirnya.
Wanita
cantik itu berakhir dengan tangannya yang tergores pecahan cangkir milik Yunho.
Dan
juga surat pengunduran diri.
Tapi
toh tidak menjadi masalah besar bagi Yunho.
Masih
ada ratusan pelamar lagi di luar sana yang ingin menjadi sekretaris namja
arogan itu.
“Hai, Junsu, mengantar bekal untuk Yoochun
lagi?”
Namja
imut yang sudah bermarga Park itu tersenyum manis kepada Jaejoong yang
menyapanya.
Ia
mengangguk dengan tawa khasnya yang lucu.
“Ia lebih sering bekerja di luar ruangan sekarang,
aku hanya ingin memastikan kesehatannya tetap terjaga” Ujar Junsu.
“Ah~ Beruntung sekali ketua tim itu, aku jadi
iri” Balas Jaejoong meringis.
“Kau bisa meminta Changmin untuk
mengantarkanmu bekal, kalau kau mau”
“Bocah manja itu sama sekali tidak bisa
diandalkan, Junsu ah”
“Siapa Changmin?”
Jaejoong
dan Junsu refleks menoleh ke belakang ketika suara bass Yunho terdengar.
Namja
imut itu tersenyum manis dan segera memburu langkahnya setelah menepuk pelan
lengan Jaejoong sebagai salam perpisahan.
Meninggalkan
namja cantik itu sendirian.
“Siapa Changmin, Jaejoongie?” Ulang Yunho
seraya merangkul bahu namja cantik itu.
Oh—pendekatan
selama empat bulan terakhir cukup membuat kemajuan ternyata.
“Adik angkatku, Yunnie” Balas Jaejoong
tersenyum.
Hmm,
kemajuan yang sangat banyak.
“Oh, aku lupa kalau kau punya adik angkat”
“Kau bahkan suka lupa kalau Yoochun adalah
atasan sementaraku”
“Soalnya dia selalu berdekatan denganmu”
“Tentu saja, kami harus saling berukar
laporan setiap hari demi La Pomme milikmu ini, tuan muda”
Yunho
tersenyum simpul, ia menggenggam tangan Jaejoong dan membawanya menjauh dari
banyak tukang.
“Yun, kau mau apa?”
“Memelukmu, aku gemas sekali padamu siang
ini”
Jaejoong
tertawa ketika Yunho sudah menariknya bersembunyi di balik tembok mentah yang
ada di dekat mereka dan menguncinya ke dalam pelukan erat.
Pelukan
hangat yang kadang mereka bagi belakangan ini.
Hal
baru yang berhasil membuat jantung Jaejoong berdebar-debar seolah akan lepas
dari tempatnya.
“Nanti mampir ke apertemenku, ya?”
“Sejak kapan kau punya apertemen?”
“Sejak aku memutuskan untuk menjauh dari
wanita yang bernama Jessica Jung”
Jaejoong
melepaskan pelukan mereka, kemudian ia kembali tertawa.
Yunho
selalu mengeluh tentang adiknya yang usil itu.
Tapi
Jaejoong suka dengan Jessica. Menurutnya wanita blonde itu menarik.
Yunho
belum bertemu dengan Changmin, makanya ia bisa bilang kalau Jessica itu titisan
dewa neraka.
“Sudah, aku harus bekerja lagi, ada tiga
proyek yang kupegang sekarang” Ujar Jaejoong.
“Banyak sekal, apa kau tidak lelah?” Sahut
Yunho khawatir.
Rasanya
ajaib sekali mengingat Yunho adalah tipikal pria yang tidak pedulian.
“Masih kalah jauh dari pekerjaanmu, tuan CEO”
Goda Jaejoong dengan mata bulatnya yang disipitkan.
Membuat
Yunho tidak bisa menahan senyumannya.
“Baiklah, tidak ada bantahan lagi, kkaja,
semakin cepat bekerja semakin cepat selesai” Ajak Yunho kemudian.
Jaejoong
mengangguk setuju.
-------
“Aku tidak mau tahu, pokoknya antarkan paper itu sekarang!”
“Tega
sekali kau padaku, Hyung! Aku kan sedang di kampus!”
“Aku tidak peduli, Chwang, memangnya siapa
yang melempariku dengan bantal semalam eoh?”
“Dan
memangnya siapa yang menyuruhmu untuk membalasku? Pakai paper penting pula”
“Saat itu aku sedang panik dan harus
membalasmu! Hanya ada paper itu di
dekatku!”
“Kalau
begitu itu urusanmu, Hyung! Sudah yaa dosenku sudah tiba”
“YYA! AISH! CHWANGMINNIE!!”
Sambungan ponsel itu terputus dari pihak Changmin.
Membuat
Jaejoong mendengus kasar dan menghentakkan kakinya tanpa sadar.
Dasar
iblis kecil! Pekiknya dalam hati.
Bibir
cherry Jaejoong terus berkomat-kamit
mengutuk adik angkatnya yang nakal itu.
Ck,
ia tidak bisa kembali ke rumah sekarang juga, para kepala tukang dari setiap
lantai La Pomme memintanya untuk menunggu di lobi dasar untuk membahas
perubahan desain yang Yunho minta.
ARRGHH!!
Jaejoong meninju udara dengan kesal.
“Kau baik-baik saja, Joongie?”
Namja
cantik itu terkejut, ia refleks menoleh ke belakang dan mendapati si imut Junsu
yang menatapnya bingung.
“Ah, hahaha, tentu saja aku baik-baik
saja...Um, yah, Chwang membuat masalah denganku, seperti biasa” Ujar Jaejoong
menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Junsu
tersenyum lucu.
“Aku ingin sekali bertemu dengan adikmu itu,
ia pasti pribadi yang sangat menarik” Komentarnya.
“Oh—percaya padaku, kau tidak akan ingin
bertemu dengannya lagi setelah pertemuan pertama terjadi. Changmin akan
menciptakan panggilan khusus untukmu dan dia akan memanggilmu dengan sebutan
memalukan itu di manapun kalian bertemu” Ujar Jaejoong meringis.
“Oh ya? Hahaha~ Lalu, dia memanggilmu apa?”
“Ahjumma periode”
Tawa
Junsu pecah.
Membuat
Jaejoong kembali meringis.
“Ngomong-ngomong, kau sudah selesai
mengantarkan bekal Yoochun?”
“Ya, baru saja. Sekarang aku akan pergi
menemui temanku”
“Hmm, baiklah, hati-hati di jalan”
“Ya, ah, aku tidak melihat Yunho hari ini”
“Ia masih ada urusan di kantornya, mungkin
sore nanti ia akan menyusul ke sini”
Junsu
mengangguk, kemudian ia tersenyum dan melambaikan tangannya.
Meninggalkan
Jaejoong yang balas tersenyum untuknya.
Tidak
menyesal Jaejoong mengajak namja imut itu berkenalan di hari pertama mereka
berjumpa saat Junsu mengantar bekal untuk suaminya.
Namja
itu sungguh menarik, ramai sekali, pikirnya.
Mungkin
setelah proyek ini selesai ia akan lebih sering mengunjungi Junsu dan
mengajaknya jalan-jalan bersama.
DRRRTT...DDRRRTTT...
Jaejoong
menaikkan alisnya, mendapati ponselnya bergetar panjang dan nama Changmin
muncul di layar.
“Apa lagi, bocah monster?” Ucap Jaejoong
ketus.
“Kau di
dalam kan? Aku mengantar paper-mu”
“MWO? Kau serius, Chwang? AAAAHH! Aku sungguh
mencintaimu, bayi bambi!”
“Sudah,
berhenti memujiku, aku masih ada kelas sebentar lagi”
“Ya! Aku di dalam!”
Jaejoong
memutuskan sambungan ponsel dengan seyuman lebar.
Aih~
Changminnnya memang baik hati!
Namja
cantik itu melambaikan tangannya ketika mata bulatnya mengedar dan menemukan
sesosok pria berwajah kekanakan dengan tubuh yang tinggi berjalan ke arahnya.
Namja
berwajah kekanakan itu memegang sebuah gulungan paper berukuran besar.
“Nih!” Ujar Changmin seraya mengangkat
gulungan tersebut.
“Chwaaang~! Jangan main-main denganku! Kau
tahu aku tidak akan sampai untuk mengambilnya! Dasar monster!” Jerit Jaejoong
walau ia berusaha untuk melompat meraih paper-nya.
“Monster? Padahal baru saja kau bilang kau
mencintaiku” Balas Changmin menaikkan alisnya.
Lengkap
dengan senyuman nakal khas miliknya.
.
.
.
Jung
Yunho melonggarkan dasinya sedikit setelah mobil yang dikendarainya sampai di
depan La Pomme yang sudah setengah jadi.
Ia
membenarkan penampilannya kembali beberapa saat kemudian dan mengambil ponselnya
seraya beranjak keluar dari mobil dan berjalan memasuki La Pomme.
“Siang, Direktur” Sapa beberapa tukang yang
sedang bekerja.
Yunho
tidak mengacuhkan sapaan-sapaan itu.
Fokusnya
kini hanya kepada Kim Jaejoong.
Ia
sungguh ingin bertemu dengan namja cantik itu.
Rasa
rindunya sungguh membuncah.
Aigoo,
padahal baru saja kemarin sore mereka bertemu.
“Aku ingin dirayu!”
Eoh?
Yunho
menaikkan alisnya ketika ia mendengar suara asing yang menyapa telinganya.
Namja
bermata musang itu terdiam memperhatikan Jaejoong yang sedang bercengkrama
dengan seorang namja tampan walau terlihat agak kekanakan di lobi dalam.
“Baiklaah~ Chwangku sayang, aku akan
membuatkanmu makan malam spesial lengkap dengan sup ubur-ubur kesukaanmu
walaupun saat ini harga ubur-ubur sedang mahal” Ujar Jaejoong dengan wajah
memelas.
Changmin
menaikkan alisnya, tidak menyangka akan mendapatkan tawaran sebaik itu.
Padahal
ia hanya bercanda.
Namja
berwajah kekanakan itu tersenyum lebar, ia menarik Jaejoong hingga namja cantik
itu menubruk tubuhnya dan mencium dahinya dengan penuh sayang.
Membuat
Jaejoong menjerit karena perlakuan yang tidak biasa itu.
Adiknya
yang nakal itu lebih suka memukulnya daripada menciumnya.
Sepertinya
ia senang sekali eoh?
“Ini paper-mu!
Terima kasih untuk janji surgamu, sebenarnya aku hanya bercanda, tapi kau
begitu serius untuk membuatkanku sup ubur-ubur malam ini, hanya untuk kali ini
saja, aku mencintaimu, Kim Jaejoong!” Ucap Changmin masih dengan senyum
lebarnya.
Namja
berwajah kekanakan itu menepuk kepala Jaejoong seperti ia memperlakukan
peliharaannya, kemudian ia beranjak pergi meninggalkan Hyungnya.
Tidak
mengacuhkan Yunho yang seakan membeku di dekat pintu keluar La Pomme.
Jaejoong
mengerjapkan mata bulatnya ketika ia menyadari bahwa Yunho sudah tiba dan
berdiam di sana.
Namja
tampan itu menggeram marah.
Raut
wajahnya tampak mengeras dengan jemari yang mengepal erat.
Ia
segera melangkahkan kakinya menghampiri Jaejoong dengan hentakan kaki yang
keras.
BRUKK!
Jaejoong terkejut ketika Yunho tergesa-gesa menghampirinya, menarik lengannya dengan paksa, dan menciumnya brutal di dinding setengah jadi ini.
Yunho seakan kehilangan akal sehatnya. Ia bahkan tidak peduli dengan material bangunan yang ada di sekitar mereka.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Yunho setelah ia mencium bibir ranum Jaejoong dengan seluruh hasratnya.
Mata musangnya terus memperhatikan bagaimana cantiknya sang arsitek dengan semburat merah di kedua pipinya, titik keringat di pelipisnya, dan kedutan di belahan bibir ranumnya.
“Jantungku...Jantungku berdetak sangat kencang..Ta-tadi, barusan..Apa itu tadi?” Tanya Jaejoong kacau.
“Tadi? Tadi itu aku menciummu” Sahut Yunho
dengan nada rendah.
Jaejoong
mengerutkan dahinya.
Memberanikan
dirinya untuk berpegangan pada kedua sisi lengan Yunho yang memerangkapnya.
“Tapi—kenapa?”
Yunho
tidak menjawab kali ini.
Ia
hanya diam, dengan kedua mata musang yang terus mengintimidasi mata bulat
Jaejoong.
Namja
tampan itu bernafas pelan, kemudian ia mencium dahi Jaejoong tepat di mana
Changmin meninggalkan jejaknya beberapa saat tadi.
“Malam ini menginaplah di apertemenku” Bisik
Yunho nyaris berdesis.
Jaejoong
mengerutkan dahinya sekali lagi.
Malam
ini? Tapi ia sudah memiliki janji dengan Chwang.
“Ini perintah, Kim Jaejoong” Ucap Yunho
ketika tidak mendapatkan respon yang ia inginkan dari Jaejoong.
“Ya, Yunho..Aku akan menginap” Balas Jaejoong
gugup.
Baiklah,
ia akan memikirkan cara untuk membujuk Chwang lagi nanti.
-------
Changmin
mengamuk di telepon.
Dan
Jaejoong lebih memilih membiarkan namja berwajah kekanakan itu berbicara dengan
Yunho daripada mendengarkan ocehannya.
Jadi
pria cantik itu membiarkan Changmin berteriak-teriak tidak jelas lebih dulu dan
menyerahkan ponselnya kepada Yunho setelah bocah makanan itu terdengar tenang.
Biar
saja Yunho yang menjelaskan, toh, namja tampan itu yang sudah menculiknya ke
sini.
“Lama sekali” Gumam Jaejoong ketika ia
melirik Yunho yang sudah kembali dari ruang tengah, menyusulnya di dapur.
Jaejoong
sedang membuat makan malam mereka saat ini.
Yunho
tidak menjawab.
Pria
arogan itu hanya diam dan meletakkan ponsel Jaejoong di atas meja makan.
Kemudian
ia duduk di sana, seolah sedang memikirkan sesuatu.
Jaejoong
menaikkan alisnya tidak mendapati respon dari namja tampan itu.
Ia
berbalik dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Jaejoong
memasak sup ubur-ubur untuk malam ini.
Sisi
jahilnya keluar ketika Yunho membawanya berbelanja sore tadi.
Ia
akan menatanya dengan cantik dan memotretnya, kemudian mengirimkannya untuk
Changmin agar namja berwajah kekanakan itu frustasi.
Hahaha,
ide yang sangat bagus. Bangganya dalam hati.
“Selamat makan” Desis Jaejoong setelah ia
menata piring di atas meja.
Yunho
masih berdiam diri.
Ia
hanya ikut bergerak untuk makan, namun masih belum mengeluarkan suara apapun.
Membuat
Jaejoong jadi sedikit gugup karenanya.
Padahal
seingatnya Yunho masih baik-baik saja sebelum berteleponan dengan Changmin.
Omo,
apakah adiknya yang nakal itu mengatakan sesuatu?
Aigoo.
“Kau ingin mandi dulu atau langsung tidur
saja?” Tanya Yunho setelah Jaejoong menyelesaikan peralatan makan mereka.
Namja
cantik itu terkejut mendengar suara Yunho yang tiba-tiba setelah cukup lama
pria tampan itu diam.
Ia
tersenyum tipis.
“Langsung tidur saja, hari ini aku lelah
sekali”
“Baiklah”
Jaejoong
mengeringkan tangannya di mesin pengering setelah ia selesai mencuci peralatan
yang kotor.
Kemudian
mengikuti langkah Yunho memasuki kamar namja tampan itu.
Well, yah, ini bukan
kali pertama ia menginap, jadi Jaejoong sudah cukup tahu seluk beluk apertemen
ini.
Namja
cantik itu ikut naik ke atas ranjang setelah Yunho mendahuluinya.
Pria
tampan itu mematikan lampu kamar dan menghidupkan lampu tidur yang
remang-remang.
Kemudian
beringsut mendekati Jaejoong yang berbaring membelakangi dirinya.
DEG.
Jaejoong
terkejut.
Yunho
memeluknya.
Ya
Tuhan, dadanya berdebar-debar dengan wajahnya yang terasa panas.
Untung
saja Yunho tidak bisa melihat wajahnya yang sudah semerah tomat saat ini.
“Maafkan aku” Bisik Yunho.
“Untuk apa?” Balas Jaejoong bingung.
Namja
tampan itu menghembuskan nafas pendek, membuat Jaejoong merinding di bagian
tengkuknya.
“Karena sudah membuatmu kebingungan seharian
ini”
“...”
“Aku cemburu”
Mata
Jaejoong membesar.
Apa?
“Kupikir pria tadi itu adalah kekasihmu. Ia
menciummu dan mengatakan kalau ia mencintaimu” Adu Yunho lagi.
Ah,
Jaejoong menyunggingkan senyum gelinya tanpa sadar.
“Namja itu adalah adikku”
“Ya, ia memberitahuku di telepon tadi”
“Dia bilang apa saja?”
“Protesan tentang sup ubur-ubur dan sesuatu
yang lain”
“Hmm, sesuatu yang lain?”
“Yah, aku menanyakan sesuatu kepadanya”
Jaejoong
tidak menyahut lagi.
Ia
hanya berdiam diri hingga Yunho mengira dirinya telah terlelap pulas.
Namja
tampan itupun memutuskan untuk memejamkan kedua mata musangnya.
Dan
tidak lama kemudian Jaejoong ikut tertidur.
Tanpa
melepaskan pelukan erat dari Yunho kepadanya.
.
.
.
Pagi
ini cuaca cerah sekali, hingga membuat cahaya matahari menembus celah-celah
jendela.
Jaejoong
adalah pria yang pertama bangun dari tidurnya.
Hal
pertama yang ia lakukan adalah tersenyum malu mendapati wajah Yunho yang sangat
dekat dengannya.
Pria
cantik itu memandangi Yunho cukup lama, sambil mengingat-ingat percakapan terakhir
mereka semalam.
Yunho
cemburu?
Manis
sekali, pikirnya.
Jaejoong
mengusap bibir Yunho dengan telunjuknya.
Aih,
bibir ini yang sudah merebut ciuman pertamanya dengan sangat tidak elit.
Tapi
ia suka.
Namja
cantik itu beranjak bangkit dari baringnya dan memutuskan untuk pergi ke La
Pomme sendirian.
Yunho
terlihat sangat kelelahan, jadi ia membiarkan namja tampan itu tanpa
membangunkannya.
CUP.
Jaejoong
mengecup lembut pipi Yunho.
Ia
kembali tersenyum manis.
“Sampai nanti, Yunnie” Bisiknya.
.
.
.
Jam
sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi.
Dan
Yunho baru saja membuka kedua mata musangnya.
Namja
tampan itu meregangkan tubuhnya dan menyadari Jaejoong sudah tidak ada di
sampingnya.
Pria
arogan itu melirik meja nakas dan menaikkan alisnya mendapati sebuah memo yang
tertempel di sana.
‘Sepertinya
kau lelah sekali, jadi aku memutuskan untuk berangkat lebih dulu. Hangatkan
saja sarapannya, sampai nanti’
Yunho
beranjak bangkit dari duduknya.
Ia
mengusap wajahnya dan hendak berjalan memasuki kamar mandi.
Namun
kemudian seluruh gerakannya terhenti ketika ia memperhatikan sesuatu yang
terpasang di jari manis tangan kirinya.
Cincin?
Namja tampan itu menaikkan alisnya.
Mirip
seperti yang ada di tangan Jaejoong.
Hmm,
seingatnya semalam Changmin mengatakan sesuatu mengenai cincin milik Jaejoong
ketika ia bertanya.
Yunho
masih saja terbengong menatap cincin perak itu.
Sampai
beberapa detik kemudian mata musangnya membelalak lebar ketika kesadarannya
pulih dengan sempurna.
‘Hyungku
itu kuno sekali, ia membeli cincin pasangan untuk dirinya sendiri dan akan
memberikan yang satunya kepada orang yang telah membuatnya jatuh cinta, katanya
secara tidak langsung ia sudah menganggap orang yang memakai cincin itu adalah
pasangan hidupnya kelak’
“MWOYA?!” Teriaknya kaget.
Namja
tampan itu segera berlari menuju kamar mandi, memecahkan rekor mandi kilatnya
dan memakai pakaian dengan terburu-buru.
Bahkan
dasinya yang selama ini terpasang rapi kini terlihat miring dan sedikit kusut.
Ia
bahkan hanya menyisir rambutnya dengan tangan ke belakang tanpa menggunakan gel hingga membuat rambutnya terurai
begitu saja—sebenarnya ia tampak lebih muda dengan gaya rambut yang seperti
ini—.
“AISH!”
Yunho
memaki kesal ketika ia hampir saja tersandung sofa ruang tengah.
Namja
tampan itu memakai sepatunya dengan cepat dan berlari menuruni tangga karena ia
tidak sabar menunggu sampai lift terbuka.
Tujuh
lantai, dan Yunho hampir kehabisan nafas.
Pria
arogan itu menyetir mobilnya dengan kencang, dengan jantungnya yang masih
memompa kasar.
BLAM!
Pintu
mobil mewah itu terbanting keras oleh Yunho.
Pria
itu berjalan dengan tergesa-gesa memasuki areal La Pomme.
Tidak
mempedulikan tatapan bingung dari para pekerjanya.
Yunho
mendesah pendek ketika ia menemukan Jaejoong yang sedang santainya berbincang
bersama Yoochun di lobi.
“KIM JAEJOONG!!” Panggilnya lantang.
Jaejoong
terkejut.
Ia
dan Yoochun refleks menoleh ke sumber suara dan mendapati Yunho yang berantakan
sedang berjalan cepat ke arahnya.
“Apa yang—”
Ucapan
Jaejoong terputus ketika Yunho menariknya ke dalam pelukan erat.
Kemudian
mencium bibir ranumnya dengan dalam.
Yoochun,
Elaine, dan para pekerja yang masih berada di sekitar mereka segera mengalihkan
pandangan masing-masing.
Sementara
Yunho sudah tidak peduli lagi dengan pandangan sekitarnya, ia terus meluapkan
perasaannya melalui ciuman panas itu.
Jaejoong
bernafas dengan rakus setelah Yunho menjauhkan tautan bibir mereka.
Ia
bisa merasakan bibirnya berdenyut-denyut, panas, basah, dan sekaligus
memabukkan.
Mata
besarnya mengerjap sayu memandang Yunho.
Pria
arogan itu terlihat ratusan kali lebih tampan dengan rambut hitamnya yang
berantakan karena tangan Jaejoong tadi.
Beberapa
saat setelah mengatur nafas, Yunho memperlihatkan senyumnya.
Senyuman
lebar pertama yang ia tunjukkan kepada pria cantiknya.
Dan
Jaejoong terpesona.
“Terima kasih, aku juga mencintaimu” Bisik
Yunho lirih.
Namja
cantik itu tidak perlu bertanya lagi.
Kini
ia mengerti mengapa Yunho melakukan hal tadi kepadanya.
“Ayo kembali ke apertemen” Balas Jaejoong
ikut tersenyum.
Eoh?
Yunho
menaikkan alisnya.
“Tentu saja untuk merapikan penampilanmu. Apa
kau sadar kalau kau salah memakai sepatu saat ini?” Ujar Jaejoong tertawa.
Yoochun
dan Elaine menurunkan pandangan mereka, tersenyum geli ketika menyadari bahwa
Yunho memakai sepatu pentofelnya di sebelah kanan.
Dan
memakai sepatu olahraganya di sebelah kiri.
.
.
.
OMAKE (EPILOG)
Jessica
Jung bersidekap seperti kebiasaannya saat ini.
Bedanya
kini ia berdiri di antara ayah dan ibunya, serta tunangannya yang super tampan.
Mata
bulatnya terus memperhatikan Yunho yang sedang menuntun Jaejoong untuk
menandatangani keramik La Pomme di sana.
Ia
mendengus, hingga membuat Jung Jinki—sang ayah—menoleh kepadanya.
“Sudahlah Jessie, Appa akan membangun Mall yang lebih besar lagi untukmu”
Ujarnya menghibur.
Jessica
Jung kembali mendengus, ia mengalihkan pandangannya dari wajah sang ayah dengan
ketus.
“Aku tidak ingin Mall lagi” Ucapnya.
Taecyon
ikut menoleh, memperhatikan tunangannya.
“Kau berkata seolah-olah Mall itu sebuah rumah mainan” Komentarnya singkat.
Gadis
blonde itu melotot.
END.
Aww .... so sweetttt YunJae selalu sweeetttt T_T emang y si beruang kutub mencair nya cm sm JJ seorang hahhhh~~
BalasHapusShella thanx bgt update ff baru lg .. jgn pernah bosen nulis ff yunjae untuk memenuhi kebutuhan dari dahaga para YJs lolol gomawo shella I love ya
Wah daebak, setelah lama nunggu ff terbarunya.
BalasHapusKeren unn, yunho always kacau kalo nyangkut tentang jaejoong
So sweettt banget. Sikap yunho ke jaejoong bener-bener romantis abiiisss xD mereka emang pasangan paling perfect deh pokoknya xD
BalasHapusWah crita YunJae ada yg baru lagi..
BalasHapusJohae.
Jd si Jaejoong pemilik la pome membuat Jessica merenggut. Hng.. klo jessica yg diksih itu mall ma bs bngkrut kli ya.
Cincin couple emang melegenda nde..
Suka bgt klo Yunho seenaknya ky gini, curi2 ciuman ke jeje
Ihhh.. tuh kaaaann.. aku melting berkali kali.. omo omo omo.. yunho manis banget sih.. cini cium dulu :*#di jitak jaema XD XD XD
BalasHapus