Tittle:
BREATH
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-fluffy-hurt-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
Aku tidak mengerti.
Tapi satu yang kuingat, Umma pernah membawaku
memeriksa sumsum tulang belakangku saat aku masih kecil.
.
.
.
Pintu kamar itu terbuka kasar dengan sekali sentak.
Tapi Yunho tidak peduli.
Ia sudah sangat tahu siapa yang masuk ke kamarnya dengan cara seperti
itu.
Yah, sudah tidak asing lagi jika mendengar nama Kim Jaejoong di hidup
Yunho.
Remaja cantik yang selalu bertingkah layaknya bocah kelas lima SD.
Pria manis yang sudah dua tahun ini menjadi tetangga dekatnya.
“Yunnie, kenapa kau masih di
sini? Kau tidak sekolah? Aaah~ Kau membolos yaa? Awas saja nanti kuadukan pada
Umma Jung!” Cerocos namja cantik itu setelah ia berhasil menerobos masuk ke
dalam kamar pujaan hatinya seperti biasa.
Yunho hanya mendengus.
Ia melanjutkan bacaan komiknya masih berbaring di atas ranjangnya yang
kusut.
Melihat dirinya tidak dipedulikan membuat Jaejoong mengerucutkan bibir
ranumnya.
Ia segera melompat ke samping Yunho dan menyengir lebar saat pria tampan
itu memicing kepadanya.
“Ini hari minggu, bodoh” Desis
Yunho kemudian.
Aih.
Jaejoong menaikkan alisnya.
Kemudian ia tertawa-tawa kecil.
Merasa geli pada dirinya sendiri.
Bagaimana bisa ia melupakan tanggal?
Ckckck.
Mungkin karena efek home schooling-nya.
“Yunnie, aku punya kabar baik
untukmu!” Pekik Jaejoong yang selalu semangat itu.
Yunho hanya bergumam malas.
Menyibak halaman komiknya.
“Aku akan sekolah di tempatmu
mulai besok! Bukankah itu mengasyikkan? Kita akan selalu bersama!” Ujar
Jaejoong dengan senyum termanis yang ia miliki.
Mwo?
Yunho membulatkan mata musangnya.
Kemudian ia menoleh, menatap tetangga berisiknya yang terlihat sangat
senang.
Aish.
Itu sungguh berita buruk untuknya.
Maksudku, Yunho tidak masalah dengan keributan Jaejoong di rumahnya
setiap hari.
Tapi ini di sekolah?!
Oh great, ia tidak akan bisa
lagi mencari tempat untuk menenangkan dirinya setelah bocah ini masuk sekolah.
Jaejoong pasti akan mengoceh dan mengekorinya setiap saat.
Eh—tunggu.
Yunho mengerjapkan mata musangnya.
Menatap wajah cantik tetangganya yang tampak memerah segar pagi ini.
Kemudian ia tersenyum.
Senyum yang bisa digolongkan dalam kategori menakutkan.
Setelah ia menyadari bahwa Jaejoong berbeda usia dengannya.
Namja cantik itu akan masuk kelas dan lantai yang berbeda karena ia
masih 15 tahun.
Yeah!
Pemikiran itu merupakan angin segar bagi Yunho.
“Baguslah, semoga kali ini kau
punya teman” Tanggap Yunho tersenyum.
DEG.
Jaejoong tertegun.
Mata bulatnya mengerjap cepat.
Teman?
Pria cantik itu segera mengalihkan pandangannya.
Jari-jarinya mulai bergerak gelisah.
Oh—ia tidak berpikir sampai ke situ.
Yah, kita semua tahu hanya ada Jung Yunho di kepala kecil itu.
“Kau kenapa, Joongie?” Tanya
Yunho khawatir.
Rona merah itu telah hilang.
Membuat wajah Jaejoong tampak pucat.
“Yunnie—kurasa..Kurasa aku tidak
jadi masuk sekolah saja…” Cicit Jaejoong lirih. Nyaris tidak terdengar.
Yunho menaikkan alisnya.
Ia membuang komiknya ke samping dan beralih menghadap bocah cantik itu.
“Mu-Mungkin Umma benar…Home Schooling adalah yang terbaik
untukku” Sambung namja cantik itu lagi.
Yunho terdiam.
Namun mata musangnya tidak berhenti memperhatikan Jaejoong yang tampak
resah.
Ia menopang kepalanya dengan tangan dan mengerutkan dahinya.
“Ada apa? Beritahu aku” Ujar
Yunho tegas.
Jaejoong memiringkan tubuhnya.
Membelakangi Yunho yang menghadap ke arahnya.
Pria tampan itu hendak mengulurkan tangannya untuk meraih bahu Jaejoong,
tapi suara lemah namja cantik itu sudah lebih dulu memotong gerakannya.
“Aku tidak pernah punya teman…”
Yunho tertegun.
Namun ia dengan cepat menguasai dirinya.
Tangannya yang terulur ia tarik kembali.
Mungkin Jaejoong lebih nyaman bercerita tanpa melihat wajahnya.
“Kau bisa membuatnya, Joongie,
di sekolah akan ada banyak anak yang seumuran denganmu” Ujar Yunho berusaha
menghibur namja cantik itu.
Tapi Jaejoong tidak peduli.
Pipinya sudah basah.
Dahinya mengernyit setelah ia mengintip ke dalam kotak pandoranya.
Sebuah luka lama yang tidak akan berhenti membekas.
“Mereka akan mem-bully-ku…Mereka akan memotong
rambutku…Kemudian—kemudian mereka akan memaksaku untuk membuka bajuku—dan—dan—”
Ucapan Jaejoong berhenti ketika sepasang lengan hangat melingkar di
tubuhnya.
Ia bisa merasakan tubuhnya yang mengejang.
Dan hembusan nafas yang menenangkan di lehernya.
Jaejoong terkejut.
Ia hampir saja membeberkan rahasia terdalamnya.
Oh—Tuhan. Lirihnya dalam hati.
“Apa mereka melakukan sesuatu
yang jauh lebih buruk dari itu? Setelah mereka membuka bajumu” Bisik Yunho
pahit.
Mulai mengerti mengapa namja cantik yang terlihat ceria itu tidak pernah
mau masuk sekolah.
“—Tidak—” Cekat Jaejoong meremas
tangannya.
Ya.
Mereka menyilet punggungku.
“Tidak, semuanya baik-baik saja”
Ulang Jaejoong lebih jelas.
Yunho menghela nafas panjang.
Ini sungguh berat untuknya.
Berita baiknya adalah Jaejoong tidak akan mengekorinya ke manapun ia
pergi di sekolah.
Tapi berita buruknya adalah ia tidak akan tega melihat Jaejoong
kehilangan semangat dan terus sendirian di rumah seumur hidupnya.
Manusia itu butuh teman.
Itu prinsip yang selalu Yunho ingat sejak ia masih kecil.
“Pergilah ke sekolah…Aku akan
menjagamu” Ujar Yunho berbisik.
Jaejoong membesarkan matanya.
Air matanya berhenti mengalir.
Ia meremas tangan Yunho yang masih melingkar di perutnya.
“Kau…Berjanji? Tidak akan
meninggalkanku seorang diri? Kau janji akan selalu menjagaku?”
“Ya, Joongie, aku berjanji”
Dan penyesalan Yunho dimulai saat itu juga.
Karena pada akhirnya, ia tahu bahwa janji itu akan sangat sulit ia
tepati.
-------
Wajah Yunho tampak masam hari ini.
Mood-nya sedang tdak
bagus.
Dan Jaejoong tidak mengacuhkan hal itu.
Pria cantik itu malah semakin gencar mengekorinya.
“Kau diputusi lagi ya, Yunnie?”
Tanya Jaejoong dengan senyum cerahnya.
Ck.
Yunho menatap malas namja cantik itu.
Ia mendorong bahu kecil Jaejoong dan memutuskan untuk duduk di kursi
taman belakang sekolah mereka.
Sementara Jaejoong kembali menyengir senang.
Ia segera duduk di samping tetangga tampannya.
Tidak mempedulikan tatapan-tatapan sinis dari gadis-gadis cantik
penggemar Yunho.
Oh—hei. Yunhonya adalah kapten basket di sekolah ini.
Tentu saja ia populer.
Tidak seperti dirinya yang tidak masuk klub apapun.
Umma melarangnya.
Dan ia anak yang patuh.
Lagipula di sini ada Yunho, Jaejoong percaya selama Yunho ada di
dekatnya mereka tidak akan berani mengusiknya.
Karena Yunho akan melindunginya.
“Ini sudah yang kesekian kalinya
kau gagal menjalin hubungan Yunnie yah”
“Ya, terima kasih sudah
mengingatkanku”
“Hahaha~ Sama-sama”
Yunho mendecih sebal pada bocah cantik itu.
Tapi sedetik kemudian Jaejoong menoleh menatapnya.
Menatap mata musangnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Dan Yunho cukup gugup, karena mata bulat itu tidak berkilat jenaka
seperti biasanya.
“Yunnie, ayo pacaran denganku
saja” Ujar Jaejoong serius.
Yunho berhasil menguasai dirinya dalam sekejap setelah mendengar ucapan
Jaejoong.
Ia menghela nafas dan menoyor dahi namja cantik itu.
“Kau masih di bawah umur,
Jaejoongie” Ujar Yunho dengan angkuhnya.
Uh.
Jaejoong mengerucutkan bibir ranumnya.
“Tapi aku menyukai Yunnie, dan
hal semacam itu tidak berlaku untuk umur, kekayaan, bahkan kasta” Gumamnya.
Yunho memutar bola matanya.
“Suka saja tidak cukup, eoh”
Ujarnya lagi.
“Aku mencintaimu, Yunnie, apa
itu masih tidak cukup?” Bisik Jaejoong pelan.
DEG.
Namja tampan itu terkesiap.
Namja cantik itu memang selalu mengajaknya pacaran dan berkata suka
padanya.
Tapi ini kali pertama Jaejoong mengatakan bahwa ia mencintai pria tampan
itu.
Yunho memperhatikan dengan benar raut wajah namja cantik itu.
Dan ia tidak bodoh.
Ia tahu mata bulat itu sangat serius kali ini.
“Aku lapar, ayo ke kantin” Ucap
Yunho spontan.
Namja tampan itu sudah berdiri dari duduknya.
Kemudian ia berjalan meninggalkan Jaejoong.
“Yunnie tunggu akuu! Kau tega
meninggalkanku eoh? Akan kuadukan pada Umma Jung!” Pekik Jaejoong beberapa saat
kemudian.
Yunho tersenyum kecil.
Ia tahu Jaejoong tidak butuh lama untuk kembali menjadi dirinya yang
ceria.
Selama namja cantik itu tahu caranya untuk selalu tersenyum, Yunho pikir
semuanya akan baik-baik saja.
Yah, karena Yunho sama sekali tidak berniat untuk memacari bocah cerewet
itu.
Ia masih normal.
Lagi pula, ocehan Jaejoong lebih sering mengganggunya dari pada
menghiburnya.
-------
“Aku pulang!”
“Ganti bajumu, Umma sudah
membuatkan kue untukmu di kulkas”
“Yeaaaa~~ Kue kesukaanku kan
Umma?”
“Ya, sayang, kue kesukaanmu”
Jaejoong tersenyum secerah matahari.
Ia mencuri kecupan manis di pipi Ummanya dan segera berlari menuju tangga.
Membuat Heechul tersenyum tipis.
Sudah lama sekali ia tidak melihat Jaejoongnya seceria ini sejak namja
cantik itu berhenti sekolah.
BRUKK!
DEG!
Wanita cantik itu terkejut.
Perasaannya dalam sekejap berubah menjadi gelisah dan ketakutan.
Ia segera berdiri dari duduknya di ruang tengah dan berlari menuju
sumber suara.
Ya Tuhan—kumohon jangan—lirih Heechul dalam hatinya.
“JOONGIE!”
Wanita cantik itu menjerit histeris mendapati Jaejoong tergeletak di
anak tangga.
Wajah cerianya tampak pucat.
Dan Jaejoong meringis merasakan lengannya lecet.
“Gwenchana Umma—Aku hanya
ceroboh” Desis Jaejoong berusaha menahan sakit di lengannya.
Air mata Heechul menetes mendengar ucapan putra tunggalnya.
Hatinya sakit, seolah diremas dari dalam.
Wanita cantik itu berlutut di hadapan Jaejoong.
Ia menangkup wajah putranya.
Kemudian ia mengusap darah yang mengalir dari hidung namja cantik itu
dengan lengan bajunya.
“Ceroboh, eh?” Bisik Heechul
pahit.
Jaejoong membeku.
Mata bulatnya berhenti bergerak.
Bahkan rasa sakit di lengannya tidak lagi terasa.
Yang ia tahu hatinya merasa sakit.
Ia tidak pernah bisa melihat wanita penyayang itu mengeluarkan air mata
karena dirinya.
“Ini—Hidungku terbentur, Umma”
Kilah Jaejoong memaksakan senyumnya.
Tapi Heechul sangat mengenal putra tunggalnya.
Jaejoongnya tidak pernah bisa berbohong kepadanya.
“Maafkan aku..” Lirih Jaejoong
memalingkan wajahnya.
Sial.
Mata bulatnya terasa panas sekarang.
“Kita akan bertemu Changmin
besok” Ujar Heechul seraya membantu putranya untuk bangkit.
Jaejoong mengerutkan dahinya.
“Ya, ini memang bukan jadwalmu,
tapi Umma memaksa, kita bertemu doktermu besok” Tegas Heechul dengan wajah
sembabnya.
Dan Jaejoong tidak bisa membantah lebih jauh lagi.
Ia hanya mengangguk pasrah.
.
.
.
Yunho merasa ada sesuatu yang hilang hari ini.
Tapi apa?
Namja tampan itu terus berjalan menelusuri koridor sekolahnya dengan
tatapan tidak fokus.
Ia tampak seperti melamun.
“Hey Yunho! Tumben sendirian?
Mana Jaejoong?”
Oh!
Itu dia!
Itu yang hilang!
“Dia tidak masuk?”
“Kenapa malah bertanya padaku?
Kau kan tetangganya”
Yunho mendengus.
Jadi namja cantik itu tidak masuk eh?
Bagus.
Ia butuh ketenangan hari ini.
Yunho melanjutkan langkah kakinya, membiarkan Yoochun—teman
sekelasnya—ikut berjalan di sampingnya.
“Apa dia sakit ya?” Gumam
Yoochun.
“Kau khawatir padanya?” Tanya
Yunho menaikkan alisnya.
Yoochun mengangguk.
“Tenang saja, ia tidak mungkin
sakit. Bocah cerewet itu lebih sehat dari jerapah yang pendek leher” Sahut
Yunho tersenyum kecil.
“Kau yakin?” Tanya Yoochun
bingung.
Yunho mengangguk.
“Seratus persen” Balasnya.
Yoochun tidak menyahut lagi.
Ia hanya berjalan dalam diam.
Sesekali melirik Yunho yang tampak santai di sampingnya.
Uhm..Ia pernah beberapa kali memergoki Jaejoong meringkuk di kamar mandi
saat pelajaran sedang berlangsung.
Yoochun bukan siswa yang rajin seperti Yunho.
Ia akan membolos kalau mood-nya
sedang tidak baik.
Dan mood-nya sering tidak
baik.
Yoochun yakin sekali kalau namja cantik itu tidak terlihat sehat seperti
wajah cerianya.
Bagaimana bisa orang yang selalu melompat-lompat seperti katak
tertangkap basah sedang meringkuk dan menangis di dalam kamar mandi eoh?
“Kau yakin dia tidak di-bully?”
Yunho menoleh.
Menatap bingung sahabatnya.
“Tidak” Sahutnya cepat.
“Bagaimana bisa?”
“Karena dia selalu mengekoriku
setiap saat”
Yoochun tidak menyahut lagi.
“Oh hei! Itu Yoona! Im Yoona!”
Desis Yunho menyikut lengan Yoochun.
Namja berpipi chubby itu menaikkan alisnya.
Jarang-jarang ia melihat Yunho heboh seperti ini.
Namja chubby itu menoleh, menatap seorang siswi yang terlihat sangat
cantik dengan rambut pendeknya berjalan menuju mereka.
“Kupikir kau tidak peduli pada
gadis-gadis” Ujar Yoochun.
“Ya, kecuali Yoona, kau tahu,
Siwon dan Yonghwa selalu membicarakan tentangnya” Balas Yunho.
“Yunho, yang aku tahu kau sama
sekali tidak tertarik pada gadis itu. Justru Siwon dan Yonghwa yang
tergila-gila padanya”
“Ya, kau benar”
“Yunho! Jangan bertindak bodoh!”
“Aku akan membuat dua pria sok
tampan itu menangis darah, hahaha”
Tepat di saat Yoochun akan memukul kepala sahabatnya, gadis cantik
bernama Yoona itu sudah berhenti di hadapan mereka.
Wajahnya tampak merona karena malu.
Ia memberanikan dirinya mendongak menatap Yunho yang lebih tinggi
darinya.
Dan kedua namja itu memperhatikan dengan jelas bagaimana bergetarnya
tangan Yoona ketika yeoja cantik itu melakukannya.
“Yunho, aku menyukaimu, kumohon,
jadilah pacarku!” Ujar Yoona dalam sekali tarikan nafas.
Eoh?
Yunho menaikkan alisnya.
Sementara Yoochun hanya diam.
“Baiklah”
Yoona membulatkan mata sipitnya.
Ia terkejut.
Wajahnya sudah sangat memerah sekarang.
“Apa?” Gumamnya gugup.
“Ya, baiklah, aku menerima
pernyataan cintamu” Balas Yunho dengan senyuman mematikannya.
Dua teman Yoona yang menemaninya dari kejauhan tampak memekik riang.
Mereka terlihat sangat heboh.
Sementara Yoona membeku di tempatnya.
Jawaban yang sungguh tidak disangka-sangka!
Ia pikir Yunho akan menolaknya karena bocah cantik itu.
Bocah yang memberinya keuntungan karena ketidakhadirannya hari ini.
“Aku ke kantin dulu” Ujar Yunho
seraya menepuk lembut kepala gadis itu.
Kedua teman Yoona semakin berisik.
Yunho hanya tersenyum simpul melihatnya.
Ia segera melanjutkan langkah kakinya diikuti Yoochun di sampingnya.
Namja chubby itu mengerutkan dahinya.
“Tapi kupikir suka saja tidak
cukup?” Gumam Yoochun mengulang kata-kata yang pernah Yunho ucapkan kepadanya
saat namja tampan itu bercerita tentang Jaejoong.
“Ya, tapi lalu kita bisa
menambahkan banyak suka untuk menjadi cinta, kan?” Sahut Yunho gampang.
Yoochun berhenti melangkah.
Dan Yunho tidak sadar akan hal itu.
Namja chubby itu menatap Yunho dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Kemudian ia menghela nafas.
“Semoga tidak ada hati yang
terluka dengan keputusan konyolmu ini, Yunho ah” Lirihnya entah pada siapa.
-------
“Yunnieee~~”
Suara ceria itu kembali membahana di sekolah elit tersebut.
Tidak sedikit laki-laki yang menjadi pengagum rahasia Jaejoong tersenyum
akan tingkah lucu bocah cantik itu.
Dan tidak sedikit pula siswi yang menatap jengah kepadanya.
Oh—kau tahu kalau Yunho adalah kapten tim basket sekolah.
Namja itu bukan milik Jaejoong seorang. Kira-kira seperti itu.
“Yunnie, pulang nanti temani aku
ke toko buku ya? Ya ya ya?”
Yunho yang sedang duduk santai di kelasnya menggeleng.
Ia menoyor dahi namja cantik itu dengan telunjuknya.
Sukses membuat bibir ranum itu mengerucut lucu.
“Tidak, aku sudah janji akan
pulang bersama Yoona” Ujarnya.
“Siapa itu Yoona?” Tanya
Jaejoong polos.
“Pacarku”
DEG.
Namja cantik itu terdiam.
Mata bulatnya mengerjap tidak percaya.
Ia baru saja akan kembali bersuara, tapi suara lembut dan menenangkan
itu lebih dulu menyapa telinganya dan telinga Yunho.
“Yunnie, kita jadi makan siang
di kantin kan?”
DEG DEG DEG.
Jaejoong menoleh dengan gerakan terlama yang ia miliki.
Dadanya terus berdebar kencang dengan cara menyakitkan ketika ia mendapati
wajah cantik yang sangat tidak sebanding dengannya.
Wajah itu memiliki senyum yang sangat lembut dan anggun.
Sesuatu yang tidak ia miliki.
“Ya, tentu saja, kita makan
ramen otte?” Tanya Yunho yang sudah berdiri dari duduknya.
“Hmm, tapi aku sedang ingin
makan ttokpokki” Sahut Yoona dengan dahinya yang mengerut manja.
“Baiklah, kita makan ttokpokki”
Sahut Yunho seraya menarik tangan kekasihnya.
Pria tampan itu sudah terlibat percakapan menarik dengan pacar barunya.
Sampai ia tidak sadar mereka telah tidak mengacuhkan seseorang yang
sedari tadi memperhatikan keduanya.
Jaejoong masih berdiri di sana.
Menatap punggung Yunho dengan dadanya yang terasa nyeri.
Tapi kau tidak bisa makan ttokpokki, Yunnie
ah…Lambungmu tidak pernah kuat menerima makanan pedas…
“Jaejoong, kau baik-baik saja?”
Jaejoong terkejut.
Ia sontak mendongak, menatap Yoochun yang menghampirinya dengan raut
khawatir.
“Tidak, aku tidak baik-baik
saja” Bisiknya lirih.
Kemudian ia melangkah meninggalkan kelas itu.
.
.
.
Jaejoong meringkuk di toilet seperti biasanya.
Hanya saja kali ini masih jam istirahat kedua.
Dan ia bersembunyi di dalam satu bilik kosong.
Namja cantik itu hanya berdiam seraya memejamkan matanya erat.
Membiarkan tangisnya terus tumpah sementara ia menggigit bibir bawahnya
agar tidak mengeluarkan suara apapun.
Hatinya sakit sekali.
Perih.
Seakan sesuatu menggerogotinya dari dalam.
Dan detik itu juga Jaejoong sadar.
Ia patah hati.
Yunho tidak mencintainya.
Namja tampan itu memilih Yoona yang cantik dari pada dirinya.
Dan ia membiarkan wanita itu memanggilnya dengan panggilan sayang
darinya.
Jemari Jaejoong mencengkram erat lututnya yang ia peluk.
Ia memutuskan untuk menggigit lututnya dan melampiaskan rasa sakit
hatinya.
Apakah ini saatnya aku untuk berhenti?
DOK DOK DOK!
DEG!
Jaejoong tersentak kaget.
Bilik kamar mandi yang ia gunakan digedor keras dari luar.
Dan ia bisa mendengar suara-suara berisik dari luar sana.
“KIM JAEJOONG! KAMI TAHU KAU DI
DALAM!”
Keringat dingin segera membanjiri pelipis Jaejoong.
Oh—tidak lagi.
Ia sungguh tahu pertanda apa ini.
Jaejoong panik.
Ia merogoh sakunya dan memencet panggilan darurat dari ponselnya.
Berharap-harap cemas Yunho akan mengangkat panggilan darinya.
“Ya, Joongie?” Suara itu terdengar santai.
“Yu-Yunnie…Tolong aku…” Bisik
Jaejoong lirih dengan suara bergetar hebat. Takut sekali kalau siswi-siswi yang
ada di luar bilik mendengar suaranya.
“Joongie? Kau baik-baik saja?”
“Yunnie please, tolong aku…Aku di toilet sekarang…”
“Tapi aku sangat jauh dari lokasimu, Jaejoongie, aku sedang di koperasi
sekarang. Yoona harus membeli dasi barunya”
DOK DOK DOK!
“Yunnie…Hiks…”
“Kau pasti menjatuhkan cincinmu lagi ke dalam westafel kan? Panggil saja
pesuruh sekolah, mereka akan menyedot salurannya untukmu, sudah ya, Yoona
memanggilku”
Sambungan itu terputus.
Tepat di saat pintu bilik berhasil terbuka.
Ponsel Jaejoong terjatuh.
Dan ia membelalak ngeri menatap puluhan siswi yang menatap benci
kepadanya.
BYURR!
Jaejoong terkejut ketika salah satu dari mereka menyiramkan seember air
dingin yang dalam sekejap membuatnya menggigil.
Wanita yang terlihat kejam di depannya maju selangkah.
Ia memukul Jaejoong dengan penggaris besinya.
“Kau harusnya tau diri! Yunho
itu bukan milikmu! Lagipula ia sudah memiliki kekasih sekarang!” Teriak yeoja
itu garang.
Jaejoong mengaduh.
Lengannya lecet-lecet karena penggaris itu sungguh tajam.
Air matanya merebak.
Ia menundukkan wajah pucatnya.
“Keluar saja kau dari sekolah
ini! Tidak ada yang suka melihatmu! Kau itu menjijikkan! Apa kau tahu itu eh?!”
Tubuh Jaejoong yang ringkih bergetar hebat sekarang.
Tapi tidak ada yang mempedulikan hal itu.
Gadis yang tadi berteriak mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya.
Dan mata besar Jaejoong seketika membesar lebar.
“Tidak! Kumohon jangan!” Jerit
Jaejoong pilu.
Beberapa gadis sudah memegangi dirinya dengan kuat.
Jaejoong berusaha terus meronta, tangisnya pecah melihat gunting yang
digenggam yeoja itu.
“Aku akan memberimu pelajaran
berharga, Jaejoong! Jangan berani-berani mendekati Jung Yunho lagi! Kau tahu
itu?!” Desis yeoja berambut hitam itu seraya menarik kasar rambut almond Jaejoong.
Pria cantik itu menjerit pilu.
Hatinya ter-iris ketika mata bulatnya mendapati helaian rambut
kebanggaannya jatuh berserakan di sekitar tubuhnya.
Ia memekik sesekali saat ujung gunting tajam itu menggoreng dahi dan
pelipisnya.
“Kumohon
hentikan…Hiks…Hentikan…” Isak Jaejoong lirih.
Setelah berhasil mengacak rambut Jaejoong, gadis-gadis cantik itu
melemparinya dengan balon berisi air.
Membuatnya semakin meringkuk berusaha menahan sakit ketika benda itu
pecah di tubuhnya.
Mereka semua tertawa.
Kemudian perbuatan itu berhenti saat bel pulang berdering.
Puluhan siswi itu segera keluar dari toilet.
Meninggalkan Jaejoong yang masih menangis di dalam bilik.
Jaejoong tidak berhenti meringis.
Hatinya hancur.
Tidak ada lagi yang tersisa.
Kau bilang kau akan selalu ada untukku.
Kau bilang kau berjanji untuk melindungiku.
Kau berjanji..
-------
Jaejoong tidak mau sekolah lagi.
Itu keputusan telak yang diambilnya.
Ia trauma.
Dan kotak pandoranya telah rusak.
Heechul dan Hangeng histeris ketika Jaejoong pulang dengan keadaan yang
sungguh menyedihkan.
Wanita cantik itu tidak berhenti menangis untuk putranya melihat rambut
putranya yang tampak panjang pendek serta luka-luka yang tercetak di kulit
mulusnya.
Ia pikir ini sudah berhenti.
Wanita itu pikir Jaejoongnya tidak akan mengalami siksaan lagi.
Karena Yunho ada di sana.
“Yunho menelepon, ia menanyakan
keadaanmu”
Jaejoong menoleh, menatap Ummanya yang melangkah memasuki kamarnya.
Sudah seminggu lebih ia tidak sekolah.
Alasan sakit adalah satu-satunya yang bisa diandalkan.
“Jangan katakan apapun padanya,
Umma” Ujar Jaejoong lirih.
Heechul mengangguk.
Mengusap rambut Jaejoong yang telah dirapikan.
Tampak lebih pendek sekarang, tapi sama sekali tidak mengurangi
kecantikan itu.
“Ia melanggar janjinya…Ia bukan
siapa-siapaku lagi sekarang” Bisik Jaejoong masih memandang mata besar Ummanya.
Heechul kembali mengangguk.
Mengasihani nasib putra kesayangannya.
“Wajahmu sungguh pucat, kau
sudah minum obatmu?”
“Ya, sudah”
“Anak pintar”
Jaejoong tersenyum.
Ia menggenggam tangan Heechul dan memejamkan matanya.
Ia butuh tidur sekarang.
.
.
.
Sekolah ini sungguh merepotkan, pikir Hangeng Kim.
Ia menyesal sudah memasukkan putranya ke dalam tempat ini.
Bahkan untuk mengundurkan diri saja ia harus membawa putranya untuk
menandatangani berbagai surat perjanjian.
Dasar sekolah elit, maki Hangeng dalam hatinya.
“Appa, Joongie ke toilet
sebentar” Ujar Jaejoong menarik tangan Appanya.
“Appa akan menemanimu” Sahut
Hangeng cepat.
Jaejoong menggeleng.
“Ini bukan jam istirahat, Appa,
semua orang sedang belajar” Ujarnya lagi.
Hangeng menghela nafas.
Ia tidak bisa memaksa kalau seperti ini.
Jaejoongnya sama keras kepala seperti Ummanya.
Namja paruh baya itu terpaksa mengangguk.
Tapi ia tidak berhenti mengawasi punggung sempit putranya sampai namja
cantik itu menghilang di balik koridor.
Jaejoong memutuskan untuk melewati taman belakang.
Ia ingin melihat bunga kesukaannya di sana untuk yang terakhir kalinya.
Namja cantik itu baru saja akan tersenyum ketika kakinya sudah mencapai
pilar, namun tubuhnya refleks bersembunyi ketika ia mendengar suara yang tidak
asing di kejauhan.
Namja cantik itu mengintip, dan ia terkejut mendapati Yunho bersama
Yoona di sana.
“Apa lagi, Yunho? Kau membuatku
membolos!”
“Kita harus bicara!”
“Apa? Membicarakan tentang
Jaejoongmu itu lagi? Hanya Jaejoong saja yang ada di kepalamu eh?”
“Ia di-bully! Dan aku baru tahu pagi ini! Aku tidak ada di sampingnya
waktu itu! Kau tahu ia menghubungiku, tapi aku menolaknya!”
“Lalu? Kau menyalahkanku?
Begitu?”
Jaejoong menggigit bibir bawahnya.
Ia merasa ini bukanlah hal yang pantas untuk ditontonnya.
Tapi mereka membawa-bawa namanya.
Jadi, tidak apa kan?
“Aku jengah melihat bocah itu
terus menempel padamu, Yunho! Kita putus!” Teriak Yoona dengan wajahnya yang
memerah.
DEG.
Jaejoong terkejut.
Ia melihat Yoona berlari menjauhi Yunho.
Dan mata bulatnya semakin membesar ketika Yunho berbalik dan menangkap
basah dirinya.
“Joongie?”
Yunho sungguh kaget.
Ini diluar perkiraannya.
Ia sudah berpikir kalau Jaejoong tidak akan pernah kembali lagi ke
sekolah.
Tapi ia melihat namja cantik itu saat ini dengan seragamnya.
Dan sebuah topi yang menutupi kepalanya.
Jaejoong membeku pada awalnya.
Bibirnya kelu untuk bersuara.
Terlalu banyak rasa sakit yang ditinggalkan Yunho di hatinya.
Tapi ia tidak boleh seperti ini.
Yunho sama sekali tidak tahu apa-apa.
“Kau diputusi lagi ya? Iya?
Horeeeee~! Kalau begitu pacaran denganku ya?” Pekik Jaejoong riang.
Yunho mengerjapkan matanya.
Memandang Jaejoong yang tersenyum cerah kepadanya seperti biasa.
Mungkin memang ini yang ia inginkan, pikir Yunho.
Namja tampan itu menoyor dahi Jaejoong.
Ia menjulurkan lidahnya.
“Tidak, aku tidak tertarik untuk
mendengar ocehanmu setiap saat” Sahutnya main-main.
Jaejoong merengut.
Tapi kakinya melangkah mengikuti Yunho.
“Sakitmu sudah sembuh?” Tanya
Yunho.
Sakit yang mana?
Sakitku atau sakit yang disebabkan olehmu?
“Sudah! Aku kan selalu minum
susu setiap pagi, tentu saja aku cepat sembuh!”
“Bagus, berarti kau akan kembali
sekolah seperti biasanya kan?”
“Tidak, aku akan kembali home schooling”
Langkah Yunho berhenti.
Ia menoleh kepada namja cantik itu.
“Aku tidak mau disiksa lagi. Itu
cukup menyakitkan, kau tahu” Desis Jaejoong dengan senyum manisnya.
“Tapi aku akan melindungimu,
Jae—”
“Ya, dan kau akan selalu
melanggar janji itu, kau pikir janji bisa dimain-mainkan, eh?”
Yunho terdiam.
Menatap Jaejoong yang sudah mengalihkan pandangannya.
Entah kenapa, ia tidak sanggup melihat wajah sedih itu.
Yunho mengulurkan tangannya, menarik dagu Jaejoong dan menatap dalam
mata bulatnya.
“Kali ini aku sungguh-sungguh,
Joongie. Aku akan melindungimu” Bisik Yunho.
-------
Heechul melarang keras, tapi ia tidak pernah bisa menolak permintaan
putra kesayangannya.
Wanita cantik itu terpaksa mengizinkan Jaejoong kembali bersekolah
selama namja cantik itu menuruti permintaannya.
Sekali saja Jaejoong pulang dengan keadaan seperti waktu itu, ia tidak
akan segan untuk memindahkan Jaejoong ke rumah sakit.
Lebih bagus rawat inap saja di sana, sekalian belajar seperti biasanya.
“Yunnie, komik yang kemarin
sudah selesai dibaca belum? Aku mau pinjam”
“Aku tidak berniat untuk
meminjamkannya padamu, kau pasti akan merusaknya”
“Yunnieeee”
“Terakhir kali kau meminjam
komikku, buku itu basah karena cokelat”
“Aku kan membaca sambil ngemil”
Yunho mendelik.
Tapi Jaejoong tidak peduli.
Mereka terus berjalan menelusuri koridor sekolah.
Niat awal Yunho ingin ke perpustakaan, tapi Jaejoong selalu mengekor
kepadanya.
Ia jadi kesal.
Petugas perpustakaan pasti akan segera mengusirnya kalau ia masuk ke
sana membawa Jaejoong.
Namja cantik itu tidak berhenti mengoceh.
“Berhenti mengikutiku, Kim
Jaejoong, kau menghambat garis jodohku!”
“Tapi akulah jodohmu, Jung
Yunho. Takdir sudah menggariskan kita, hahaha~~”
Aih.
Yunho kehabisan akal menghadapi bocah nakal ini.
“Dasar bocah” Gumamnya kesal.
Namja tampan itu menoleh, ia mendapatkan ide yang cukup cemerlang.
Yunho menepuk kepala Jaejoong dan tersenyum lebar.
“Kembalilah ke kelasmu, aku
harus ke perpustakaan untuk meminjam buku”
“Aku tidak mau”
“Aku akan mengajakmu makan es
krim pulang sekolah nanti”
“Baiklah”
Cara ini selalu berhasil, gumam Yunho puas.
Mata musangnya terus memperhatikan Jaejoong yang berlari
meninggalkannya.
Kemudian ia bersiul santai dan memasuki koridor perpustakaan sekolah.
BRUKK!
Jaejoong terjatuh di tengah larinya.
Mendadak ia merasakan kedua kakinya lemas.
Tulang punggungnya terasa dingin.
Dan mulutnya terasa anyir.
Ia lupa, Changmin sudah melarangnya untuk hiperaktif.
Namja cantik itu beringsut bangun dengan susah payah.
Mengabaikan tatapan aneh dari siswa siswi yang ada di sekitarnya.
Jaejoong menekan mulutnya dengan tangan, ia bisa merasakan sesuatu yang
kental merembes membasahi tangannya.
Detik berikutnya namja cantik itu jatuh bebas di lantai.
.
.
.
“YUNHO! JAEJOONG PINGSAN!”
Itu suara teriakan Yoochun, dan Yunho segera panik ketika sahabatnya
berteriak di pintu pustaka.
Namja tampan itu melempar buku yang ia pegang dan segera berlari
menyusul sahabatnya.
Tidak mengacuhkan petugas perpustakaan yang berteriak marah kepadanya.
Dada Yunho berdebar kencang.
Ini bukan pertama kalinya ia mendapati kabar tidak mengenakkan seperti
ini.
Beberapa kali ini Jaejoong selalu berakhir di ruang kesehatan.
Dan ia tidak mengerti kenapa.
“Joongie!”
Pintu ruang kesehatan itu terbuka kasar.
Dan Yunho muncul di sana bersama dengan Yoochun.
Mereka melihat Jaejoong sudah sadar, dan pria cantik itu sedang
bersandar di kepala ranjang seraya menyembunyikan saputangannya di balik
punggung.
“Ya? Ada apa?”
“Ada apa kepalamu! Kau membuatku
jantungan, bodoh!”
Jaejoong meringis, Yunho menoyor kepalanya dengan telunjuk.
Namja cantik itu mengerucutkan bibir pucatnya.
Dan Yunho sadar wajah Jaejoong telah berubah menjadi seputih kapas.
“Sebenarnya kau kenapa?” Tanya
Yunho khawatir.
Yoochun sudah merebahkan dirinya di ranjang sebelah dan menarik tirai
pembatas.
Ia cukup lelah hari ini, ia akan tidur sebentar sampai bel pulang
berbunyi.
“Aku hanya kelelahan” Sahut
Jaejoong tersenyum.
Yunho mendengus.
Ia baru saja akan bersuara, namun suaranya tercekat di tenggorokan
ketika mata musangnya menangkap sudut hidung Jaejoong tampak memerah.
“Kau mimisan?”
DEG.
Jaejoong terdiam.
Tapi ia tidak membantah, karena ia tahu ia pembohong yang buruk.
Yunho menarik dagu namja cantik itu setelah ia memperhatikan Jaejoong
tidak menggerakkan kepalanya sejak tadi.
Dan namja tampan itu melebarkan matanya mendapati lelehan kental
mengucur dari hidung bangir itu.
“Jangan panik, Yunnie, ini hanya
mimisan biasa” Tegur Jaejoong menjauhkan tangan Yunho, ia mengambil tissue di
dekatnya dan menutup hidungnya.
Yunho memperhatikan dengan baik bagaimana tissue putih itu berubah
menjadi merah.
Menakutkan, pikirnya.
“Umma akan menjemputku sebentar
lagi, kembalilah ke kelasmu”
“Tidak”
“Yunnie”
“Baiklah, jaga dirimu, aku tidak
ingin melihatmu seperti ini lagi lain kali”
Jaejoong tersenyum.
.
.
.
Namja cantik itu membuka kedua matanya yang terasa sangat berat.
Ia menyadari ia sudah berada di kamarnya sekarang.
Dengan tangan yang terinfus.
Jaejoong menghela nafasnya.
Namja cantik itu mendongak, mengernyitkan dahinya mendapati Ummanya
menangis di pelukan Appanya.
Lalu Changmin yang terlihat kalut.
“Berapa lama lagi?”
DEG.
Mereka semua terkejut mendapati Jaejoong yang sudah sadar.
Namja cantik itu tampak begitu pucat dan lemah.
Membuat Heechul merasa kakinya lemas.
Changmin tersenyum tipis.
Ia duduk di pinggir ranjang dan memeriksa tensi darah namja cantik itu.
“Selama yang kau inginkan”
Bisiknya pelan.
Jaejoong tidak pernah bisa menerima jawaban seperti itu.
Changmin selalu berkata seperti itu kalau ia bertanya.
Namja cantik itu meringis.
Ia mencengkram lengan Changmin.
“Tidak ada kebohongan di antara
kita, Shim Changmin!” Pekik Jaejoong marah.
Dan namja berjas putih itu hanya bisa menghela nafasnya.
Ia melirik kedua orang tua Jaejoong, kemudian ia menatap mata bulat yang
basah itu.
“Maafkan aku, Jae…Waktumu
tinggal sedikit lagi…” Bisik Changmin dalam keheningan.
Air mata Jaejoong jatuh begitu saja setelah mendengar ucapan Changmin.
Ia bersandar lemah di kepala ranjang.
Bibir ranumnya terbuka kecil.
Seolah tidak percaya akan hal tersebut.
Jaejoong menoleh ketika Ummanya berlutut di sampingnya.
Menggenggam tangannya dengan tangis yang pecah.
Heechul tampak begitu menyedihkan dan menderita.
Ia begitu mencintai putra kesayangannya, tidak akan sanggup kehilangan
suara ceria itu suatu saat nanti.
“Umma mohon Jae, katakan pada
Yunho untuk membantumu!” Pinta Heechul putus asa.
Tapi Jaejoong hanya bergeming.
Tidak mengacuhkan wajahnya yang telah basah akan air mata.
“Aku tidak menerima belas
kasihannya. Aku hanya ingin menerima donor sumsumnya kalau ia mencintaiku”
Desis Jaejoong.
Changmin menatap iba namja cantik itu.
Pasien cantiknya yang termakan cinta.
Dan cinta itu tidak pernah datang untuk memeluknya.
.
.
.
“Umma? Foto apa ini?”
Yunho berjalan memasuki ruang tengah setelah ia menemukan album kecil
yang terpajang di lemari buku milik Appanya.
Namja tampan itu menghampiri Keybum, ia duduk di samping wanita cantik
tersebut.
“Oh, ini foto lama, Yunnie,
aigoo” Ujar wanita bermata kucing itu setelah ia mengambil album tersebut dari
tangan Yunho.
“Kenapa Umma memotretku di
tempat seperti ini? Apa aku pernah sakit?” Tanya Yunho bingung.
Aih.
Keybum tersenyum mendengar pertanyaan konyol putra tunggalnya.
“Kau ingat kalau Umma pernah
membawamu ke sini sewaktu kau kecil?”
“Ya, Umma bilang kita akan
memeriksa sumsum tulang belakangku”
“Ingatanmu tajam sekali, kau
memang putraku~”
“Apa aku sakit?”
“Tidak, kau sama sekali tidak
sakit. Justru kau sehat seperti Appamu”
“Lalu kenapa Umma membawaku ke
sini?”
Keybum mengusap foto usang itu.
Kemudian ia membalik halaman album tersebut dan mengeluarkan foto yang
tertempel di balik foto Yunho.
“Karena anak teman Umma jatuh
sakit waktu itu, dan Umma ingin membantunya” Bisik Keybum lirih.
Mata musang Yunho membesar.
Melihat potret seorang anak kecil yang terpejam di atas ranjang rumah
sakit.
Dan dia ada di sana, memandangi bocah kecil itu.
“Aku tidak ingat yang satu
ini…Tapi wajah itu tidak asing”
“Yah, memang tidak asing, anak
ini leukimia, dan dokter menolak untuk mengambil sumsum tulang belakangmu
karena kau masih kecil sekali waktu itu”
Leukimia?
Yunho mengerutkan dahinya.
Ia mengambil foto itu dari tangan Keybum.
Meneliti wajah yang tampak pucat seperti boneka rusia itu.
Namja tampan itu membalik foto tersebut.
Dan ia terkejut ketika matanya melihat tulisan Ummanya di sana.
‘Yunnie & Joongie’
DEG DEG DEG.
“U—Umma—”
“Ya, Yunho, anak itu tetangga
kita, namja yang suka sekali mengganggu tidurmu”
Yunho sulit untuk bernafas.
-------
Jaejoong tersenyum lebar setelah ia berhasil memaksa Heechul untuk
membiarkan dirinya bersekolah hari ini.
Namja cantik itu tentu saja langsung menghampiri Yunho yang sedang
membaca komik di taman belakang sekolah.
Ia melompat dan mencubit lengan Yunho dengan gemas.
“Kau sudah ratusan kali membaca
komik itu! Tapi aku tidak kau pinjami!” Ujarnya kesal.
Yunho terkejut mendapati Jaejoong dengan cerianya menghampiri dirinya.
Namja cantik itu membuka bungkusan roti yang dibawanya dan memakannya
sampai habis.
Yunho tidak tertarik lagi dengan komik bodoh itu.
Yang ia lakukan saat ini adalah memandangi Jaejoong dan memperhatikan
betapa pucat dan tirusnya wajah cantik itu.
“Kau diet?” Tanya Yunho asal.
Walau ia sudah tahu jawabannya.
“Iya, Yoochun bilang aku
gendutan” Sahut Jaejoong tertawa.
“Tapi kau sama sekali tidak
gendut, lihat, pipimu tirus sekali” Balas Yunho seraya mengusap tulang pipi
namja cantik itu.
Jaejoong terdiam.
Mata bulatnya bergerak pelan memperhatikan Yunho yang sudah tenggelam ke
dalam dunianya sendiri.
Entah mengapa, Jaejoong merasakan ada yang tidak beres di sini.
GREPP!
Yunho terkejut ketika Jaejoong memeluk tubuhnya.
Mereka memang sangat dekat sejak dulu, tapi ini pelukan pertama mereka
kecuali pelukan saat Jaejoong menangis di hadapannya.
Pelukan pertama yang tanpa didasari alasan apapun.
“Aku akan mati, Yunho” Bisik
Jaejoong selirih angin.
DEG.
Yunho membeku.
Mata musangnya mengerjap.
Aliran darahnya seolah dipaksa untuk berhenti.
Ia mendorong Jaejoong, menatap mata bulat yang sudah berkilat jenaka
kembali.
“Hahaha! Kau tertipu! Lucu
sekali wajahmu!” Tawa Jaejoong meledak seketika.
Membuat Yunho merengut kesal dan menghempaskan bahu Jaejoong.
“Dasar! Sana! Jauh-jauh dariku!”
Serunya memalingkan wajah.
Namja tampan itu melangkahkan kakinya, namun setelah beberapa langkah,
kakinya seakan terpaku di tanah saat suara lemah Jaejoong kembali terdengar.
“Percaya padaku, Yunho..Aku akan
mati..”
Detik itu juga Yunho membalikkan tubuhnya.
Dan matanya membelalak ngeri melihat Jaejoong ambruk di atas rumput.
Tulang punggungnya terasa dingin.
Dingin sekali.
Refleks Yunho berlari, menghampiri Jaejoong dan memanggil namja cantik
itu.
Hati Yunho seakan tercubit, telinganya tidak lagi mendengar suara ceria
Jaejoong.
Hanya wajah pucatnya yang memenuhi pandangan Yunho.
Namja tampan itu menggendong Jaejoong, kemudian berlari sekencang
mungkin keluar sekolah.
Ruang kesehatan tidak akan bisa menolongnya, Jaejoong butuh rumah sakit
sekarang.
Ia butuh dokter.
Dan ia butuh penyelamatan.
.
.
.
“Yunho sudah bangun?”
“Belum, obat biusnya masih
bekerja sepertinya”
“Aigoo, mereka lucu sekali
seperti ini, kau bawa kamera tidak?”
“Tentu saja, ayo kita potret”
Yunho mendengar suara-suara yang tidak asing di telinganya.
Tapi matanya tidak bisa terbuka.
Seolah kelopak matanya berat seperti batu.
Yunho ingin bersuara.
Tapi mulutnya seakan terkunci rapat.
Tubuhnya kebas.
Ia tidak bisa bergerak seinci pun.
[ “Tapi akulah jodohmu, Jung Yunho. Takdir sudah menggariskan kita,
hahaha~~” ]
Jaejoong.
Itu suara Jaejoong.
Dan ia tidak bisa melihat namja cantik itu.
Ia hanya bisa mendengar suara ceria yang terus teriang-ngiang di
telinganya.
[ “Bukankah seperti sudah digariskan saja? Hanya satu banding sepuluh
untuk mendapatkan kecocokan sumsum tulang belakang di dunia ini, kalian memang
berjodoh” ]
Itu Ummanya.
Yunho merasakan nafasnya memberat.
Tubuhnya terasa sangat kaku.
Ia kesulitan untuk bernafas.
[ “Aku akan mati…” ]
DEG!
Mata musang itu sontak terbuka lebar.
Membuat kedua wanita paruh baya yang sedari tadi berbincang memekik
memanggil namanya.
Namja tampan itu menghirup oksigen dengan rakus.
Seolah ia tidak bernafas bertahun-tahun.
Yunho masih merasakan tubuhnya kebas.
Tapi ia bisa menggerakkan matanya dan mendapati Jaejoong terbaring sama
sepertinya di ranjang sebelah.
“Yunho! Ya Tuhan! Cepat sekali
kau sadar! Umma akan memanggil Changmin!” Pekik Keybum panik.
Heechul sudah duduk di samping Yunho, mengusap tidak percaya wajah
tampan itu.
“Kau baik-baik saja?” Tanya
Heechul lirih.
Yunho berusaha untuk mengangguk.
Tapi matanya tidak lepas dari Jaejoong.
“Ia belum mati, kau tenang saja”
Canda Heechul dengan senyum kecilnya.
Namja tampan itu berjengit mendengar kata mati.
Itu sesuatu yang tabu untuknya.
Yunho mengalihkan pandangannya, kini ia menatap Heechul yang tersenyum
sempurna di hadapannya.
“Terima kasih sudah
menyelamatkan putraku, Yunho…” Bisik wanita cantik itu bahagia.
Rona merah tampak menyelimuti pipi tirusnya.
Yunho tersenyum tipis.
“Operasinya berhasil, tapi butuh
waktu lama untuk memulihkan kalian. Terutama Jaejoongie. Kau sudah tertidur
selama empat hari dan Jaejoong masih belum bangun sampai saati ini. Jangan
khawatir, Changmin bilang itu normal untuknya”
Yunho menghela nafas.
Ia mengangguk.
“Itu Changmin, ia akan
memeriksamu sekarang” Ujar Heechul beranjak dari duduknya.
Namun sebelum ia berpindah, suara dehaman Yunho menghentikan gerakannya.
“Ahjumma…Setelah ini…Bolehkah
aku menikahi putramu?”
DEG.
Heechul membulatkan matanya kaget.
Ia melirik Yunho.
Kemudian matanya bergerak memandang Keybum dan Changmin yang berdiam di
dekat ranjang Jaejoong.
“Bolehkah aku menjaganya?
Menjaganya agar ia selalu bernafas di sampingku?”
Wanita cantik itu terenyuh melihat air mata yang jatuh dari mata musang
Yunho.
Ia segera mendekati pria tampan itu, kemudian mengusapkan pipi basahnya.
“Jaejoongie akan sangat senang
mendengar hal ini…” Bisik Heechul dengan senyumannya.
Yunho mendesah lega.
Ia balas tersenyum kecil.
“Ya, dan aku sudah tidak sabar
untuk mendengar ocehannya...” Lirihnya pelan.
Obat bius itu masih bekerja walau tidak sepenuhnya sempurna.
Yunho merasa dirinya sangat kelelahan setelah membuka matanya.
Ia butuh tidur.
Dan mata musang itu segera terpejam ketika ia tidak sanggup lagi
menahannya.
Yunho masih bisa mendengar sayup-sayup suara ibunya dan Heechul.
Mereka terdengar antusias sekali membicarakan tentang pernikahan yang
akan diadakan dalam waktu dekat.
Yunho merasakan seseorang menekan lengannya, kemudian berbicara memotong
percakapan ibunya.
Ah, itu Changmin. Tebaknya.
Namja tampan itu menghembuskan nafas panjang.
Baiklah, ia benar-benar harus tidur sekarang.
Agar ia bisa menyambut kehadiran Jaejoong dengan pelukan hangatnya.
Dan kali ini Yunho berjanji, ia akan menjaga Jaejoong dengan segenap
kekuatannya.
END.
(╥_╥) ini nyesek banget baca nya! Kesel sm si beruang gendut yg kurang peka so naksir2 cewek lain. Hrs nunggu emak sekarat dl apa br sadar sm hati nya yg sebenarnya cm di takdirkan utk emak JJ errr yoosudah yg penting happy end
BalasHapusFighting shella-ssi utk ff nya yg slalu jjang !!
(╥_╥) ini nyesek banget baca nya! Kesel sm si beruang gendut yg kurang peka so naksir2 cewek lain. Hrs nunggu emak sekarat dl apa br sadar sm hati nya yg sebenarnya cm di takdirkan utk emak JJ errr yoosudah yg penting happy end
BalasHapusFighting shella-ssi utk ff nya yg slalu jjang !!
Anjaaayyy sedih tralala trililili T.T
BalasHapusUntung happy ending kalo nggak udah nyungsep sambil nabok si beruang gendut gara2 ngga peka ama perasaan Jaejoong..
Daeeebbaaakkk eonni FF.nya xD *love it*
Untung aja Yunho ingat disaat2 JJ sekarat.
BalasHapusKlo msih lupa dan baru ingat ketika JJ meninggal, akan jd penyesalan terdalam dh ky ny.