This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Selasa, 08 September 2015

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/ARCHI



Tittle: ARCHI

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-fluffy-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


Pria itu tidak pernah percaya akan takdir sebelumnya.
Bahkan hingga saat ini.
Sampai kemudian Kim Jaejoong datang dan memporak-porandakan hati dan hidupnya.

.
.
.
Park Yoochun terlihat sangat sibuk pagi ini.
Ia bangun setengah jam lebih cepat dari biasanya dan bergegas menyiapkan diri dengan setelan armani kebanggaannya.
Namja berpipi chubby itu tersenyum penuh semangat ketika ia membenarkan posisi dasinya di hadapan cermin.
Ah, ini hari besarnya.

  “Chunnie? Kau sudah siap?”

  “Ya, sayang! Aku akan segera turun!”

Itu suara Junsu, atau lebih tepatnya Park Junsu.
Korban rayuan gombal terakhirnya setahun belakangan.
Oh—pengantin baru.

CKLEK.


Pria chubby itu beranjak keluar kamar dan segera menghampiri Junsunya yang sudah duduk di meja makan, tersenyum semanis mungkin hanya untuknya.

  “Akhirnya hari ini tiba juga, hm?” Ujar Junsu masih dengan senyum manisnya.

Yoochun mengangguk, ia mendekat dan mengecup kilat dahi kekasih hatinya.
Setelahnya ia segera duduk di kursinya dan mengambil cangkir kopi hitam yang sudah diseduhkan Junsu untuknya.

  “Ini proyek terbesar yang pernah kupegang, Junchan, aku sungguh gugup” Bisik Yoochun setelah menyesap kopi paginya.

  “Ya, Chunnie, berhati-hatilah. Kudengar eksekutif muda itu berhati dingin” Kekeh Junsu seraya mengunyah roti bakarnya.

  “Apa harus kurayu dia seperti aku merayumu agar hatinya kembali hangat, eoh?”

  “Aish”
 
  “Hahaha, wajahmu lucu sekali”

Junsu mencebilkan bibirnya, namja imut itu mendengus.

  “Menyebalkan sekali, semoga saja pria arogan itu memakanmu” Ketus Junsu main-main.

Yoochun menaikkan alisnya, kemudian ia tersenyum simpul.
Namja chubby itu menghabiskan gigitan roti terakhirnya dan segera beranjak mencium bibir Junsu.
Membuat pria imut itu terlonjak kaget karenanya.
Yoochun tidak bisa menahan tawa gelinya ketika namja imut itu memukul bahunya setelah ia berhasil mencuri ciuman pagi yang mendadak itu.

  “Doakan aku, oke?” Ujar Yoochun menaikkan alisnya.

Junsu mengangguk, sekali lagi, dengan senyum terbaiknya.
.
.
.
  “Selamat pagi, tuan Park”

  “Pagi”

Yoochun berjalan santai memasuki area lobi tempatnya bekerja.
Oh—ayahnya adalah pemilik perusahaan besar ini.
Tapi ia memutuskan untuk memulai dari yang paling dasar dulu—tentu saja setelah ia berdiskusi dengan Junsu dan mendapatkan izin namja imut itu—.

  “Ini rancangan akhir dari La Pomme, tuan”

Yoochun mengalihkan perhatiannya kepada seorang wanita cantik dengan rambut blonde yang tergulung rapi.
Wanita bernama Elaine Ahn itu berdiri tepat di sampingnya seraya menyodorkan sebuah paper besar berwarna putih.

  “Arsiteknya gesit sekali, seingatku baru beberapa hari yang lalu ia memberitahu kantor kalau ia masih menangani proyek dari tempat lain” Komentar Yoochun.

  “Saya memberitahunya kalau hari ini pemilik rancangan akan tiba untuk mengevaluasi desain gedungnya” Sahut Elaine cepat.

Oh, pantas saja. Gumam Yoochun dalam hatinya.
Pria berpipi chubby itu segera melanjutkan langkahnya menuju ruangan untuk menaruh tas hitamnya, sementara seluruh tim pembangunan gedung sedang bersiap di lobi, untuk menyambut sang pemilik rancangan La Pomme.
.
.
.
Para wanita cantik berjas mewah itu saling berbisik satu sama lain, ketika mereka mendengar suara deru mesin mobil dari luar lobi kantor.
Membuat Park Yoochun, sang ketua tim pembangunan, ikut meremas jarinya gugup.

  “Ia pria yang terkenal sangat dingin! Tatapan matanya membuat semua lawan bisnisnya ciut!” Pekik seorang wanita dengan rambut blondenya yang tergulung rapi.

  “Kudengar reputasinya sungguh baik! Ia lulusan termuda dari Harvard University, bisnisnya juga selalu berjalan dengan lancar, aigoo~~ Sungguh beruntung siapapun itu yang bisa menjadi kekasihnya!” Seru wanita yang lain.

  “Beruntung? Kalau mengingat keangkuhannya dan tempramentalnya yang tinggi membuatku berpikir ulang tentang kata beruntung itu” Sahut seorang wanita berambut hitam.

Para wanita itu mengangguk membenarkan, kemudian perhatian mereka dalam sekejap teralihkan kepada pintu kantor yang berputar.
Seluruh mata yang ada mengerjap kagum.
Oh---
Pria itu sungguh sempurna!

Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang, raut wajahnya tampak tegas, dengan sepasang mata musang yang tajam.
Langkah kakinya diiringi dengan bunyi ketukan pentofel mahal.
Ia berdehem dan memasukkan tangannya ke dalam saku jas armaninya yang super mewah.

  “Selamat siang, namaku Jung Yunho. Dan aku adalah pemilik La Pomme yang akan dibangun dengan kerjasama tim kalian” Ucap lelaki tampan itu lantang.

Membuat para wanita yang ada tidak bisa menahan diri untuk tidak memujanya.

  “Selamat siang, tuan Jung, saya Park Yoochun, ketua tim pembangunan” Yoochun membungkuk, yang diangguki oleh namja tampan itu.

  “Apakah rancangannya sudah selesai? Aku ingin segera mengevaluasinya” Ujar Yunho.

Yoochun mengangguk, ia segera mempersilahkan Yunho untuk berjalan menuju ruangannya.

  “Arsitek yang sebelumnya ditunjuk oleh tim pembangunan mendadak mengundurkan diri, tapi keberuntungan ada di pihak kita, seorang arsitek lain datang untuk mengajukan diri” Cerita Yoochun.

Yunho tidak menyahut.
Ia hanya diam sepanjang perjalanan.
Membuat Yoochun menggigit bibirnya semakin gugup.

CKLEK.

  “Silahkan, tuan” Ucap Elaine ramah.

Yunho mengangguk, ia segera duduk di sofa yang bersebrangan dengan Yoochun dan wanita blasteran itu.

  “Ini desainnya, seperti yang anda mau, gedung sepuluh lantai ini akan mengadopsi desain futuristik namun tetap terlihat mewah. Seluruh dinding luar akan dilapisi oleh kaca anti sinar UV” Jelas Yoochun ketika Yunho membuka gulungan paper desain itu dan melihat isinya.

Mata musangnya berkilat dalam sekejap.
Mengagumi desain paling menarik yang pernah dilihatnya seumur hidup.
Arsiteknya pasti seorang yang sangat jenius, pikirnya.
Melihat detail yang sangat menarik ini mungkin sang arsitek sudah berusia puluhan tahun lebih tua dari dirinya.

Yunho mengangguk setelah ia puas memandangi Mall masa depannya itu.

  “Baiklah, pembangunan bisa segera dimulai” Ucapnya singkat.

Yoochun dan Elaine tersenyum.


-------


  “Jadi, bagaimana Mall raksasa yang entah untuk siapa kau rencanakan itu?”

Yunho sedikit kaget ketika adik perempuan tunggalnya bersidekap di dalam ruang kerjanya.
Jessica Jung tampak begitu sengit menghadapi kakaknya akhir-akhir ini.
Setelah pria tampan itu menolak permintaannya untuk menandatangani keramik pengesahan La Pomme nantinya.
Tentu saja Yunho menolak.
Tanda tangan di Mall masa depan itu hanya diperuntukkan kepada pemilik gedung raksasa itu.

Yah, walau sebenarnya Yunho masih belum yakin ia akan menghadiahkan gedung itu untuk siapa nantinya.
Ia masih memikirkan kemungkinan di antara ibu atau adiknya.
Hmm, atau tidak keduanya?
Terkadang mereka begitu berisik sebagai wanita.

  “Kebetulan sekali melihatmu ada di sini, Jessie, seingatku kau masih marah padaku” Sindir Yunho menaikkan alisnya.

Membuat gadis berambut blonde itu mendengus tidak senang.

  “Tentu saja aku masih marah padamu! Tapi aku butuh tanda tanganmu untuk peresmian cabang perusahaan di Busan!”

  “Ketus sekali”

  “Aku kan belajar darimu, tuan arogan”

Yunho menghela nafasnya.
Ia bersandar di kursinya dan menatap Jessica dengan kedua mata musangnya.

  “Baiklah, mana proposalnya?”

Gadis blonde itu menaruh proposal miliknya di atas meja kerja Yunho.
Mengawasi setiap gerak-gerik namja tampan itu, memastikan tidak ada lembar yang tertinggal.

  “Aku mau lihat rancangan akhirnya” Ujar Jessica beberapa menit kemudian.

  “Kutinggal di kantor Yoochun” Balas Yunho tanpa mendongak.

  “Pelit sekali”

  “Hm”

Aish!
Gadis blonde itu mengerutkan dahinya.
Ia segera merampas proposal itu setelah Yunho selesai dengan pekerjaannya.

  “Aku pergi! Dan jangan cari aku!” Pekik wanita manja itu seraya beranjak keluar dari ruangan.

  “Memangnya siapa yang akan mencarimu eoh?” Sahut Yunho tersenyum meremehkan.

Gadis blonde itu berbalik, tersenyum licik seraya mengacungkan tangan kanannya.

  I-phone sialan ini akan kubuang!” Ucapnya puas.

Yunho melotot.
Sial! Ponselnya!


-------


Yunho memulai harinya dengan mood yang tidak bagus hari ini.
Ibunya merusak semuanya.
Jung Keybum yang cantik itu menjejalinya dengan bacon dan ceramah tentang memiliki pasangan hidup kepadanya.
Dan jangan lupakan tawa manis berkedok sindiran dari adik tunggalnya.

Menyebalkan sekali.

Mencari kekasih?
Pasangan hidup?
Konyol.
Ia masih sangat berminat pada kehidupan luar biasanya.
Kebebasan mutlak miliknya seorang, tanpa ada yang merecoki.
Yunho sudah cukup belajar dari hidup seorang Ok Taecyon yang selalu menjadi korban kecerewetan Jung Jessica setiap harinya.

Kasihan sekali tunangan gadis manja itu. Pikirnya.

  “Selamat pagi, tuan Jung” Sapa Yoochun yang sudah menunggunya sejak tadi.

Yunho mengangguk, kepada Yoochun dan Elaine.

  “Bagaimana?” Tanya Yunho singkat.

  “Anda bisa melihatnya sendiri, pembangunan berjalan dengan cepat sejak sebulan yang lalu” Balas Yoochun tersenyum, sudah berhasil mengendalikan kegugupannya.

Jung Yunho melangkah memasuki areal pembangunan Mall raksasa miliknya.
Proyek besar yang sungguh didambakannya sejak dulu.
Mata musangnya mengedar, memperhatikan lantai yang masih dalam pengerjaan dan puluhan tiang penyangga awal.

 “Aku ingin bertemu dengan arsitek La Pomme” Ujar Yunho.

Park Yoochun mengangguk. Ia segera membawa pria tampan itu semakin memasuki area pembangunan.

  “Itu arsiteknya, lulusan terbaik di seluruh Asia”

Mata musang Yunho mengerjap.
Pupilnya berkilat-kilat penuh minat.
Oh---
Pria yang sedang memeluk gulungan karton besar itu sungguh menarik.
Wajahnya sungguh cantik, dengan bibir cherry yang berkomat-kamit ketika ia berbicara dengan para tukang.

  “Namanya Kim Jaejoong” Ucap Yoochun singkat.

Yunho tidak merespon.
Ia masih terpaku pada keunikan namja yang ada di hadapannya. Cantik sekali untuk ukuran seorang laki-laki.

  “Tuan Jung?”

Eoh?
Yunho menoleh, menatap Yoochun dengan sedikit ling-lung.
Membuat pria chubby itu tersenyum tipis karenanya.
Ah, memalukan sekali.

  “Aku pernah mendengar namanya, tapi baru kali ini melihatnya secara langsung” Ucap Yunho yang tanpa sadar merapikan jas armaninya.

  “Ya, ia adalah arsitek dengan bayaran paling mahal dari yang lainnya. Desain rancangannya selalu luar biasa” Komentar Yoochun menanggapi.

Yunho mengangguk singkat.
Ia segera melangkahkan kakinya mendekat, hingga ia berdiri di hadapan pria cantik itu.

  “Kim Jaejoong” Panggilnya.

  “Eh? Oh?” Gumam Jaejoong mendongak seraya membenarkan gulungan paper-nya.

Ia menaikkan alisnya, menyadari betapa tampan dan berwibawanya pria yang kini berdiri di hadapannya.

  “Kenalkan, Jung Yunho” Ucap Yunho dengan tambahan senyum.

Jaejoong tidak tahu kenapa, tapi ia merasakan kedua pipinya menghangat karena senyum itu.
Dan hal itu tidak luput dari pengamatan Yunho.

  “Kim Jaejoong”

  “Jaejoong? Bagaimana kalau kupanggil Joongie saja?”

  “M-mwo? Eh—ne, gwenchana”

Ufh.
Yoochun dan Elaine saling melirik satu sama lain.
Menahan senyuman geli masing-masing.
Sepertinya mereka berdua tahu apa yang sedang terjadi di sini.
Manis sekali.

  “Aku suka dengan rancanganmu” Ujar Yunho seringan mungkin.

Jaejoong refleks tersenyum manis, ia senang sekali kalau karyanya dipuji.

  “Terima kasih” Balasnya.

Namja cantik itu menundukkan wajahnya, menyibukkan diri dengan gulungan paper-nya yang banyak.
Yunho melihat Jaejoong, dan namja cantik itu tampak kesulitan dengan paper-nya, hingga ia memutuskan untuk mengambil sebagian gulungan dan membuat Jaejoong terkejut menatapnya.

  “Kubantu” Bisik namja tampan itu singkat.

  “Maaf, ini desain perbagian gedung, rencananya akan kuberikan kepada kepala tukang setiap lantai” Ujar Jaejoong dengan pipinya yang kembali merona.

Oh—Yunho menyukai pemandangan barunya.

  “Setiap lantai? Kalau begitu kenapa tidak diberikan sekarang saja? Aku akan membantumu membawanya” Tawar Yunho ramah.

Yoochun berdehem.
 
  “Maaf, tuan, tapi setiap kepala tukang sudah diinformasikan sehari sebelumnya kalau mereka akan menjemput paper masing-masing di lantai satu” Ujar namja chubby itu.

Yunho melirik sekilas namja chubby itu.

  “Ayo, Jaejoongie”

Jaejoong terkejut, ia segera menyusul langkah kaki Yunho.
Mengintip ke belakang dan tersenyum kepada Yoochun dan Elaine.
Ia bisa melihat namja chubby itu menoleh kepada Elaine dan mengucapkan sesuatu yang membuat sekretaris blasteran itu tertawa geli.
Jaejoong harap mereka sedang tidak membicarakan dirinya dan Yunho.

  “Tuan—”

  “Yunho saja”

  “Yunho, setiap lantai masih dalam bentuk kerangka, kita tidak mungkin memanjat ke atas sana kan?”

  “Tentu saja tidak, kita hanya perlu menghampiri setiap katrol dan meminta kepala tukangnya untuk turun menjemput paper mereka”

  “Ide yang tidak terpikirkan olehku”

Yunho tersenyum.

  “Setelah ini kau ada kegiatan apa?”

  “Umm~ Tidak ada, aku sudah menyelesaikan kontrak dengan perusahaan lain. Sekarang fokusku hanya La Pomme, dan kupikir aku akan sarapan saja setelah ini di cafe seberang”

  “Kau belum sarapan?”

  “Um..Ya”

  “Bagus, kalau begitu kita sama”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Mata besarnya mengerjap lucu.
Apakah itu artinya Yunho mengajaknya makan bersama?
Yang benar saja!
Eksekutif muda yang paling disegani di seluruh Asia itu mengajaknya makan bersama?
Jaejoong menggigit bibir bawahnya erat.

Well, sebenarnya namja cantik itu mengidolakan Jung Yunho sejak beberapa tahun terakhir.
Kali pertama ia melihat Yunho adalah di New York ketika ia sedang menerima proyek penting.
Dan wajah pria tampan itu ada di mana-mana, bahkan mungkin di seluruh gedung iklan.
Benar-benar hebat. Pikir Jaejoong.

  “Terima kasih, tuan”

Jaejoong dan Yunho mengangguk.
Tapi hanya namja cantik itu saja yang tersenyum manis.
Itu paper terakhir yang mereka antarkan.
Dan sekarang perut Jaejoong sudah meronta minta diisi.
Ah, ia ingin sekali makan bacon dengan roti bakar saat ini.

  “Kau pernah ke sana?” Tanya Jaejoong membuka percakapan.

Yunho menggeleng, membuat Jaejoong memutuskan untuk kembali membungkam mulutnya.

  “Ayo”

EH?

Jaejoong terkesiap saat Yunho menggenggam tangannya ketika mereka sudah sampai di depan bangunan dan bersiap untuk menyeberangi jalan.
Namja cantik itu mendongak, menatap Yunho yang memperhatikan jalanan.
Rasanya sulit dipercaya. Bukankah selama ini artikel yang dibacanya memberitahukan tentang betapa dinginnya karakter seorang Jung Yunho?

Tapi kenapa saat ini ia baik sekali?

KLING KLING.

Bel cafe itu berdenting nyaring ketika pintu terbuka.
Yunho segera membawa Jaejoong untuk duduk di kursi ujung kanan, tepat di samping jendela.
Jadi mereka bisa mengobrol dengan nyaman.

  “Terima kasih” Bisik Jaejoong setelah ia duduk di hadapan Yunho.

Namja tampan itu tersenyum simpul.
Seorang pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka, kemudian pelayan itu pergi dengan sebuah notes kecil.
Meninggalkan Jaejoong dan Yunho berdua di pojok jendela.

  “Hanya kopi saja?” Tanya Jaejoong melirik Yunho.

  “Ya, aku tidak begitu lapar” Sahut Yunho. Tidak lupa kan? Kalau namja tampan ini sudah sarapan pagi tadi?

  “Aku akan membagi bacon-ku nanti”

  “Baiklah”

Jaejoong tersenyum.

  “Yunho, apa kau tahu?”

  “Apa?”

  “Kupikir kau adalah orang yang dingin dan tak acuh seperti yang orang-orang bicarakan”

  “Hmm? Lalu?”

  “Ternyata kau pria yang sangat baik dan sopan”

Yunho menaikkan alisnya.
Jadi taktiknya berhasil, eh?

  “Pujianmu berlebihan sekali, atau kau sengaja?”

Jaejoong mengepalkan jemarinya yang ada di atas meja, dengan kedua pipinya yang lagi-lagi merona.
Yunho memperhatikan hal itu, dan ia mengerjapkan matanya memperhatikan dua buah cincin perak yang tersemat di jari manis dan kelingking namja cantik itu.
Namja tampan itu refleks menyentuh jemari Jaejoong, membuat namja cantik itu terkesiap merasakan hangat kulit Yunho yang menjalar kepadanya.

  “Bukankah ini cincin pasangan? Kenapa kau memakai keduanya?” Tanya Yunho bingung.

Jaejoong tersenyum simpul, tidak berusaha untuk memberikan namja tampan itu jawaban.

  “Apakah seseorang menitipkannya kepadamu?” Tanya Yunho lagi.

Jaejoong masih diam. Ia menarik jemarinya dari tangan Yunho dan tertawa pelan.

  “Kau akan tahu nanti” Bisiknya penuh misteri.

Yunho hanya balas tersenyum singkat.
Diam-diam mengepalkan tangannya erat di bawah meja.
Sial! Ia sungguh penasaran!
Namja cantik itu masih sendiri kan? Tapi mengapa ada dua cincin di tangannya? Tidak mungkin Jaejoong membelinya dan memakai keduanya sekaligus seperti itu.
Kemungkinan terbesarnya adalah satu dari cincin itu milik seseorang, dan Yunho sungguh berharap kalau kemungkinan itu tidak benar.

  “Yunho? Kau baik-baik saja?”

  “Ya”

Jaejoong menghembuskan nafas lega.

  “Jaejoongie, aku ingin bertanya”

  “Ya, silahkan”

  “Apakah kau seorang gay?”

DEG.

Jaejoong membulatkan mata besarnya kaget.
Tidak menyangka Yunho akan bertanya seperti itu.

  “Aku—Ya—Kau benar, apakah itu menjadi masalah untukmu?” Jawab Jaejoong dengan suara yang bergetar.

Yunho menaikkan alisnya, kemudian ia mengangguk singkat.
Lalu menatap dalam kedua mata besar Jaejoong.

  “Tentu saja menjadi masalah bagiku, karena aku takut tidak bisa menahan diriku jika berhadapan denganmu” Ujarnya dengan nada rendah.

Jaejoong menelan salivanya.
Ya, itu sungguh jelas membuktikan bahwa Yunho juga sama sepertinya.
Pria itu gay.
Dan ia sungguh seksi.


-------


Percakapan singkat di cafe seberang itu sungguh merupakan angin segar bagi keduanya.
Seolah-olah menjadi pintu masuk bagi keduanya untuk saling dekat.
Yunho tentu saja menjadi pihak yang paling merasa menang, karena ia yang selalu mengatur kapan saja mereka bisa bertemu dan menghabiskan waktu untuk berdua selain di jam kerja.
Masalah cincin itu—Yunho akan mengurusnya nanti.
Yang terpenting adalah ia harus membuat Jaejoong jatuh kepadanya terlebih dahulu.

Jadi jika suatu saat nanti pria cantik itu dihadapkan dengan pilihannya—jika benar ia sudah memiliki kekasih—ia akan memilih Yunho untuk masa depannya.

Jaejoong sendiri merasa tidak keberatan dengan keberadaan Yunho di sekitarnya sejak hari itu berlangsung.
Ia malah merasa sangat beruntung, karena Yunho adalah idolanya.
Yah, kecuali ketika Yunho menjadi pribadi yang tempramental saat ia sedang marah.
Itu menakutkan.
Jaejoong sudah pernah melihat dengan matanya sendiri ketika Yunho mengamuk saat mencecap teh paginya yang pahit. Sekretaris malang itu lupa menaruh gula ke dalam cangkirnya.

Wanita cantik itu berakhir dengan tangannya yang tergores pecahan cangkir milik Yunho.
Dan juga surat pengunduran diri.

Tapi toh tidak menjadi masalah besar bagi Yunho.
Masih ada ratusan pelamar lagi di luar sana yang ingin menjadi sekretaris namja arogan itu.

  “Hai, Junsu, mengantar bekal untuk Yoochun lagi?”

Namja imut yang sudah bermarga Park itu tersenyum manis kepada Jaejoong yang menyapanya.
Ia mengangguk dengan tawa khasnya yang lucu.

  “Ia lebih sering bekerja di luar ruangan sekarang, aku hanya ingin memastikan kesehatannya tetap terjaga” Ujar Junsu.

  “Ah~ Beruntung sekali ketua tim itu, aku jadi iri” Balas Jaejoong meringis.

  “Kau bisa meminta Changmin untuk mengantarkanmu bekal, kalau kau mau”

  “Bocah manja itu sama sekali tidak bisa diandalkan, Junsu ah”

  “Siapa Changmin?”

Jaejoong dan Junsu refleks menoleh ke belakang ketika suara bass Yunho terdengar.
Namja imut itu tersenyum manis dan segera memburu langkahnya setelah menepuk pelan lengan Jaejoong sebagai salam perpisahan.
Meninggalkan namja cantik itu sendirian.

  “Siapa Changmin, Jaejoongie?” Ulang Yunho seraya merangkul bahu namja cantik itu.

Oh—pendekatan selama empat bulan terakhir cukup membuat kemajuan ternyata.

  “Adik angkatku, Yunnie” Balas Jaejoong tersenyum.

Hmm, kemajuan yang sangat banyak.

  “Oh, aku lupa kalau kau punya adik angkat”

  “Kau bahkan suka lupa kalau Yoochun adalah atasan sementaraku”

  “Soalnya dia selalu berdekatan denganmu”

  “Tentu saja, kami harus saling berukar laporan setiap hari demi La Pomme milikmu ini, tuan muda”

Yunho tersenyum simpul, ia menggenggam tangan Jaejoong dan membawanya menjauh dari banyak tukang.

  “Yun, kau mau apa?”

  “Memelukmu, aku gemas sekali padamu siang ini”

Jaejoong tertawa ketika Yunho sudah menariknya bersembunyi di balik tembok mentah yang ada di dekat mereka dan menguncinya ke dalam pelukan erat.
Pelukan hangat yang kadang mereka bagi belakangan ini.
Hal baru yang berhasil membuat jantung Jaejoong berdebar-debar seolah akan lepas dari tempatnya.

  “Nanti mampir ke apertemenku, ya?”

  “Sejak kapan kau punya apertemen?”

  “Sejak aku memutuskan untuk menjauh dari wanita yang bernama Jessica Jung”
 
Jaejoong melepaskan pelukan mereka, kemudian ia kembali tertawa.
Yunho selalu mengeluh tentang adiknya yang usil itu.
Tapi Jaejoong suka dengan Jessica. Menurutnya wanita blonde itu menarik.
Yunho belum bertemu dengan Changmin, makanya ia bisa bilang kalau Jessica itu titisan dewa neraka.

  “Sudah, aku harus bekerja lagi, ada tiga proyek yang kupegang sekarang” Ujar Jaejoong.

  “Banyak sekal, apa kau tidak lelah?” Sahut Yunho khawatir.

Rasanya ajaib sekali mengingat Yunho adalah tipikal pria yang tidak pedulian.

  “Masih kalah jauh dari pekerjaanmu, tuan CEO” Goda Jaejoong dengan mata bulatnya yang disipitkan.

Membuat Yunho tidak bisa menahan senyumannya.

  “Baiklah, tidak ada bantahan lagi, kkaja, semakin cepat bekerja semakin cepat selesai” Ajak Yunho kemudian.

Jaejoong mengangguk setuju.


-------


  “Aku tidak mau tahu, pokoknya antarkan paper itu sekarang!”

  Tega sekali kau padaku, Hyung! Aku kan sedang di kampus!

  “Aku tidak peduli, Chwang, memangnya siapa yang melempariku dengan bantal semalam eoh?”

  Dan memangnya siapa yang menyuruhmu untuk membalasku? Pakai paper penting pula

  “Saat itu aku sedang panik dan harus membalasmu! Hanya ada paper itu di dekatku!”

  Kalau begitu itu urusanmu, Hyung! Sudah yaa dosenku sudah tiba

  “YYA! AISH! CHWANGMINNIE!!”

Sambungan  ponsel itu terputus dari pihak Changmin.
Membuat Jaejoong mendengus kasar dan menghentakkan kakinya tanpa sadar.
Dasar iblis kecil! Pekiknya dalam hati.
Bibir cherry Jaejoong terus berkomat-kamit mengutuk adik angkatnya yang nakal itu.
Ck, ia tidak bisa kembali ke rumah sekarang juga, para kepala tukang dari setiap lantai La Pomme memintanya untuk menunggu di lobi dasar untuk membahas perubahan desain yang Yunho minta.

ARRGHH!! Jaejoong meninju udara dengan kesal.

  “Kau baik-baik saja, Joongie?”

Namja cantik itu terkejut, ia refleks menoleh ke belakang dan mendapati si imut Junsu yang menatapnya bingung.

  “Ah, hahaha, tentu saja aku baik-baik saja...Um, yah, Chwang membuat masalah denganku, seperti biasa” Ujar Jaejoong menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Junsu tersenyum lucu.

  “Aku ingin sekali bertemu dengan adikmu itu, ia pasti pribadi yang sangat menarik” Komentarnya.

  “Oh—percaya padaku, kau tidak akan ingin bertemu dengannya lagi setelah pertemuan pertama terjadi. Changmin akan menciptakan panggilan khusus untukmu dan dia akan memanggilmu dengan sebutan memalukan itu di manapun kalian bertemu” Ujar Jaejoong meringis.

  “Oh ya? Hahaha~ Lalu, dia memanggilmu apa?”

  “Ahjumma periode”
Tawa Junsu pecah.
Membuat Jaejoong kembali meringis.

  “Ngomong-ngomong, kau sudah selesai mengantarkan bekal Yoochun?”

  “Ya, baru saja. Sekarang aku akan pergi menemui temanku”

  “Hmm, baiklah, hati-hati di jalan”

  “Ya, ah, aku tidak melihat Yunho hari ini”

  “Ia masih ada urusan di kantornya, mungkin sore nanti ia akan menyusul ke sini”

Junsu mengangguk, kemudian ia tersenyum dan melambaikan tangannya.
Meninggalkan Jaejoong yang balas tersenyum untuknya.
Tidak menyesal Jaejoong mengajak namja imut itu berkenalan di hari pertama mereka berjumpa saat Junsu mengantar bekal untuk suaminya.
Namja itu sungguh menarik, ramai sekali, pikirnya.

Mungkin setelah proyek ini selesai ia akan lebih sering mengunjungi Junsu dan mengajaknya jalan-jalan bersama.

DRRRTT...DDRRRTTT...

Jaejoong menaikkan alisnya, mendapati ponselnya bergetar panjang dan nama Changmin muncul di layar.

  “Apa lagi, bocah monster?” Ucap Jaejoong ketus.

  Kau di dalam kan? Aku mengantar paper-mu

  “MWO? Kau serius, Chwang? AAAAHH! Aku sungguh mencintaimu, bayi bambi!”

  Sudah, berhenti memujiku, aku masih ada kelas sebentar lagi

  “Ya! Aku di dalam!”

Jaejoong memutuskan sambungan ponsel dengan seyuman lebar.
Aih~ Changminnnya memang baik hati!
Namja cantik itu melambaikan tangannya ketika mata bulatnya mengedar dan menemukan sesosok pria berwajah kekanakan dengan tubuh yang tinggi berjalan ke arahnya.
Namja berwajah kekanakan itu memegang sebuah gulungan paper berukuran besar.

  “Nih!” Ujar Changmin seraya mengangkat gulungan tersebut.

  “Chwaaang~! Jangan main-main denganku! Kau tahu aku tidak akan sampai untuk mengambilnya! Dasar monster!” Jerit Jaejoong walau ia berusaha untuk melompat meraih paper-nya.

  “Monster? Padahal baru saja kau bilang kau mencintaiku” Balas Changmin menaikkan alisnya.

Lengkap dengan senyuman nakal khas miliknya.
.
.
.
Jung Yunho melonggarkan dasinya sedikit setelah mobil yang dikendarainya sampai di depan La Pomme yang sudah setengah jadi.
Ia membenarkan penampilannya kembali beberapa saat kemudian dan mengambil ponselnya seraya beranjak keluar dari mobil dan berjalan memasuki La Pomme.

  “Siang, Direktur” Sapa beberapa tukang yang sedang bekerja.

Yunho tidak mengacuhkan sapaan-sapaan itu.
Fokusnya kini hanya kepada Kim Jaejoong.
Ia sungguh ingin bertemu dengan namja cantik itu.
Rasa rindunya sungguh membuncah.
Aigoo, padahal baru saja kemarin sore mereka bertemu.

  “Aku ingin dirayu!”

Eoh?

Yunho menaikkan alisnya ketika ia mendengar suara asing yang menyapa telinganya.
Namja bermata musang itu terdiam memperhatikan Jaejoong yang sedang bercengkrama dengan seorang namja tampan walau terlihat agak kekanakan di lobi dalam.

  “Baiklaah~ Chwangku sayang, aku akan membuatkanmu makan malam spesial lengkap dengan sup ubur-ubur kesukaanmu walaupun saat ini harga ubur-ubur sedang mahal” Ujar Jaejoong dengan wajah memelas.

Changmin menaikkan alisnya, tidak menyangka akan mendapatkan tawaran sebaik itu.
Padahal ia hanya bercanda.
Namja berwajah kekanakan itu tersenyum lebar, ia menarik Jaejoong hingga namja cantik itu menubruk tubuhnya dan mencium dahinya dengan penuh sayang.
Membuat Jaejoong menjerit karena perlakuan yang tidak biasa itu.

Adiknya yang nakal itu lebih suka memukulnya daripada menciumnya.
Sepertinya ia senang sekali eoh?

  “Ini paper-mu! Terima kasih untuk janji surgamu, sebenarnya aku hanya bercanda, tapi kau begitu serius untuk membuatkanku sup ubur-ubur malam ini, hanya untuk kali ini saja, aku mencintaimu, Kim Jaejoong!” Ucap Changmin masih dengan senyum lebarnya.

Namja berwajah kekanakan itu menepuk kepala Jaejoong seperti ia memperlakukan peliharaannya, kemudian ia beranjak pergi meninggalkan Hyungnya.
Tidak mengacuhkan Yunho yang seakan membeku di dekat pintu keluar La Pomme.
Jaejoong mengerjapkan mata bulatnya ketika ia menyadari bahwa Yunho sudah tiba dan berdiam di sana.

Namja tampan itu menggeram marah.
Raut wajahnya tampak mengeras dengan jemari yang mengepal erat.
Ia segera melangkahkan kakinya menghampiri Jaejoong dengan hentakan kaki yang keras.

BRUKK!

Jaejoong terkejut ketika Yunho tergesa-gesa menghampirinya, menarik lengannya dengan paksa, dan menciumnya brutal di dinding setengah jadi ini.
Yunho seakan kehilangan akal sehatnya. Ia bahkan tidak peduli dengan material bangunan yang ada di sekitar mereka.

 “Kau baik-baik saja?” Tanya Yunho setelah ia mencium bibir ranum Jaejoong dengan seluruh hasratnya.

Mata musangnya terus memperhatikan bagaimana cantiknya sang arsitek dengan semburat merah di kedua pipinya, titik keringat di pelipisnya, dan kedutan di belahan bibir ranumnya.

  “Jantungku...Jantungku berdetak sangat kencang..Ta-tadi, barusan..Apa itu tadi?” Tanya Jaejoong kacau.

  “Tadi? Tadi itu aku menciummu” Sahut Yunho dengan nada rendah.

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Memberanikan dirinya untuk berpegangan pada kedua sisi lengan Yunho yang memerangkapnya.

  “Tapi—kenapa?”

Yunho tidak menjawab kali ini.
Ia hanya diam, dengan kedua mata musang yang terus mengintimidasi mata bulat Jaejoong.
Namja tampan itu bernafas pelan, kemudian ia mencium dahi Jaejoong tepat di mana Changmin meninggalkan jejaknya beberapa saat tadi.

  “Malam ini menginaplah di apertemenku” Bisik Yunho nyaris berdesis.

Jaejoong mengerutkan dahinya sekali lagi.
Malam ini? Tapi ia sudah memiliki janji dengan Chwang.

  “Ini perintah, Kim Jaejoong” Ucap Yunho ketika tidak mendapatkan respon yang ia inginkan dari Jaejoong.

  “Ya, Yunho..Aku akan menginap” Balas Jaejoong gugup.

Baiklah, ia akan memikirkan cara untuk membujuk Chwang lagi nanti.


-------



Changmin mengamuk di telepon.
Dan Jaejoong lebih memilih membiarkan namja berwajah kekanakan itu berbicara dengan Yunho daripada mendengarkan ocehannya.
Jadi pria cantik itu membiarkan Changmin berteriak-teriak tidak jelas lebih dulu dan menyerahkan ponselnya kepada Yunho setelah bocah makanan itu terdengar tenang.
Biar saja Yunho yang menjelaskan, toh, namja tampan itu yang sudah menculiknya ke sini.

  “Lama sekali” Gumam Jaejoong ketika ia melirik Yunho yang sudah kembali dari ruang tengah, menyusulnya di dapur.

Jaejoong sedang membuat makan malam mereka saat ini.

Yunho tidak menjawab.
Pria arogan itu hanya diam dan meletakkan ponsel Jaejoong di atas meja makan.
Kemudian ia duduk di sana, seolah sedang memikirkan sesuatu.
Jaejoong menaikkan alisnya tidak mendapati respon dari namja tampan itu.
Ia berbalik dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Jaejoong memasak sup ubur-ubur untuk malam ini.
Sisi jahilnya keluar ketika Yunho membawanya berbelanja sore tadi.
Ia akan menatanya dengan cantik dan memotretnya, kemudian mengirimkannya untuk Changmin agar namja berwajah kekanakan itu frustasi.
Hahaha, ide yang sangat bagus. Bangganya dalam hati.

  “Selamat makan” Desis Jaejoong setelah ia menata piring di atas meja.

Yunho masih berdiam diri.
Ia hanya ikut bergerak untuk makan, namun masih belum mengeluarkan suara apapun.
Membuat Jaejoong jadi sedikit gugup karenanya.
Padahal seingatnya Yunho masih baik-baik saja sebelum berteleponan dengan Changmin.

Omo, apakah adiknya yang nakal itu mengatakan sesuatu?

Aigoo.

  “Kau ingin mandi dulu atau langsung tidur saja?” Tanya Yunho setelah Jaejoong menyelesaikan peralatan makan mereka.

Namja cantik itu terkejut mendengar suara Yunho yang tiba-tiba setelah cukup lama pria tampan itu diam.
Ia tersenyum tipis.

  “Langsung tidur saja, hari ini aku lelah sekali”
 
  “Baiklah”

Jaejoong mengeringkan tangannya di mesin pengering setelah ia selesai mencuci peralatan yang kotor.
Kemudian mengikuti langkah Yunho memasuki kamar namja tampan itu.
Well, yah, ini bukan kali pertama ia menginap, jadi Jaejoong sudah cukup tahu seluk beluk apertemen ini.

Namja cantik itu ikut naik ke atas ranjang setelah Yunho mendahuluinya.
Pria tampan itu mematikan lampu kamar dan menghidupkan lampu tidur yang remang-remang.
Kemudian beringsut mendekati Jaejoong yang berbaring membelakangi dirinya.

DEG.

Jaejoong terkejut.
Yunho memeluknya.

Ya Tuhan, dadanya berdebar-debar dengan wajahnya yang terasa panas.
Untung saja Yunho tidak bisa melihat wajahnya yang sudah semerah tomat saat ini.

  “Maafkan aku” Bisik Yunho.

  “Untuk apa?” Balas Jaejoong bingung.

Namja tampan itu menghembuskan nafas pendek, membuat Jaejoong merinding di bagian tengkuknya.

  “Karena sudah membuatmu kebingungan seharian ini”

  “...”

  “Aku cemburu”

Mata Jaejoong membesar.
Apa?

  “Kupikir pria tadi itu adalah kekasihmu. Ia menciummu dan mengatakan kalau ia mencintaimu” Adu Yunho lagi.

Ah, Jaejoong menyunggingkan senyum gelinya tanpa sadar.

  “Namja itu adalah adikku”

  “Ya, ia memberitahuku di telepon tadi”

  “Dia bilang apa saja?”

  “Protesan tentang sup ubur-ubur dan sesuatu yang lain”

  “Hmm, sesuatu yang lain?”

  “Yah, aku menanyakan sesuatu kepadanya”

Jaejoong tidak menyahut lagi.
Ia hanya berdiam diri hingga Yunho mengira dirinya telah terlelap pulas.
Namja tampan itupun memutuskan untuk memejamkan kedua mata musangnya.
Dan tidak lama kemudian Jaejoong ikut tertidur.

Tanpa melepaskan pelukan erat dari Yunho kepadanya.
.
.
.
Pagi ini cuaca cerah sekali, hingga membuat cahaya matahari menembus celah-celah jendela.
Jaejoong adalah pria yang pertama bangun dari tidurnya.
Hal pertama yang ia lakukan adalah tersenyum malu mendapati wajah Yunho yang sangat dekat dengannya.
Pria cantik itu memandangi Yunho cukup lama, sambil mengingat-ingat percakapan terakhir mereka semalam.

Yunho cemburu?

Manis sekali, pikirnya.

Jaejoong mengusap bibir Yunho dengan telunjuknya.
Aih, bibir ini yang sudah merebut ciuman pertamanya dengan sangat tidak elit.
Tapi ia suka.
Namja cantik itu beranjak bangkit dari baringnya dan memutuskan untuk pergi ke La Pomme sendirian.

Yunho terlihat sangat kelelahan, jadi ia membiarkan namja tampan itu tanpa membangunkannya.

CUP.

Jaejoong mengecup lembut pipi Yunho.
Ia kembali tersenyum manis.

  “Sampai nanti, Yunnie” Bisiknya.
.
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi.
Dan Yunho baru saja membuka kedua mata musangnya.
Namja tampan itu meregangkan tubuhnya dan menyadari Jaejoong sudah tidak ada di sampingnya.
Pria arogan itu melirik meja nakas dan menaikkan alisnya mendapati sebuah memo yang tertempel di sana.

  Sepertinya kau lelah sekali, jadi aku memutuskan untuk berangkat lebih dulu. Hangatkan saja sarapannya, sampai nanti

Yunho beranjak bangkit dari duduknya.
Ia mengusap wajahnya dan hendak berjalan memasuki kamar mandi.
Namun kemudian seluruh gerakannya terhenti ketika ia memperhatikan sesuatu yang terpasang di jari manis tangan kirinya.
Cincin? Namja tampan itu menaikkan alisnya.
Mirip seperti yang ada di tangan Jaejoong.

Hmm, seingatnya semalam Changmin mengatakan sesuatu mengenai cincin milik Jaejoong ketika ia bertanya.
Yunho masih saja terbengong menatap cincin perak itu.
Sampai beberapa detik kemudian mata musangnya membelalak lebar ketika kesadarannya pulih dengan sempurna.

  Hyungku itu kuno sekali, ia membeli cincin pasangan untuk dirinya sendiri dan akan memberikan yang satunya kepada orang yang telah membuatnya jatuh cinta, katanya secara tidak langsung ia sudah menganggap orang yang memakai cincin itu adalah pasangan hidupnya kelak

  “MWOYA?!” Teriaknya kaget.

Namja tampan itu segera berlari menuju kamar mandi, memecahkan rekor mandi kilatnya dan memakai pakaian dengan terburu-buru.
Bahkan dasinya yang selama ini terpasang rapi kini terlihat miring dan sedikit kusut.
Ia bahkan hanya menyisir rambutnya dengan tangan ke belakang tanpa menggunakan gel hingga membuat rambutnya terurai begitu saja—sebenarnya ia tampak lebih muda dengan gaya rambut yang seperti ini—.

  “AISH!”

Yunho memaki kesal ketika ia hampir saja tersandung sofa ruang tengah.
Namja tampan itu memakai sepatunya dengan cepat dan berlari menuruni tangga karena ia tidak sabar menunggu sampai lift terbuka.
Tujuh lantai, dan Yunho hampir kehabisan nafas.
Pria arogan itu menyetir mobilnya dengan kencang, dengan jantungnya yang masih memompa kasar.

BLAM!

Pintu mobil mewah itu terbanting keras oleh Yunho.
Pria itu berjalan dengan tergesa-gesa memasuki areal La Pomme.
Tidak mempedulikan tatapan bingung dari para pekerjanya.
Yunho mendesah pendek ketika ia menemukan Jaejoong yang sedang santainya berbincang bersama Yoochun di lobi.

  “KIM JAEJOONG!!” Panggilnya lantang.

Jaejoong terkejut.
Ia dan Yoochun refleks menoleh ke sumber suara dan mendapati Yunho yang berantakan sedang berjalan cepat ke arahnya.

  “Apa yang—”

Ucapan Jaejoong terputus ketika Yunho menariknya ke dalam pelukan erat.
Kemudian mencium bibir ranumnya dengan dalam.
Yoochun, Elaine, dan para pekerja yang masih berada di sekitar mereka segera mengalihkan pandangan masing-masing.
Sementara Yunho sudah tidak peduli lagi dengan pandangan sekitarnya, ia terus meluapkan perasaannya melalui ciuman panas itu.

Jaejoong bernafas dengan rakus setelah Yunho menjauhkan tautan bibir mereka.
Ia bisa merasakan bibirnya berdenyut-denyut, panas, basah, dan sekaligus memabukkan.
Mata besarnya mengerjap sayu memandang Yunho.
Pria arogan itu terlihat ratusan kali lebih tampan dengan rambut hitamnya yang berantakan karena tangan Jaejoong tadi.
Beberapa saat setelah mengatur nafas, Yunho memperlihatkan senyumnya.
Senyuman lebar pertama yang ia tunjukkan kepada pria cantiknya.

Dan Jaejoong terpesona.

  “Terima kasih, aku juga mencintaimu” Bisik Yunho lirih.

Namja cantik itu tidak perlu bertanya lagi.
Kini ia mengerti mengapa Yunho melakukan hal tadi kepadanya.

  “Ayo kembali ke apertemen” Balas Jaejoong ikut tersenyum.

Eoh?
Yunho menaikkan alisnya.

  “Tentu saja untuk merapikan penampilanmu. Apa kau sadar kalau kau salah memakai sepatu saat ini?” Ujar Jaejoong tertawa.

Yoochun dan Elaine menurunkan pandangan mereka, tersenyum geli ketika menyadari bahwa Yunho memakai sepatu pentofelnya di sebelah kanan.

Dan memakai sepatu olahraganya di sebelah kiri.
.
.
.
OMAKE (EPILOG)

Jessica Jung bersidekap seperti kebiasaannya saat ini.
Bedanya kini ia berdiri di antara ayah dan ibunya, serta tunangannya yang super tampan.
Mata bulatnya terus memperhatikan Yunho yang sedang menuntun Jaejoong untuk menandatangani keramik La Pomme di sana.
Ia mendengus, hingga membuat Jung Jinki—sang ayah—menoleh kepadanya.

  “Sudahlah Jessie, Appa akan membangun Mall yang lebih besar lagi untukmu” Ujarnya menghibur.

Jessica Jung kembali mendengus, ia mengalihkan pandangannya dari wajah sang ayah dengan ketus.

  “Aku tidak ingin Mall lagi” Ucapnya.

Taecyon ikut menoleh, memperhatikan tunangannya.

  “Kau berkata seolah-olah Mall itu sebuah rumah mainan” Komentarnya singkat.

Gadis blonde itu melotot.

END.

5 komentar:

  1. Aww .... so sweetttt YunJae selalu sweeetttt T_T emang y si beruang kutub mencair nya cm sm JJ seorang hahhhh~~
    Shella thanx bgt update ff baru lg .. jgn pernah bosen nulis ff yunjae untuk memenuhi kebutuhan dari dahaga para YJs lolol gomawo shella I love ya

    BalasHapus
  2. Wah daebak, setelah lama nunggu ff terbarunya.
    Keren unn, yunho always kacau kalo nyangkut tentang jaejoong

    BalasHapus
  3. So sweettt banget. Sikap yunho ke jaejoong bener-bener romantis abiiisss xD mereka emang pasangan paling perfect deh pokoknya xD

    BalasHapus
  4. Wah crita YunJae ada yg baru lagi..
    Johae.
    Jd si Jaejoong pemilik la pome membuat Jessica merenggut. Hng.. klo jessica yg diksih itu mall ma bs bngkrut kli ya.
    Cincin couple emang melegenda nde..
    Suka bgt klo Yunho seenaknya ky gini, curi2 ciuman ke jeje

    BalasHapus
  5. Ihhh.. tuh kaaaann.. aku melting berkali kali.. omo omo omo.. yunho manis banget sih.. cini cium dulu :*#di jitak jaema XD XD XD

    BalasHapus