Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-angst-hurt-guling2
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
Beberapa orang percaya..
Kalau bunga mungil bernama Dandellion itu, dapat mengabulkan permohonan
yg diucapkan seraya menghembus lembut dirinya..
Tapi aku, sulit untuk percaya..
“Karena kau
adalah Dandellion terkuat yg pernah
ada..Si topi kecil yg tidak akan pernah rapuh”
.
.
.
Mata bening itu mengerjap pelan.
Membuat sudut bibir cherry itu menarik sebuah
senyuman.
Senyuman manis yg bisa membuat orang lain ikut
membalas senyum tulus itu.
Well, tidak semua orang.
Terutama namja tampan yg sedang memeriksa isi tas
kerjanya itu.
“Yunnie yah,
kau belum sarapan” Ujar Jaejoong seraya mendekati suaminya itu.
Yunho mendesah pendek.
Ia menatap tajam namja cantik itu.
“Berapa kali
harus kukatakan padamu, Kim Jaejoong?! Aku membenci panggilan menjijikkan itu!
Dan satu lagi, sampai kapan pun aku tidak akan pernah sudi mencicipi semua
masakan yg kau buat!!”
Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya menundukkan wajahnya.
Menghindari mata musang yg mengerling tajam itu.
Demi Author, Jaejoong sangat takut untuk memandang
mata itu dalam keadaan seperti ini.
Namja tampan itu mendecih kesal dan menutup kasar
tasnya.
“Semuanya
gara2 kau!! Seandainya saja Appa tidak sibuk menjodohkan kita aku pasti sudah
menikah dengan kekasihku!! Terkutuk!” Umpat Yunho seraya melangkahkan kakinya.
Ia mengacuhkan namja cantik itu.
Jaejoong masih terdiam.
Hanya saja kali ini ia sedang berkonsentrasi penuh
agar tetes bening yg menggenang itu tidak mengalir membasahi matanya.
Tidak.
Yunho sangat membenci dirinya.
Terutama ketika ia sedang menangis.
Hmp.
Namja cantik itu tersenyum kecut.
Bahkan untuk menangis saja ia harus berhati2.
Sudah cukup lama ia bersabar kau tahu itu?
Setahun bukanlah waktu yg sebentar untuknya.
Awalnya Jaejoong mengira mantan senior kampusnya itu
akan belajar untuk mencintainya secara perlahan setelah mereka menikah karena
perjodohan.
Tapi ternyata Jaejoong salah.
Ia tidak pernah menyangka kalau namja tampan itu
memiliki kekasih yg bersamanya sejak ia berada dalam masa orientasi kampus.
Karam.
Jaejoong meringis.
Ia mencengkram dada kirinya yg terasa berdenyut pelan.
Sakit.
Sangat sakit.
“Huks..”
Namja cantik itu berjongkok.
Ia mencengkram kepalanya yg berdenyut pelan seraya
menggigit bibir bawahnya.
Gosh, kenapa ia harus tersiksa seperti ini?
Kenapa ia harus mencintai namja tampan itu?
Kenapa ia harus dijodohkan dengan Yunho?
“Kalau saja
aku tahu rasanya akan sesakit ini, aku tidak akan pernah mau untuk jatuh cinta
padamu Yunho ah..Hiks..Tapi hatiku terlanjur memilih..” Isak Jaejoong lirih.
-------
Namja cantik itu menghembuskan nafasnya pelan.
Ia mendongakkan wajahnya menatap langit yg
menggerakkan gumpalan awan manis itu.
Ah, taman Dandellion
milik keluarganya memang yg terbaik.
Ini tempat favoritnya sepanjang masa.
Jaejoong berbaring di atas hamparan bunga Dandellion itu.
Ia memangku kepalanya dengan kedua tangannya.
“Seandainya
Umma dan Appa masih hidup..Mungkin aku sedang bersama kalian saat ini..”
Namja cantik itu meringis.
Mengingat Umma dan Appanya yg tewas 8 bulan yg lalu
karena kecelakaan pesawat.
Jaejoong tahu kalau waktu itu mereka pergi
meninggalkan dirinya karena ingin menjemput Hyungnya yg sedang melanjutkan
studi di sana.
Tapi naas, takdir memisahkan mereka dengan
menggenaskan.
“Aku bahkan
tidak pernah bertemu lagi dengan Eunjae Hyung..Terakhir kali di hari ulang
tahunku yg ke 7” Desahnya pendek.
Jaejoong memejamkan matanya.
Eunjae Hyung.
Ia ingin sekali bertemu dengan namja hangat itu.
[ “Kau tahu Joongie sayang? Kalau bunga
Dandellion adalah bunga pengabul harapan” ]
TEK.
Jaejoong mematahkan satu tungkai bunga Dandellion yg ada di dekatnya dan
menatapnya sejenak.
“Aku hanya
ingin agar kebahagiaanku kembali..Bisakah Yunho membalas cintaku dan melupakan
kekasihnya?”
Namja cantik itu berbisik lembut seraya menghembus
pucuk bunga lembut itu.
Mata beningnya mengerjap menatap sau persatu bunga
mungil itu terbang bersama angin yg berhembus.
Membawa harapannya ke atas langit.
Hmp.
Jaejoong tersenyum kecil.
Ia beranjak bangun dan melangkah pergi dari tempat
itu.
Menaiki mobil kesayangannya dan melaju menuju
rumahnya.
Rumahnya dan Yunho.
BRRRMM.
CKIIIITTTTT.
BLAM!
Jaejoong menutup pintu mobilnya sedikit kasar.
Ia melirik bangunan mewah itu dengan hampa.
Namja cantik itu menguatkan dirinya untuk melangkah
masuk.
CKLEK.
“Mmmhh…mpckk..ckk…mmpp..”
DEG.
Mata bening itu bergerak pelan.
Jaejoong membulatkan matanya tidak percaya.
Seluruh tubuhnya terasa kaku.
Ia seperti terjerembab di dalam ruangan tanpa udara.
Nafasnya sesak.
Jantungnya berdebar sangat kencang.
Kepalanya terasa berdenyut.
Demi apa.
Namja cantik itu merasakan lututnya seakan lemas
menatap adegan panas yg sedang terjadi di ruang keluarga mereka.
Jaejoong merasa matanya panas.
Ia menutup mulutnya menahan sengguk.
Menatap suaminya yg sedang mencumbu kekasihnya di atas
sofa.
Karam terlihat memejamkan matanya.
Berdesis nikmat membiarkan Yunho mencumbu leher
jenjangnya.
Kedua tangan namja tampan itu bergerak pelan di balik
kaus hitam miliknya.
Jaejoong merasakan pipinya basah.
Ia segera berbalik dan keluar dari rumah dengan sangat
perlahan.
“HIKS”
Namja cantik itu mencengkram kepalanya.
Ia berjongkok di teras depan seraya menahan mulutnya
dengan erat.
Pandangannya memburam.
Dadanya berdenyut.
Sesak.
Jaejoong lupa caranya untuk bernafas.
-------
Jaejoong sama sekali tidak bisa tidur semalam.
Bayang2 Yunho yg sedang bermesraan bersama Karam
kemarin tidak pernah bisa lepas dari pikirannya.
Jaejoong beranjak dari ranjangnya seraya meringis.
Ia menatap cermin dan memperhatikan wajah cantiknya yg
tampak pucat.
Ada lingkaran hitam di bawah kelopak mata beningnya.
Gosh.
Namja cantik itu mencuci wajahnya dan beranjak keluar
kamar.
Ia melangkahkan kakinya menuruni tangga.
“Kkhh”
Jaejoong memijat pelipisnya.
Pusing.
Kepalanya terasa sakit.
“Jaejoongie!”
DEG.
Namja cantik itu menoleh.
Menatap tidak percaya kedua orang tua Yunho yg
menyapanya dengan sangat antusias.
Dalam sekejap senyum manis itu merekah.
GREPP!
“Umma
merindukanmu, baby!” Ujar Keybum lirih.
Jaejoong mengangguk.
Ia balas memeluk Jinki dengan erat.
Mereka tertawa kecil dan saling berjalan menuju meja
makan.
“Kka, Umma
sudah membuatkan sarapan untuk kalian!” Ujar Keybum.
Mata bening Jaejoong bergerak pelan.
Melirik Yunho yg sedang membaca koran di kursinya.
Namja cantik itu menghela nafasnya.
“Joongie? Kau
baik2 saja sayang? Wajahmu pucat sekali” Ujar Jinki khawatir.
Jaejoong mengangguk.
Ia memaksakan senyum manisnya.
Keybum menyodorkan sepiring nasi goreng sosis hangat
di hadapan Jaejoong.
Namja cantik itu meraih garpunya dengan tangan yg bergetar.
Jaejoong mengeluh.
Membuat seluruh mata refleks melirik dirinya.
PRANG!
“OMO! JAEJOONG
AA!!”
Keybum berteriak seraya bangkit dari duduknya.
Mata kucingnya membesar memperhatikan namja cantik yg
terlihat sakit itu.
Ia segera mendekati Jaejoong.
“Kau baik2
saja?”
Jaejoong mengangguk.
Kepalanya terasa berat.
Detik terakhir yg ia ingat adalah, semuanya terasa
gelap.
-------
Yunho terdiam sejak tadi.
Hanya mata musangnya yg bergerak memandang sosok
cantik yg masih terpejam itu.
Keybum dan Jinki tampak duduk di samping ranjang
seraya mengusap rambut almondnya yg lurus.
Namja tampan itu mendesah pendek.
“Ungh”
Jaejoong melenguh pelan.
Membuat Jinki dan Keybum berteriak histeris.
Sementara Yunho hanya menaikkan alisnya.
Menatap tetes bening yg mengalir dari sudut mata namja
cantik itu.
“Joongie?!
Gwenchana sayang? Kau sakit? Katakan pada Umma bagian mana yg terasa sakit
eoh?!” Rentet Keybum tidak sabar.
Jaejoong menggeleng.
Ia berusaha bangun dan mengerjapkan mata bulatnya yg
sayu.
“Gwenchana
Umma, aku hanya kelelahan” Bisiknya lirih.
Keybum memeluk Jaejoong dengan erat.
Sungguh, ia akan merasa sangat bersalah kalau sampai
menantunya yg satu ini kenapa2.
“Yunho”
DEG.
Namja tampan itu tersentak kaget.
Ia segera menatap Appanya yg memanggil.
“Sepertinya
Jaejoongie butuh sesuatu yg akan membuatnya merasa lebih baik”
“Eoh?”
“Ajaklah
Joongie ke restoran La Pomme besok
malam, Appa akan memesankan tempat untuk kalian berdua”
EH?
Jaejoong dan Yunho sama2 tertegun.
Namja cantik itu hanya menundukkan wajahnya yg mulai
terasa menghangat.
Sementara Yunho berdecak kesal memutar bola matanya.
Ia tidak menyahut atau pun mengangguk.
Keybum menarik senyum manisnya.
Ia mengelus lembut punggung tangan namja cantik itu
dan mengusapnya perlahan.
Ah, yeoja bermata kucing ini tahu kalau Jaejoong
sangat mencintai putra tunggalnya.
“Arrata, Umma
dan Appa pulang dulu, lebih baik kau kembali beristirahat ne Jaejoongie? Besok
malam kalian akan menghabiskan waktu yg sangat spesial ne~” Kekeh Keybum geli.
Aish.
Jaejoong mempoutkan bibir cherrynya lucu.
Ia menatap Keybum yg mengerlingkan mata kucingnya.
-------
Gosh.
Namja cantik itu tidak bisa menghentikan senyuman
manisnya sejak tadi.
Ia terlalu excited!
Ini akan menjadi malam yg sangat bersejarah baginya!
Omo, kalau bukan karena Jinki, mungkin malam ini tidak
akan pernah datang ke kehidupannya.
Hmp.
Jaejoong duduk tegak di kursinya.
Ia menunggu Yunho yg belum tiba.
Namja cantik itu memutar pandangannya ke seluruh
resto.
Ah, orang2 sudah memulai melahap makanan mereka.
TIK
TIK
TIK
Para butler yg berseliweran sejak tadi diam2 kembali
melirik sosok cantik yg terlihat mempesona itu.
Tamu mereka yg satu itu sudah duduk manis sejak jam 8
tadi.
Dan sekarang jarum jam menunjukkan angka 12.
Kepala pelayan yg ikut menatap Jaejoong mendesah
pendek.
Ia berjalan dengan sangat terpaksa mendekati namja
cantik itu.
Jaejoong hanya menatap kosong ke depan.
Seakan mengacuhkan dunia sekitarnya.
“Mianhae”
Hening.
Tidak ada reaksi.
“Mianhae!”
DEG!
Jaejoong tersentak kaget.
Ia segera menoleh dan mengernyitkan dahinya.
“Ini sudah
larut malam, miss, kami akan segera
tutup” Ujar sang kepala pelayan itu.
Namja cantik itu tertegun.
Ia menoleh memandangi seluruh resto.
Omo, hanya tinggal ia sendiri di dalam sini.
Itu berarti Yunho tidak datang ani?
Dan mungkin tidak akan pernah datang.
Jaejoong mencengkram kuat kedua jemarinya yg terkepal
erat.
Ia menggigit bibir bawahnya.
Matanya terasa panas dan basah.
Tidak.
Ia tidak ingin menangis di sini!!
“HIKS”
Jaejoong tersengguk keras.
Ia semakin menundukkan wajahnya dalam.
Malu.
Sedih.
Kecewa.
Semuanya bercampur menjadi satu.
Namja cantik itu merasakan nafasnya tersendat.
Oh well Jung, kau sudah menjawab seluruh pertanyaan yg selama ini
terpendam.
Ternyata hatimu sudah dipenuhi oleh namja bernama Karam itu.
Sampai secuil ruang untukku pun sudah tak ada lagi.
“Miss? Kau baik2 saja? MISS??”
Sesak.
Jaejoong tidak bisa mengeluarkan suara selirih apa pun
kecuali erangan dan rintihan yg memilukan.
Pandangannya memburam.
Ia meringis mencengkram kepalanya yg berdenyut2.
Appo..
Appo..
BRUKK!
“MISS?!”
-------
TING TONG!
TING TONG!
AISH!!
Yunho menggeram kesal.
Siapa yg berani mengganggu tidur nyenyaknya eoh?!
Namja tampan itu melempar kasar bantal gulingnya.
Ia mengernyit melirik jam digital yg ada di atas
nakas.
Jam 1 pagi?
Biadab! Maki Yunho dalam hati.
Namja tampan itu segera berlari menuruni tangga dan
membuka pintu dengan kasar.
Ia hendak membuka mulutnya untuk memaki.
Namun mendadak suaranya tercekat ketika mata musangnya
memandang sosok rapuh yg sedang berdiri di depan pintu putih itu.
“Ja..Jaejoong
ah?” Gumam Yunho nyaris tidak terdengar.
Namja cantik itu menggertakkan giginya.
Mata beningnya yg basah menatap tajam mata musang itu.
Muak, benci, semuanya seolah terlampiaskan.
Jaejoong melupakan semua rasa takutnya saat ini.
BRUKK!
Yunho tersentak kaget.
Jaejoong melempari beberapa helai kertas yg sudah
digabungkan tepat di wajah tampannya.
“YYA---”
“KESABARANKU
SUDAH HABIS!!”
DEG.
Yunho sontak terdiam.
Jaejoong menangis.
Wajahnya pucat.
Bibirnya bergetar hebat.
“AKU PIKIR KAU
AKAN BISA BELAJAR UNTUK MEMBALAS PERASAANKU SELAMA 12 BULAN TERAKIR INI, TAPI
TERNYATA AKU SALAH!!” Teriak Jaejoong emosi.
“Jae---”
“KEINGINANMU
TERKABUL! KAU MENANG! HIKS..KAU BISA MENCERAIKAN AKU SEKARANG! HIKS..LALU
MENIKAH DENGAN KARAM! HIKS..”
Yunho membulatkan mata musangnya.
Lama ia terdiam.
Sampai kemudian seulas seringai tertarik di sudut
bibir seksinya.
“Of course, kau sudah menandatangani
semuanya kan?” Tanya Yunho.
Jaejoong meringis.
Dadanya semakin terasa sesak.
Yunho benar2 tidak pernah memikirkan perasaannya
sedikit pun.
Namja tampan itu mengambil pulpen yg ada di meja dekat
rak sepatu dan segera menandatangani semua berkas itu.
Kemudian ia menyerahkannya kembali kepada Jaejoong.
Namja cantik itu merasakan kepalanya sakit.
Nafasnya mulai berat.
“Hei, kau
baik2 saja?”
GREPP!
Yunho tersentak kaget.
Dadanya berdebar kencang.
Matanya membulat menatap Jaejoong yg memeluk dada
bidangnya saat ini.
Ia bisa merasakan tubuh namja cantik itu bergetar
hebat.
Lama mereka saling terdiam.
Membiarkan suara isakan Jaejoong terdengar
mendominasi.
Sampai kemudian namja cantik itu menarik nafas panjang
dan menyurukkan wajahnya di dada bidang namja tampan itu.
“Aku
mencintaimu Yunnie yah..” Bisiknya lirih.
Namja tampan itu tidak merespon.
Ia hanya diam.
Membuat Jaejoong menarik senyum kecutnya dan melepas
pelukannya.
Kemudian ia berjalan menjauh.
Beranjak pergi meninggalkan rumah besar itu.
-------
“Hhh..hhh”
Namja cantik itu memeluk kakinya dengan erat dan
merapatkan tubuhnya pada selimut tipis yg membalut dirinya.
Ia masih menangis dalam diam.
Mengingat seringaian Yunho beberapa jam yg lalu.
Oh well.
Jaejoong beruntung bisa mendapatkan rumah petak yg
mungil ini dengan jam tangan mahalnya.
Setidaknya ia memiliki tempat tinggal sekarang.
Namja cantik itu menyipitkan mata beningnya.
Menatap lapisan koran dan selebaran yg menutupi bagian
bolong pada dinding itu.
Sepertinya masih sangat baru.
‘Dicari: Kim Jaejoong’
DEG.
Mata bening Jaejoong membesar.
Mengerjap tidak percaya.
“E..Eunjae
Hyung..Hiks..”
Namja itu sudah lama berada di Korea?
Dan sekarang Eunjae sedang mencari dirinya?
Oh gosh.
Jaejoong semakin kencang menangis.
Perasaannya berkecamuk saat ini.
Tuhan tidak pernah tidak adil.
Disaat ia kehilangan suami tercintanya, Hyungnya
kembali muncul di hadapannya.
Pangeran Dandellion-nya.
-------
Kim Eunjae membenarkan letak kacamatanya.
Ia mengalungkan stetoskop miliknya di leher dan
berjalan menelusuri lorong rumah sakit Seoul itu.
Ah, bertahun2 mengenyam pendidikan di London
membuatnya berhasil menjadi dokter kepala spesialis penyakit Kanker di negeri
ginseng ini.
Eunjae tersenyum kecil.
Mengingat Umma dan Appanya yg tewas 8 bulan yg lalu.
Ah, dan juga adik kecilnya.
Si cantik Jaejoongie yg selama ini dicarinya.
“Dokter! Ada
yg menemukan seorang namja pingsan dengan hidung berdarah di depan tokonya!”
Eoh?
Eunjae menoleh.
Melirik seorang perawat yg terlihat panik.
Ia berlari bersama dokter kenalannya itu.
Well, ia sedang tidak memiliki jadwal padat hari ini.
Tidak ada salahnya kan melihat pasien baru itu?
“Kita harus
memanggil dokter Kim!” Ujar Yoochun panik.
Eunjae yg baru saja membuka pintu ruang ICU itu
mengernyitkan dahinya.
“Waeyo?”
Tanyanya ragu.
“OH GOSH! Kim
Eunjae! Syukurlah! Aku mendiagnosa namja cantik ini memiliki gumpalan yg
menghambat saraf otaknya!” Jerit Yoochun.
Namja hangat itu menaikkan alisnya.
Ia berjalan mendekat dan menyibak kain pembatas
ruangan itu.
DEG.
Kim Eunjae tersentak kaget.
Mata sipitnya membulat sempurna.
Jantungnya berdebar kencang.
Oh gosh!!
“JAEJOONGIE?!”
Teriaknya tidak percaya.
Namja hangat itu merasakan lututnya lemas.
Ia berlutut di samping ranjang namja cantik yg
terpejam itu.
Jemari Eunjae bergetar hebat.
Ia mengelus wajah adiknya tidak percaya.
“Jaejoongie..Joongieku...” Lirihnya berbisik.
Namja hangat itu merasakan matanya panas.
Berbulan2 dia mencari adik kandungnya di Seoul
semenjak Umma dan Appanya meninggal.
Tapi hasilnya selalu nihil.
Dan sekarang Tuhan telah mempertemukan kembali mereka
berdua.
“Yoo..Yoochun
Hyung..Apa tadi, kau bilang kalau ada gumpalan di kepalanya?” Tanya Eunjae
ragu.
Park Yoochun mengangguk.
Mata sipitnya bergerak pelan.
Sementara Eunjae kembali menatap wajah pucat Jaejoong.
Gosh..
No.
No.
No!
Eunjae menggeram kesal.
Ia menyurukkan wajahnya di sisi ranjang itu dan
menangis dalam diam.
Mengacuhkan para suster dan sahabatnya yg menatapnya
dengan tatapan iba.
-------
Yunho menghela nafasnya.
Ia beranjak turun dari mobilnya dan hendak masuk ke
dalam supermarket.
Tapi langkahnya mendadak berhenti ketika ia menangkap
sesosok namja cantik yg terasa tidak asing baginya.
Mom.
Bukankah itu Kim Jaejoong?
Mantan istrinya dulu?
“Siapa namja
yg ada di sebelahnya?”
Yunho menggumam tidak jelas seraya menatap tajam namja
hangat yg berjalan di samping mantan kekasihnya itu.
Jaejoong tampak berseri.
Pipinya terlihat memerah sempurna.
Sepertinya ia sedang terlibat perbincangan seru dengan
namja itu.
Yunho mengepalkan kedua jemarinya dengan erat.
Ketika matanya menangkap Jaejoong yg tertawa dan
memeluk erat namja asing itu.
OH SHIT JUNG YUNHO!
NAMJA SIALAN ITU SAMA SEKALI TIDAK ADA HUBUNGAN APAPUN
LAGI DENGANMU SEKARANG! BERHENTI MENATAPNYA SEPERTI ITU!!
Yunho terus menggumam tidak jelas.
Ia memalingkan wajahnya dan menggertakkan giginya
tajam.
“CIH! Kau
bilang kalau kau mencintaiku heh? Cepat sekali kau berpaling, Kim!” Umpat Yunho
merasa kesal.
Namja tampan itu memutuskan untuk segera masuk ke
dalam supermarket.
Mengacuhkan dua namja yg saling menggenggam erat itu.
Eunjae menundukkan wajahnya.
Menatap mata bening adiknya yg terlihat berkilat
senang itu sekarang.
Mereka berdua terus berjalan.
Sampai kemudian mereka berhenti di depan hamparan
bunga Dandellion berwarna putih itu.
Jaejoong segera melepas genggaman tangan Hyungnya.
Ia berlari ke tengah dan duduk di sana.
Sementara Eunjae hanya tersenyum geli dan ikut duduk
di samping adiknya.
“Sudah lama
sekali kita tidak kesini hmm?” Gumam namja hangat itu tersenyum.
Jaejoong mengangguk.
“Aku benar2
tidak menyangka bisa bertemu dengan Hyung lagi..Hehehe”
“Itu karena
Hyung rajin meniup Dandellion setiap
harinya, Joongie sayang”
“…”
“…”
“Hyung”
“Ne?”
“Kenapa..Kenapa setiap kali aku berharap pada mereka keinginanku tidak
pernah terkabul? Apakah harapanku agar Yunho bisa membalas perasaanku terlalu
mustahil untuk dikabulkan?”
Hmp.
Eunjae menarik senyum manisnya.
“Kau hanya
harus lebih barusaha” Bisiknya lembut.
Jaejoong tersenyum kecil.
Menatap jemari Eunjae yg menyodorkan sepuluh tangkai
bunga Dandellion itu.
Ia mengambilnya sedikit dan meniupnya satu persatu.
“Semoga masih
ada ruang untukku di hati Yunho..Dan semoga aku bisa hidup lebih lama lagi, aku
baru saja bertemu dengan Pangeran Dandellion-ku,
aku tidak akan rela kalau waktuku hanya sebentar untuk melihat senyuman
manisnya”
DEG.
Eunjae terhenyak mendengar bisikan lirih Jaejoongnya.
Ia terdiam.
Mata sipitnya meredup secara perlahan.
“Aku benar2
tidak berguna ania?” Bisiknya.
Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia menoleh.
“Percuma aku
belajar keras..Mendapatkan titel, dan menjadi dokter kepala bagian di rumah
sakit terhebat..Kalau nyatanya aku tidak bisa menyembuhkan adikku sendiri..”
“Bukan salahmu
Hyung..”
“Kenapa kau
terlambat Joongie? Kenapa kau tidak memeriksakan dirimu ke rumah sakit lebih
awal??”
Hmp.
Namja cantik itu menarik senyumnya.
“Aku pikir hanya
sakit kepala biasa”
“Maafkan aku
Joongie ah..”
“Ani, bukan
salahmu Hyung, sama sekali bukan..Walaupun kau mengumpulkan seluruh dokter
terhebat dari seluruh dunia pun aku tidak akan pernah bisa sembuh..Kanker
otakku sudah stadium akhir..”
“…”
“Hiks..”
Eunjae mengangkat wajahnya.
Menatap sendu Jaejoong yg terisak lirih itu.
Ia segera merengkuh bahu ringkih adik kandungnya itu.
Memeluknya dengan erat.
“Hyung tahu
kau bisa, sayang..”
“Hiks..”
Namja hangat itu tersenyum miris.
Ia mengecup lembut kepala Jaejoong.
“Karena kau
adalah Dandellion terkuat yg pernah
ada..Si topi kecil yg tidak akan pernah rapuh”
-------
Jaejoong meringis.
Ia sedang terburu2 saat ini.
Eunjae Hyung pasti menunggunya di kamar rawatnya.
Aish, hanya karena ia melupakan topi rajutnya yg
hangat itu.
DRAP DRAP DRAP!
BRUKK!
Namja cantik itu menjerit kaget.
Ia merasakan pantatnya sakit.
“Kau tidak
apa2 sayang?”
DEG.
Jaejoong terhenyak.
Gosh.
Suara bass ini, tidak mungkin!
“Yu..Yunho
ah..” Lirihnya nyaris tidak terdengar.
Namja tampan yg memakai jaket abu2 itu membulatkan
mata musangnya.
Menatap Jaejoong yg beranjak berdiri.
Ia terlihat cantik dan sedikit pucat.
“YAH! Jaga
matamu, namja jalang! Aku tidak suka melihat caramu menatap kekasihku!” Teriak
Karam kesal.
Jaejoong menolehkan pandangannya.
Dadanya kembali berdenyut.
Ia memaksakan senyumnya kepada namja manis itu.
Karam menggeram kesal.
“Untuk apa kau
tersenyum padaku eoh?! Mau membuatku menjadi sial hah?!”
Yunho melirik kekasihnya tidak suka.
Tapi Karam tidak peduli.
“Tolong jaga
bicaramu, Karam-ssi! Kenapa mulutmu bisa cadas sekali eoh?” Ujar Jaejoong
berdesis.
Mwo?
Karam menaikkan alisnya.
Ia berdecih tidak percaya.
Namja manis itu mendekati Jaejoong dan menjambak
rambut almondnya.
Membuat Jaejoong berteriak kesakitan.
Yunho yg terkejut segera memisahkan kedua namja cantik
itu.
Aigoo!
“Jae---”
BRUKK!
Namja cantik itu mengacuhkan Yunho.
Ia menubruk bahu namja tampan itu dan segera berlari
dari sana.
Meninggalkan Karam yg mendelik kesal sementara Yunho
yg kebingungan.
“Yuck! Aku tidak menarik rambutnya! Aku
hanya mencengkramnya saja! Kenapa bisa rontok sebanyak ini?” Jerit Karam jijik.
Yunho tidak menyahut.
Ia hanya mendesah pendek.
Ada sesuatu yg menyeruak di dadanya saat ini.
Dan ia takut untuk mengetahui apa itu.
-------
“Umma, kau
dengar apa yg dikatakan dokter Park ania? Kau harus banyak istirahat” Ujar
Yunho kesal.
Namja tampan itu sedang menggiring Ummanya saat ini.
Yeoja bermata kucing itu mengalami stress berat sejak
perginya Jaejoong tanpa kabar.
Ia benar2 frustasi.
Yunho menghembuskan nafasnya pelan.
Ia berjalan di samping Ummanya seraya memperhatikan
lingkungan rumah sakit itu.
SRET.
DEG!
Mata musang Yunho melebar.
Ketika pupilnya tidak sengaja melirik ke dalam ruangan
yg ada di sebelahnya melalui kaca pintu itu.
Nafasnya tercekat.
Ia segera menoleh menatap Ummanya.
“Umma! Aku
akan menyusul nanti! Umma tunggu di mobil saja!”
Jung Keybum mendesah kesal.
Ia hanya mengangguk dan berjalan menuju parkiran.
Mengacuhkan Yunho yg terpaku di depan pintu itu.
Yunho mendongak.
Menatap papan nama yg tergantung di atas pintu.
‘Ruang rehalibitasi’
Eoh?
Mata musang itu
kembali bergerak.
Masih menatap tidak percaya mantan istrinya yg sedang bercanda
bersama anak2 kecil yg duduk di sekitarnya.
Satu yg berkulit susu duduk di pangkuan Jaejoong.
Mereka semua memakai pakaian rumah sakit, termasuk
Jaejoong.
Dan Yunho bisa melihat jelas seluruh anak kecil itu
botak.
Dan ia juga ragu saat melirik Jaejoong.
Namja cantik itu memakai topi rajutnya yg berwarna
cokelat.
Sangat kontras dengan kulitnya yg pucat.
Namja tampan itu masih diam mengamati Jaejoong.
Ia melirik satu dari anak kecil itu berteriak histeris
dan menunjuk wajah cantik mantan kekasihnya.
Yunho tertegun.
Menatap darah yg mengalir dari hidung namja cantik
itu.
Jaejoong meringis.
Ia menurunkan Taemin dari pangkuannya dan merintih
kesakitan.
Suster yg berdiri di ruangan itu segera mendekati
Jaejoong dan menyuntikkan sesuatu di lengan namja cantik itu.
CKLEK!
Yunho membuka pintu itu ketika Jaejoong pingsan di
tempat.
Ia masih sempat merengkuh tubuh ringkih itu.
Jantungnya berdebar sangat kencang.
Apa yg terjadi? Pikirnya bingung.
-------
BIP.
BIP.
BIP.
Suara monitor detektor denyut jantung itu terdengar
jelas.
Mengisi keheningan ruangan.
Yunho terdiam di samping Jaejoong yg terpejam.
“Kanker otak,
sudah stadium akhir” Ujar Eunjae yg berdiri di samping Yunho.
Namja tampan itu tidak menyahut.
“Aku benci
untuk mengatakannya, tapi ia hanya menunggu waktu”
“…”
“Yunho”
“Ne”
“Saat ia
terbangun nanti, berikan ini padanya..”
Yunho menoleh.
Menatap sebuket kecil bunga Dandellion yg diserahkan Eunjae padanya.
Namja tampan itu terdiam.
Mengacuhkan sosok hangat yg sudah beranjak keluar dari
ruangan.
TES.
Namja tampan itu tidak bergeming.
Ia hanya diam.
Membiarkan tetes bening hangat itu mengalir dari sudut
mata musangnya.
Membasahi wajah tampannya.
Namja tampan itu menunduk.
Mengusap lembut sebuah cincin perak yg tersemat di
jari manisnya.
Hmp.
Yunho tersenyum kecut.
Ia tahu ia sudah sangat terlambat.
Tapi hatinya menyuruhnya untuk memakai kembali cincin
perak ini.
“Hnghhh”
DEG.
Namja tampan itu menyeka air matanya dengan cepat.
Ia menatap Jaejoong yg terbangun membuka mata
beningnya yg sayu.
“Yunho ah?”
Lirih Jaejoong kaget.
Namja tampan itu tidak menyahut.
Ia hanya menunduk sesaat.
Kemudian ia kembali mengangkat wajahnya dan memberikan
buket bunga itu kepada Jaejoong.
Namja cantik itu menaikkan alisnya.
Ia menggerakkan tubuhnya untuk duduk bersandar pada
kepala ranjang.
“Hyung yg
memberikan ini?”
Yunho mengangguk.
“Yunho ah,
bisakah kau membuka jendelanya untukku?”
Yunho kembali mengangguk.
Ia membuka jendela itu dan segera kembali duduk di
kursinya.
Jaejoong tersenyum manis padanya.
“Kau tahu ini
apa?” Bisik Jaejoong lirih.
“Bunga kapas
yg tidak bisa dimakan” Sahut Yunho asal.
Eoh?
Namja cantik itu tertawa geli.
Ia terkekeh begitu senang.
Sampai wajah pucatnya tampak merah muda.
Jaejoong terus tertawa.
Tanpa menyadari sosok tampan yg sedang mencengkram
erat jemarinya itu.
Mata musangnya bergerak pelan memperhatikan tawa manis
itu.
Tawa yg tidak pernah dilihatnya selama mereka tinggal
dalam satu atap.
“Bukan, ini
bunga Dandellion” Sahut Jaejoong
tersenyum.
“Terserah”
“Harapanmu
akan terkabul kalau kau mengucapkan permohonan sambil meniupnya”
“Aku minta
satu”
Jaejoong kembali terkekeh.
Ia menyerahkan satu tangkai kepada Yunho.
Namja tampan itu hanya diam menatap bunga itu.
Sampai kemudian ia menatap Jaejoong.
“Kalau aku
menginginkan agar waktu kembali berputar ke 6 bulan yg lalu supaya aku bisa
membalas pelukanmu waktu itu..Apakah akan terkabul?” Bisik Yunho pelan.
DEG.
Jaejoong tertegun.
Nafasnya tercekat.
Ia mengerjapkan mata beningnya tidak percaya.
“Kau harus
meniup bunganya terlebih dahulu..” Balasnya berbisik.
Yunho tersenyum kecil.
Ia menunduk dan bersiap meniup bunga mungil itu.
Namun mendadak ia beranjak bangun dan merengkuh tubuh
rapuh Jaejoong.
Mencium bibir cherrynya yg pucat.
Namja cantik itu tertegun kaget.
Ia membulatkan matanya tidak percaya.
Namun beberapa detik ketika Yunho menghisap lembut
bibirnya, mata bening itu terpejam.
Jaejoong mengangkat tangannya.
Mengusap wajah tampan mantan kekasihnya dengan
perlahan.
Ia membuka bibirnya balas mengecap bibir tebal Yunho.
Sampai kemudian Yunho terhenyak.
Bibir cherry itu berhenti membalas ciumannya.
Mata musang Yunho terbuka.
Ia menjauhkan bibirnya dan merasakan matanya panas.
Pandangannya memburam.
Ia tidak bisa merasakan nafas Jaejoong dengan benar.
“Ja..Jaejoong
ah..” Panggilnya lirih.
Hening.
Tidak terdengar sahutan apa pun.
Yunho merasakan tubuhnya bergetar hebat.
Emosinya menguar begitu saja.
“JAEJOONGIE!!
BUKA MATAMU!!”
Yunho berteriak lantang.
Tangisnya pecah.
Ia memeluk erat tubuh rapuh itu.
Tidak.
Tidak!
Ia belum mengatakan kepada namja cantik itu kalau ia
mencintainya!
Yunho terisak keras.
Ia merebut paksa buket bunga Dandellion yg ada di tangan Jaejoong dan mengambil setiap
tungkainya.
Bibir tebalnya bergetar.
Meniup lembut helaian Dandellion mungil itu.
[ “Harapanmu akan terkabul kalau kau
mengucapkan permohonan sambil meniupnya” ]
“Jaejoongie..Hiks..Buka matamu..Ireona..”
CKLEK.
Eunjae yg baru saja membuka pintu kamar rawat itu
terpaku di tempat.
Terdiam menatap adik kandungnya yg terlelap seraya
bersandar di kepala ranjang.
Mata beningnya terpejam damai.
Kemudian ia melirik Yunho yg sedang menangis seraya
berusaha meniup bunga Dandellion itu.
BRUKK!
Eunjae merasakan lututnya lemas.
Ia terjatuh.
Mata sipitnya bergerak tidak tenang.
Perasaannya berkecamuk.
Perlahan tetes bening itu ikut membasahi wajahnya.
Namja hangat itu terisak lirih.
“Bukankah
sudah pernah kukatakan padamu, Joongie ah? Kalau kau adalah Dandellion yg kuat..Kau si topi kecil yg
tidak akan pernah rapuh..”
Dan karena aku adalah Pangeran Dandellion-mu..
Aku juga akan mencoba untuk kuat..
END.
DILARANG MEMPLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN!!
Astaga. Ternyata bener. ini ff oneshot yang paling berharga yg kubaca. Nangis bener dan sumpah, sedihnya, nyeseknya, semuanya patut di acungi jempol.
BalasHapuswaaaa love it juliett very muchhhh...
bener kt vea. this is a beautiful fanfic. Pertama air mataku netes, itu saat jaejoong nemu koran dan di situ eunjae mencarinya.
And the ending.. bener fav Aquu.... beneran love it dah^^
sigh -gia s ♡♡
nangis gak yah nangis gak yah... au ahh gue nangis inih... 😭😭😭
BalasHapus