Tittle: R E D SHAWL
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
YUNJAE
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-hurt-romance-angst-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
Karena tidak selamanya
cinta harus bersuara.
.
.
.
Langkah
kaki itu terdengar ringan di telinga.
Seorang
namja cantik sedang berjalan menelusuri koridor kampusnya.
Mata
bulatnya yang indah mengerjap pelan menikmati kesegaran udara pagi ini.
Kampus
masih tampak sepi.
Dan
pria cantik itu menyukainya. Suasana tenang seperti ini.
Laki-laki
dengan syal merah sebatas hidung itu tersenyum dalam diam.
CKLEK.
Jaejoong—pria
bersyal merah itu—membuka pintu ruangan dengan pelan.
Ia
meletakkan tas selempangnya di atas meja dan menumpukan wajahnya di atas lengan
tanpa melepaskan syal merahnya.
Lalu
kemudian ia terpejam.
.
.
.
“Pagi, sayang!”
Itu
Yunho—kekasihnya—yang meremas bahunya dan mencuri kecupan manis di dahinya.
Membuat Jaejoong
tidak bisa untuk menahan senyuman bahagianya.
Oh—ia terus
jatuh cinta setiap harinya kepada namja tampan itu.
Pria populer di
sekolah yang menjadi miliknya seorang.
What a lucky.
“Kau manis sekali hari ini. Tapi aku belum
mencintaimu, tidak tahu kalau nanti siang, tunggu saja ya” Ujar Yunho dengan
senyum mautnya.
Pipi Jaejoong
yang sudah merona kini tampak memerah tomat.
Kekasihnya ini
senang sekali mengganggunya.
“Oh, ini sudah siang ternyata. Dan aku sudah
mencintaimu, kau mau jadi pacarku tidak?”
Aish.
Kadang Jaejoong
tidak tahan.
Tidak tahan
untuk tidak menciumnya gemas.
.
.
.
Jaejoong
membuka matanya.
Menyadari
bahwa ruang kelasnya sudah mulai terisi oleh beberapa mahasiswa.
Ia
mengusap mata bulatnya dan meregangkan tubuhnya.
Kemudian
ia bersandar pada sandaran kursi.
“Hei, red-shawl-hood!
Kau punya ratusan yang seperti itu ya, di rumah?”
Itu
Junsu.
Moodmaker kelas.
Jaejoong
tersenyum, namun tak tampak.
Tapi
Junsu tahu dengan melihat mata bulat yang melengkung sabit itu.
Manis
sekali.
Namja
imut itu mendudukkan dirinya di depan Jaejoong dan mengamati pria cantik itu
diam-diam.
Teman
kampusnya ini tidak pernah berpisah dengan syal merahnya sedetikpun sejak ia
mengenal Jaejoong.
Membuatnya
jadi penasaran dan bertanya-tanya.
Dulu
pernah ada senior yang mengganggu Jaejoong.
Mereka
sama penasarannya dan mencoba melepaskan syal tersebut.
Tapi
Jaejoong melawan dan menggigit telinga senior tersebut hingga koyak.
Sejak
saat itu anak-anak kampus mulai menjauhinya.
Well, kecuali bebek
imut ini.
“Rektor kita akan memasukkan putra sulungnya
ke kampus, tidak tahu kapan, tapi itu rumor terhangat minggu ini” Ujar Junsu
dengan suara khasnya.
DEG.
Mata
besar Jaejoong mengerjap.
Jemarinya
mengepal erat tanpa sadar.
Merasakan
nafasnya sesak entah mengapa.
Stimulusnya
bergerak dengan cepat, memburu segala celah neuron yang ada.
Hingga
kemudian memori itu terputar.
Seperti
film hitam putih jaman dulu.
.
.
.
“Yang benar? Kau bercanda!”
“Aku tidak bohong, Appaku itu Jung Jinki,
yang kemarin muncul di televisi, sayang”
“Apa itu artinya—universitas Jounant itu
milik Appamu? Maksudku—dia pemimpinnya?”
“Seratus, ternyata kau pintar juga Boo”
Bibir ranum itu
mempout manja.
Menatap Yunho
tidak senang.
Membuat kekasih
tampannya itu tertawa geli.
Yunho mengacak
rambut almond kekasihnya.
Ah—ia cinta
sekali pada namja cantik ini.
“Kalau begitu, kau tidak akan menerima
beasiswa keluar negeri itu kan?” Tanya Jaejoong merengut.
“Aku akan tetap mengambilnya, Boo. Ini
kesempatan bagus. Tapi hanya dua tahun saja. Sisa semester akan kuhabiskan di
Jounant”
“Itu artinya aku akan bertemu lagi denganmu
dua tahun lagi, iya kan? Kau memang jahat”
“Terserah apa katamu, yang jelas siap-siap
saja menerima kejutan”
“Kapan? Sekarang? Tapi kan aku sedang tidak
berulang tahun, Yunnie”
“Saat kita bertemu kembali, BooJae, kau ini
lucu sekali sih? Rasanya ingin kubawa ke luar negeri saja”
“Bawa aku, Yun”
Yunho tidak
menyahut lagi.
Ia hanya diam
memandang kekasihnya yang sudah menundukkan wajah cantiknya.
Ia bisa melihat
air mata itu menetes jatuh dari sana.
Oh—
“Jangan menangis, kumohon”Bisik Yunho seraya
memeluk kekasihnya.
Jaejoong
menggigit bibir ranumnya erat.
“Aku tidak menangis” Balasnya pelan.
Yunho menghela
nafas panjang.
Ia menaruh
dagunya di atas puncak kepala kekasihnya dan mempererat pelukannya.
Kemudian ia
merenggangkan pelukan mereka dan mencium namja cantik itu penuh-penuh.
“Tidak peduli sejauh dan selama apapun,
cintaku akan tetap sama saat kita bertemu lagi nanti” Ujarnya lembut.
Jaejoong hanya
diam.
Tidak menyahut
ataupun mengangguk.
.
.
.
“—jadi menurut Sigmund Freud, ada beberapa
jenis gangguan tidur yang dialami oleh manusia, yang pertama adalah insomnia,
di mana gangguan tidur ini terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu—”
Jaejoong
terkejut.
Mata
bulatnya mengerjap cepat.
Mengamati
ruang kelas yang sudah terisi penuh dengan dosen yang sedang mengajar di depan
kelas.
Oh—berapa
lama sudah ia melamun?
Namja
cantik itu menghela nafasnya.
Ia
menaikkan syal merahnya sedikit hingga di pertengahan hidung bangirnya dan
membuka buku teksnya yang tebal.
-------
Kehidupan
Jaejoong berubah 180 derajat sejak Yunho pergi meninggalkannya.
Pria
itu tidak pernah menghubunginya lagi.
Menggantung
janji yang pernah diucapkannya begitu saja.
Jaejoong
berharap, tapi ia tidak pernah jujur.
Ia
hanya diam.
Membiarkan
Yunho pergi dan seolah menghilang dari hidupnya.
Semua
ini karena ia terlalu mencintai namja tampan itu.
Hanya
itu satu-satunya alasan.
Ah,
sudahlah.
Ia
tidak ingin menjelaskan apapun kalau Yunho tidak memulainya terlebih dulu.
“Kau ingat rumor yang kuceritakan minggu
lalu?”
Jaejoong
mendongak, menatap Junsu yang sudah duduk di hadapannya.
Ia
mengangguk.
Membenarkan
posisi syal merahnya.
“Hari ini pria itu tiba! Jung Yunho! Ia masuk
ke sini ditemani oleh adik bungsunya yang bernama Jung Changmin!” Heboh Junsu
seolah Jaejoong adalah fans yang histeris.
“Jurusan?” Itu adalah pertanyaan yang
terlintas paling cepat di dalam kepala Jaejoong.
Ia
tidak sabar menunggu bibir Junsu kembali mengoceh.
“Jurusan kita! Tapi adiknya aku tidak tahu,
mungkin Changmin itu bagian dari metafisika”
DEG.
Jurusan
kita?
Apakah
Junsu bilang seperti itu?
Apakah
itu artinya mereka akan bertemu lagi?
Tidak—tidak
harus bertemu,
Bisa
memperhatikannya diam-diam saja sudah cukup.
Jaejoong
tidak berharap lebih.
Tidak
setelah apa yang terjadi sebelumnya.
Perpisahan
yang menyakitkan dan janji-janji yang tinggal kenangan.
Uh.
Jaejoong meremas jemarinya yang terasa ngilu.
Sial,
air matanya sudah menggenang.
Untung
saja dosen cantik itu masuk tepat waktu.
Jaejoong
tidak tahu harus menjawab seperti apa kalau Junsu mengerubunginya dengan
pertanyaan-pertanyaan yang ia hindari.
.
.
.
“Kita
putus”
Mata musang
Yunho membulat sempurna.
Ia mengeratkan
genggamannya pada ponselnya
Oh tidak, ia
sudah berhasil menghubungi Jaejoong lewat telepon setelah beberapa hari yang
lalu pria cantik itu menghilang.
Dan hari ini
adalah hari keberangkatannya ke London.
Yunho mengerti
kalau kekasih hatinya itu marah akan kepergiannya.
Tapi ia sama
sekali tidak menyangka kalau Jaejoong akan setega ini kepadanya.
Pria cantik itu
bilang akan tetap mendukung apapun keputusannya di hari ini walau hatinya
menangis.
Tapi—putus?
Yang benar saja!
“Apa maksudmu, Kim Jaejoong? Kalau kau memang
berniat putus denganku maka datanglah ke bandara sekarang juga dan katakan
sambil menatap mataku!” Pekiknya kesal.
“Terima kasih untuk 6 tahun ini, semoga
kuliahmu di sana sukses”
“KIM JAEJOONG! KAU—”
Sambungan ponsel
itu terputus.
Jaejoong
mematikannya begitu saja.
Membuat Yunho
memijat pelipisnya kesal.
Kakinya ingin
segera berlari menemui namja cantik itu.
Tapi keluarganya
sudah menunggu di dekat pintu untuk mengantarkan kepergiannya.
Pesawatnya akan
take off beberapa saat lagi.
“Ya Tuhan” Desah Yunho pusing.
Dadanya
berdenyut-denyut tidak tenang.
Bagaimana bisa
ia pergi meninggalkan Seoul kalau begini caranya?
Bagaimana bisa
ia menjalani kehidupan yang tenang kalau seperti ini kejadiannya?
Yunho
menggertakkan giginya.
Ia berusaha
menelepon Jaejoong lagi dan lagi.
Tapi tidak
tersambung.
Pria cantik
sialan itu mematikan ponselnya.
“Hyung? Kau menangis?”
DEG.
Yunho mendongak,
memandang adiknya—Jung Changmin—sedang menatapnya intens
Dalam sekejap
Yunho segera mengusap mata musangnya.
Ia menggeleng
dan tersenyum tipis.
Dua tahun lagi,
Jae. Janji Yunho dalam hatinya.
Dua tahun lagi
kita akan bertemu dan aku ingin kau menjelaskan semuanya kepadaku.
Mengapa kau
melanggar kesepakatan kita untuk saling setia?
Dan mengapa kau
tega menghancurkan hatiku di saat aku akan memulai kehidupan yang berat di
sana?
.
.
.
Yunho
menoleh saat Changmin menepuk bahunya.
Membuat
lamunannya buyar begitu saja.
Adik
bungsunya itu tersenyum cerah.
Bahagia
karena akhirnya ia punya teman bicara.
“Appa bilang kau sudah boleh masuk ke kelas,
Hyung. Daftar absensi sudah diperbarui”
“Kau sendiri? Tidak masuk?”
“Kelasku kosong hari ini, kajja, aku akan
mengantarmu ke kelas”
Yunho
mengangguk.
Membiarkan
adik manjanya itu menggandeng tangannya seperti anak kecil dan menyeretnya
menuju gedung fakultas.
Ia
bisa menyadari kalau beberapa mahasiswa membicarakan tentang betapa tampannya
ia.
Ah,
masih si populer ternyata.
“Hyung, kuberitahu ya, di kelasmu itu ada
seseorang yang unik, kami saling mengenal, tapi tidak dekat. Aku tahu dia saat
penerimaan mahasiswa baru, ia membantuku di jalan” Cerocos Changmin sesuka
hatinya.
“Namja?” Tanya Yunho menaikkan alisnya.
Tumben sekali adiknya ini mempromosikan orang lain.
Changmin
kan selalu pilih-pilih kawan.
“Iya, orangnya pendiam, tapi dia baik sekali.
Kau bisa menemukannya dengan menandai syal rajut berwarna merahnya yang tidak
pernah lepas dari tubuhnya. Ia terkenal karena itu, kau tahu. Seorang sunbae
pernah mengalami pendarahan telinga karena mengisengi namja cantik itu”
“Tapi kau bilang ia baik?”
“Kecuali kalau kau mengganggunya”
Yunho
mengerutkan dahinya.
“Ini
kelasmu, buka saja pintunya dan minta izin pada dosen yang sedang mengajar. Aku
harus bertemu Kyuhyun di kantin sekarang”
“Oke”
“Oh iya, si syal merah tadi, namanya Kim
Jaejoong”
DEG.
Yunho
terkejut.
Mata
musangnya membulat sempurna.
Ia
menatap punggung Changmin yang sudah menjauh darinya.
[ “—namanya
Kim Jaejoong” ]
“—K—Kim Jaejoong?” Gumamnya dengan dada yang
sesak.
CKLEK!
Yunho
tersentak saat pintu yang ada di sampingnya terbuka mendadak.
Ia
menatap kaget dosen yang berkacak pinggang di hadapannya itu.
“Aku memperhatikanmu sejak tadi dari jendela.
Dan kau sudah berhasil mengganggu konsentrasiku, sekarang beritahu aku. Apa kau
mahasiswa remedial?” Tanya yeoja cantik itu kesal.
Eh—Yunho
menggeleng.
Ia
tersenyum kikuk.
“Namaku Jung Yunho, pindahan dari London”
“Jadi kau anaknya Jung Jinki? Hmm, baiklah,
hari ini kumaafkan, lain kali tidak ada interupsi saat pelajaran sedang
berlangsung. Masuklah”
“Terima kasih”
Yunho
melangkah masuk.
Ia
berdiri sejenak mengedarkan pandangannya.
Dan
tatapannya berhenti pada sesosok namja cantik yang menutupi sebagian wajahnya
dengan syal merah kesayangannya.
Mata
mereka bertemu.
Ia
bisa melihat bola mata rusa itu membulat kaget.
“Duduklah di sini” Ujar dosen yang semakin
kesal memperhatikan Yunho yang masih saja berdiri.
Pria
tampan itu mengangguk patuh.
Ia
segera mengisi kursi barisan depan yang masih kosong.
Sesekali
melirik ke belakang, di mana mata bulat itu masih setia memandanginya.
-------
“Yunnie!!”
Itu teriakan
terakhir Jaejoong sebelum ia mendorong Yunho dan menggantikan namja tampan itu
tertabrak mobil.
Mereka berdua
terlempar ke jalanan.
Yunho pingsan.
Tapi Jaejoong
masih setengah sadar.
Kekeraskepalaannya
mendominasi ingin tahu keadaan Yunnienya.
Jaejoong bisa
melihat bayangan-bayangan buram orang-orang yang mengerubungi mereka.
Kemudian suara
sirene ambulans yang mulai mendekat.
Matanya basah.
Ia menangis.
Merasakan
jantungnya yang berdebar-debar kencang dengan sangat.
Tubuhnya
bergetar kencang.
Dan bahunya
basah.
Saat berikutnya
Jaejoong membuka mata ia berada di rumah sakit.
Berdua bersama
ibunya yang menungguinya di atas sofa.
Wanita cantik
itu tertidur karena lelah dan stres akan kejadian yang menimpa putra
tunggalnya.
Namja cantik itu
bisa merasakan bahu dan lehernya yang berdenyut-denyut ngeri.
Ia mengambil
beberapa nafas pendek dan memberanikan diri untuk menyentuh bagian yang paling
menyakitkan itu.
DEG.
Jaejoong
terkejut.
Ia bisa
merasakan perban yang sangat tebal membalut bahu dan lehernya.
Oh—Tuhan—
Nafas Jaejoong
tercekat.
Kaki kirinya
terasa ngilu karena gips.
Apakah ia
separah itu?
Lalu Jaejoong
baru saja akan teringat tentang Yunho, namun suara pintu yang terbuka
mengalihkan perhatiannya.
Mata besarnya
mengerjap menatap seorang yeoja bermata kucing yang sangat dikenalnya selama
ini.
Yeoja paruh baya
yang tidak pernah ramah kepadanya.
“Ini semua karena kau” Desis Jung
Keybum—yeoja itu—tiba-tiba.
Membuat Jaejoong
mengerutkan dahinya antara sakit dan bingung.
Ia melirik
ibunya yang masih tidur di sofa.
Sungguh, ia
sangat berharap kalau wanita cantik itu terbangun dari tidurnya dan mengusir
Keybum dari sini.
Jaejoong tidak
ingin bertemu dengannya sekarang.
Please, Umma,
bangunlah, rintih Jaejoong dalam hatinya.
“Keberangkatan Yunho ke London harus ditunda
karena kecelakaan ini. Semua ini karena kau! Pria pembawa sial!” Desis yeoja
itu lagi.
Tidak—Jaejoong
tidak ingin dengar!
“Kau pasti sengaja membuatnya tertabrak
bersamamu agar ia tidak pergi! Iya kan? Mengaku saja, kau memang ular licik,
Kim Jaejoong! Apa kau tahu masa depan putraku dipertaruhkan karena ini eoh?!”
Jaejoong menahan
nafasnya dengan air mata yang menggenang di kelopak matanya.
Sungguh,
siapapun hentikan wanita ini!
Ia tidak mau
dengar!
Karena apa yang
keluar dari bibir wanita angkuh ini adalah kebohongan dan kesalahpahaman!
“A—Ahjumma—” Lirih Jaejoong tercekat.
“Apa? Pembelaan apalagi yang harus kudengar
dari mulut berbisamu itu?!” Balas Keybum marah.
Jaejoong
meringis.
Bahunya
berdenyut-denyut menyakitkan.
“Y—Yunnie—Bagaimana keadaannya?” Lirih
Jaejoong tak berdaya.
“Ia gegar otak ringan, selebihnya hanya lecet
biasa. Tapi tetap saja memerlukan perawatan khusus” Ujar Keybum ketus.
Syukurlah. Lega
Jaejoong dalam hatinya.
“Jaejoong, aku datang ke sini untuk memberitahumu
agar kau segera putus dengan putraku” Telak Keybum tanpa menunggu lagi.
Jaejoong
terkejut.
Bibirnya terasa
kelu.
Oh—apalagi ini?
“Yunho akan segera merintis masa depannya
yang cemerlang di London sana, dan ia tidak membutuhkan dirimu. Kau dengar itu?
Kau hanya akan menjadi penghambat untuknya. Buktinya sudah jelas dengan
kecelakaan ini”
“M—mwo? Ahjumma—”
“Berhentilah menjadi benalu untuk Yunhoku,
Jaejoong”
DEG.
Jaejoong
tercekat.
Tidak bisa
menyahut lagi.
Hilang sudah
segala bantahannya.
Ia hanya bisa
terdiam menatap Keybum dengan air matanya yang menetes jatuh.
Yeoja cantik itu
menghela nafas pendek.
“Itu saja, semoga kau cepat sembuh” Ujar
wanita cantik itu seraya beranjak keluar dari kamar rawat Jaejoong.
Meninggalkan
pria cantik yang sedang shock di ranjangnya.
Telinga Jaejoong
mendengar sofa yang berderit.
Ibunya telah
bangun.
Dan wanita itu
terlambat untuk menyelamatkannya.
Menyelamatkan
hatinya.
“Sayang? Apakah ada seseorang yang datang?”
“Ya, hanya perawat”
“Oh, kau menangis?”
Wanita cantik
itu mendekati putra kesayangannya.
Ia duduk di
samping namja cantik itu dan mengusap wajah sembabnya.
Heechul
tersenyum pahit.
“Kau pasti sudah mendengarnya dari perawat
itu kan? Sudahlah sayang, semuanya sudah terjadi” Bisik Heechul pelan.
Jaejoong
menoleh.
Menatap Heechul
dengan raut wajah kebingungan.
“Dokter bilang bahu kirimu robek sampai ke
leher akibat tabrakan itu. Kakimu terkilir. Selebihnya tidak ada gangguan yang
serius, tapi tetap saja—”
Wanita cantik
itu terdiam saat matanya menangkap gerakan tangan Jaejoong yang menyentuh
perban tebal di bahu dan lehernya.
Air mata itu
semakin menetes jatuh.
Jaejoong
mengerutkan dahinya dan dalam sekejap tubuhnya bergetar.
“Sayang, kita bisa melakukan operasi saat
lukamu sudah sepenuhnya kering okay? Jangan khawatir, Umma akan berusaha untuk
menghilangkan bagian cacat itu”
Bagian cacat.
Benalu.
Penghalang.
Jaejoong
tercekat dengan dada yang terasa nyeri.
Runtuh sudah.
Pertahanan dirinya hancur lebur tak bersisa.
Hanya tangisan
yang bisa ia keluarkan.
Tidak ada lagi
yang tersisa dari dirinya.
Segalanya
hilang.
Luka itu semakin
berdenyut sakit.
Jaejoong
meringis perih.
Mengapa ia harus
tersakiti di saat ia sedang terluka?
-------
CKREK.
CKREK.
Jaejoong
memutar sekrup kotak musik itu beberapa kali.
Detik
berikutnya kotak itu terbuka dengan suara musik klasik yang mengalun dari
pengeras suara.
Benda
itu berbentuk piano.
Tapi
hanya seukuran telapak tangan Kim Jaejoong.
Satu-satunya
hadiah berharga dari Yunho di hari terakhir mereka sebagai sepasang kekasih.
Sebelum
ia memutuskan untuk pergi dari kehidupan namja tampan itu dan melihatnya
merintis masa depan.
Namja
cantik itu menaikkan posisi syal rajutnya yang melorot.
Ia
mendengus ketika butiran salju jatuh mengisi kotak musiknya dan mengotori
rambutnya.
Ia
memutar kotak musik tersebut dan membersihkan sisa salju dari dalam sana.
Tanpa
menyadari bahwa sepasang mata musang yang tajam terus memperhatikannya sejak
tadi.
Yunho
masih berdiri di balik pilar koridor.
Berpikir
bingung akan kelakuan namja cantik itu.
Jaejoong
tidak menyapanya.
Tidak
mendatanginya.
Tidak
merasa bahwa ia harus menjelaskan sesuatu kepadanya.
Atau—apakah
namja cantik itu benar-benar menganggap bahwa semuanya sudah selesai?
Semua
yang ada di antara mereka berdua?
Tapi
aneh.
Jaejoong
tidak mendekat, ia juga tidak menghindar.
Yang
pria cantik itu lakukan adalah memandangnya saat mereka bertemu, dan seringkali
ketahuan oleh Yunho kalau ia sedang memperhatikan namja tampan itu.
Sikap
Jaejoong yang membingungkan itu membuat Yunho tidak tahu harus mengambil
langkah yang seperti apa.
DEG!
Namja
tampan itu terkejut ketika Jaejoong mendadak berbalik dan bertemu pandang
dengannya.
Jaejoong
tidak melakukan apapun.
Ia
hanya diam balas menatap Yunho.
Detik
berikutnya Changmin muncul dan menarik Yunho untuk menemaninya ke kantin.
Meninggalkan
Jaejoong yang masih setia memandangi punggung Yunho.
Aku bahagia.
Hanya melihatmu
dari jauh saja aku sudah bahagia.
Setidaknya kau
masih sama.
Masih Jung
Yunhoku yang dulu.
Yunhoku. Masih
bisakah aku menyebutmu seperti itu?
“Bahkan kau jauh lebih baik sekarang. Aku
yang tidak sempurna ini tidak pantas lagi bersanding denganmu” Lirih Jaejoong
sedih.
-------
“Changmin, aku mau tanya soal Kim Jaejoong”
Namja
berwajah kekanakan itu mengangguk.
Mulutnya
masih mengunyah stik kentang.
“Kau bilang waktu itu, Jaejoong pernah
mencelakai seorang senior, iya kan?”
“Yup”
“Apa yang terjadi?”
“Sunbae itu mengganggunya, ia mencoba
memisahkan Jaejoong dari syal merahnya. Syal itu terlepas selama beberapa saat,
tapi semua orang teralihkan ketika Jaejoong menggigit telinga sunbae itu sampai
koyak. Darahnya banyak sekali kata temanku yang melihat”
Yunho
merinding mendengarnya.
Menggigit?
Tapi
Jaejoongnya adalah pria cantik yang baik hati.
“Syal itu terlepas—apakah orang-orang
menyadari apa yang selama ini disembunyikan Jaejoong di baliknya?”
“Tentu saja, tapi tidak semuanya, mereka
lebih tertarik menggosipkan senior yang harus menjalani operasi itu”
“Apa—kau tahu?”
Namja
berwajah kekanakan itu terdiam sejenak.
Ia
memiringkan wajahnya dan mengangguk.
“Ya, aku tahu, Kyuhyun yang bilang”
Yunho
terkejut.
Ia
segera membenarkan posisi duduknya.
“Jaejoong punya bekas jahitan panjang dari
bahunya sampai leher kirinya, bekas mengerikan akibat kecelakaan lalu lintas”
DEG.
“Gosipnya luka itu didapatkannya saat ia
mencoba untuk menolong kekasihnya, Hyung”
DEG.
Yunho
terkesiap.
Membeku
tidak berdaya dengan pikiran yang kosong.
Detik
berikutnya Changmin terkejut.
“Hyung! Jaejoong itu satu angkatan denganmu
kan di sekolah akhir? Apa kau mengenalnya?” Pekik namja berwajah kekanakan itu
heboh.
Yunho
mengangguk.
Lehernya
seperti tercekik.
“Hmm, ia kecelakaan di masa sekolah, kalau
diingat-ingat kau juga pernah mengalami kecelakaan waktu itu”
Mata
bambi Changmin membulat sempurna menatap Hyungnya.
Ia
baru saja akan berteriak namun Yunho sudah lebih dulu bangkit dari duduknya dan
berlari meninggalkan adik bungsunya.
.
.
.
Yunho bangun
dari tidurnya.
Ia mengerjapkan
mata musangnya dan memandang keluarganya yang berkumpul di sekitar ranjang.
“Oh!—Syukurlah sayang! Umma sudah sangat
khawatir padamu!” Keybum memekik bahagia.
Ia meremas
jemari suaminya yang disambut baik oleh Jung Jinki.
“Umma hampir menuntut pihak rumah sakit
karena kau lama sekali bangunnya Hyung” Ujar Changmin tertawa.
“Apa yang terjadi padaku?” Tanya Yunho
bingung.
Jinki menghela
nafasnya.
Ia merengkuh
bahu istrinya dan membuatnya bersandar nyaman di sampingnya
“Kau kecelakaan, sayang, tapi kau tenang
saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Pihak beasiswa mengatakan kalau
mereka akan menunda keberangkatanmu ke sana sampai kau sembuh”
“Kecelakaan, Appa?”
“Iya, untung saja tidak parah”
Yunho mendesah
pendek.
Keybum mencium
dahinya penuh sayang dan membiarkannya kembali beristirahat.
Ck.
Kalau saja waktu
itu ia tidak memakai headsetnya dan menyebrang sembarangan, mungkin ia tidak
akan mengalami hal seperti ini.
“Changmin, sudah berapa lama aku tertidur?”
Tanya namja tampan itu menatap adiknya.
Changmin
mengangkat bahu.
“Dua hari, sepertinya”
“Apakah ada yang menghubungiku? Ponselku mana?”
“Tidak, kau lupa ya? Aku kan meminjam
ponselmu untuk bermain game sebelum kecelakaan itu terjadi”
“Aku tidak ingat, apa tidak ada pesan masuk? Telepon
atau apapun itu?”
Jung Changmin
menggeleng.
Sementara Yunho
menjilat bibirnya.
Aneh.
Biasanya namja
cantik itu selalu menanyakan kabarnya setiap saat.
Apa Jaejoong
sedang sibuk?
Atau ia merusakkan
ponselnya?
Yunho mendesah
pendek.
Kemudian ia
memejamkan matanya memilih untuk tidur.
-------
“Yunho, benar kau mengambil beasiswa
percepatan materi di London?”
Itu
Ahra.
Teman
sekelas mereka.
“Ya, benar” Yunho tersenyum, melihat
perubahan wajah dari wanita cantik itu.
“Oh! Kau tidak tahu betapa aku ingin
melanjutkan perkuliahanku ke luar negeri sepertimu! Ceritakan padaku bagaimana
prosesnya dan kehidupan seperti apa yang kau jalani di sana!” Pekik wanita
cantik itu segera mendudukkan dirinya di hadapan Yunho.
Jaejoong
tidak berhenti memperhatikan Yunho dan Ahra sejak tadi.
Ia
masih duduk di kursinya, di belakang mereka berdua.
Mata
bulatnya mengerjap memperhatikan pakaian seperti apa yang digunakan Yunho hari
ini.
Pria
itu masih tidak berubah ternyata, selalu memakai kemeja berisi kaus.
Tampan
sekali, pikirnya.
Yunnie ah,
apakah kita bisa bercanda dan tertawa seperti itu kalau seandainya kita tidak
putus? Kalau seandainya kecelakaan itu tidak terjadi?
“Benarkah? Hahahaha~!”
Oh!
Yunho tertawa!
Jaejoong
merasakan jemarinya mengepal karena ngilu.
Hatinya
berdenyut sakit.
Yunhonya
tertawa karena orang lain.
Laki-laki
jahil itu kini sedang mengerjai seseorang yang bukan dirinya.
Sesungguhnya
Jaejoong masih rindu.
Masih
ingin lebih lama lagi mencintai Yunho diam-diam.
Tapi
hatinya tidak bisa berkompromi.
Ia
tidak sanggup melihat kedekatan Yunho dan Ahra di sana.
GREK.
Jaejoong
bangkit dari duduknya.
Ia
menahan nafas, mengeratkan syal merahnya dan berjalan meninggalkan ruang kelas.
“Lho? Jaejoong tidak masuk kelas hari ini? Apa
dia sakit ya?” Celetuk Ahra tiba-tiba.
Eoh?
Yunho
menoleh ke belakang, mendapati bangku Jaejoong yang telah kosong.
Pria
tampan itu terdiam sejenak.
Kemudian
ia menatap mata sipit Ahra.
“Kalau kau memiliki kekasih, orang yang
sangat kau cintai lebih dari apapun di dunia ini, mencampakkanmu begitu saja di
saat kau membutuhkan dukungan darinya. Lalu ketika kalian bertemu lagi di suatu
hari, ia bahkan tidak mencoba untuk menjelaskan apa yang sudah terjadi. Apa yang
akan kau lakukan, Ahra?”
Go
Ahra terkejut.
Mengerutkan
dahinya mendengar pertanyaan mendadak dari namja tampan itu.
Lama
ia terdiam, sampai kemudian ia mengetuk tangan kanannya yang mengepal di atas
telapak tangan kirinya yang terbuka.
“Aku akan melakukan seperti yang ia mau”
“Hah?”
“Iya, dia mencampakkanku, lalu tidak berusaha
menjelaskan apapun. Bukankah itu artinya ia tidak menginginkanku lagi? Yasudah,
aku akan menjauhinya, persis seperti apa yang ia inginkan”
DEG.
Yunho
tertegun.
Mata
musangnya mengerjap kaget.
Itukah?
Jadi itukah
maksudnya, BooJae?
“Oh, cerita tadi, bisa dilanjutkan? Setelah wawancara
apa lagi?” Tanya Ahra semangat.
.
.
.
“Aku mau bicara”
Jaejoong
tidak bisa kabur.
Ia
terjebak, terhimpit di antara tubuh Yunho yang mengurungnya.
Laki-laki
tampan itu mendorongnya tiba-tiba di pohon besar kampus.
Namja
cantik itu bahkan tidak berani bergerak.
“Apa yang sudah terjadi?” Desis Yunho tidak
sabar.
Jaejoong
bergeming.
Hanya
menatap Yunho dengan kedua mata bulatnya.
Ia
tidak bodoh.
Pertanyaan
itu sudah mewakili segalanya.
Dan
Jaejoong hanya harus menjawabnya.
“Kau tidak akan mengerti” Bisik Jaejoong
nyaris tidak terdengar.
“Kalau begitu buat aku mengerti!! Dua bulan
aku berada di dekatmu! Dan tidak satupun waktu kau gunakan untuk menjelaskan
sesuatu kepadaku!!” Murka Yunho dengan wajah yang memerah.
Air
mata Jaejoong jatuh.
Bibirnya
terasa kelu.
Ia
tidak berani lagi memandang wajah tampan itu.
Namja
cantik itu mengalihkan pandangannya, melihat apa saja yang bukan ke arah Yunho.
“Maaf” Cicit Jaejoong takut.
Yunho
mendengus.
Masih
menunggu jawaban yang ia harapkan dari bibir ranum yang tertutupi syal merah
itu.
“Luka itu, dari mana kau mendapatkannya?”
Tanya Yunho dingin.
Jaejoong
semakin terpojok.
Tangannya
bergetar.
“Kecelakaan lalu lintas, beberapa hari sebelum
awal perkuliahan dimulai” Ucap namja cantik itu lirih.
“Lucu sekali, aku juga mengalami kecelakaan yang
sama dua tahun yang lalu” Sindir namja tampan itu.
“Aku sedang bersama Umma waktu itu, kami
sedang berbelanja di awal bulan agustus”
Dan
Yunho kecelakaan di bulan juli.
Namja
tampan itu mengerutkan dahinya.
Menebak-nebak
apakah Jaejoong berkata jujur kepadanya atau dugaannya memang salah.
“Bukan karena kau menolongku saat aku
kecelakaan kan?” Desis Yunho menyuarakan dugaannya.
DEG.
Jaejoong
terkesiap.
Tapi
ia berusaha untuk bersikap normal.
Demi
Tuhan, Yunho mengenalnya luar dalam.
Pria
itu akan tahu kalau Jaejoong berbohong seandainya namja cantik itu tidak cepat
bertindak.
“Itu tidak mungkin, Umma melihatku tertabrak.
Dan aku sendirian” Sahut Jaejoong pelan.
Yunho
menghela nafas.
Tidak
tahu lagi mana yang harus ia percaya.
Asumsinya,
atau ucapan yang keluar dari bibir ranum itu.
“Lalu kenapa kau memutuskanku? Apa kau tahu
aku—”
“Karena aku tidak mencintaimu”
Apa?
Yunho
tercekat.
Menatap
tidak percaya namja cantik itu.
Ia
melepaskan kurungannya kepada Jaejoong dan memundurkan langkahnya.
“Katakan lagi” Ujar Yunho dengan suaranya
yang parau.
Jaejoong
menahan nafas.
Ia
mendongak menatap Yunho.
“Karena aku tidak mencintaimu, Jung Yunho”
Ucap Jaejoong dengan jelas.
“Lalu apa arti 6 tahun kebersamaan kita dulu
eoh?!” Marah Yunho tidak terima.
Jaejoong
merasakan kedua mata bulatnya mulai panas.
Ia
menaikkan syal merahnya dan bersandar pada pohon tersebut.
“Aku tidak serius, semuanya hanya permainan. Aku
sama sekali tidak menyangka kalau kita bisa bertahan selama itu, sebenarnya aku
sudah menunggu hari kepergianmu untuk menjauh dari—”
PLAKK!
Jaejoong
terkejut.
Panas
membakar pipinya dengan cepat.
Ia
bergeming.
Mendengarkan
deru nafas Yunho yang kasar.
Pria
tampan itu menamparnya.
Laki-laki
yang selama ini tidak pernah menyakitinya.
“Aku salah menilaimu” Ujar Yunho penuh luka.
Jaejoong
mengusap pipinya yang merah.
Ia
meringis dengan air mata yang lolos.
Yunho
berbalik, memunggungi Jaejoong.
Ia
mengepalkan kedua tangannya, menahan rasa nyeri yang menyerang dadanya.
“Sedikit saja, tidak adakah rasa cinta
untukku?”
Jaejoong
menggeleng.
Air
matanya terus mengalir.
Tapi
Yunho tidak melihat.
Pria
tampan itu sudah menjauh darinya.
Meninggalkan
Jaejoong yang terduduk lemas di atas rumput.
Tangisnya
pecah.
Ia
menekuk lututnya dan terisak lirih.
Aku mencintaimu
Yunnie, kau segalanya bagiku.
Kau pantas
mendapatkan cinta yang lebih baik dariku.
Aku hanya akan
menjadi benalu untukmu.
Aku cacat, Yun.
Aku akan
melukaimu dengan bekas luka ini kalau kita tetap bersama.
“Maafkan aku..” Lirih Jaejoong lemah.
Semuanya
selesai.
Cerita
mereka telah selesai.
Dan
Jaejoong tidak menyesal.
Karena
memang ia yang seharusnya berkorban.
Harus
ada seseorang yang bahagia di sini.
Karena tidak
selamanya cinta harus bersama.
END.
Sekuelnya mana????
BalasHapusGara2 mak nyaYunho jg noh....
Yunho hrs tau.
Astaga....jgn gini dong akhir nyaaa.....
BalasHapusAstagaaaaaaa, please sequelll...
BalasHapusGak rela yunho ngebenci jaeee....
Jae seharusnya kau berkata jujur...
Lanjutjan
Please squellll, gak rela sad ending, pleaseeeee happy end
BalasHapusSquel dong pliss
BalasHapuscinta emang ngga harus bersama tapi cinta juga tidak harus selalu salah paham T.T
BalasHapusKalo ini mah alasannya terlalu tega, hanya satu pihak yang berkorban jelaslah bukan cinta *nangis guling-guling*
Jaejong kelewat sabar.. knapa dy gak blang aja sih jalo emak nya si yunbear t yg nyuruh mereka break??
BalasHapusGak kuat kalo sad ending gini.. malah jae nya yg trsakiti lagi tuh.. :'( sequell nya please..
Eh.. udh End?? Loh kok? Gak bisa ! Wlw Shella kl bikin ff angst yg jleb jleb nusuk hayati tp ending nya biasa nya happy jd sy sbgai readers demo minta epilog! *Shella : sape lo ngatur gw?* Ini msh gantung kasian kan mereka berdua dan yunho akan salah paham selama nya sm Jae
BalasHapusShella yg cantik epilog ne~~ puppy eyes nya junsu meminta dengan memelas
Eonni huwaaaa, aku benci eonni huwaaaa jan gini dong, kasian Jae Umma
BalasHapusEonni jebal, bikin FF sad ending lgi dong hehe pen nangis nih
Eonni huwaaaa, aku benci eonni huwaaaa jan gini dong, kasian Jae Umma
BalasHapusEonni jebal, bikin FF sad ending lgi dong hehe pen nangis nih
andwaeeee
BalasHapusputus karena ke salah pahaman memang menyakitkan huuwwee ini nggak adil buat Jaejoong, sequel chingu...
BalasHapus