Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-lost-rainbow
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
“Aku sudah
melepaskannya, sungguh, tapi dia masih disini..”
.
.
.
TAP TAP TAP.
“Fuuuhhh..”
“Menghela
nafas sekali berarti kau membuang satu kebahagiaan dalam hidupmu, Hyung”
Hmm.
Kim Jaejoong menoleh menatap juniornya yg berwajah
imut itu.
Ia tersenyum kecil dan merentangkan tangannya.
“Sekarang aku
tarik lagi kebahagiaanku, hhhmmpppfff” Ujar Jaejoong seraya menahan nafasnya.
Kim Junsu tertawa lantang.
Ia menepuk2 pundak Jaejoong dan terkekeh geli.
AISH.
Dasar Jaejoong.
“Kajja,
sebentar lagi sejarah Virginia~!” Ujar Junsu menarik lengan seniornya itu.
Jaejoong mengeluh.
Ia tersenyum jahil.
“Bilang saja
kalau kau mau melihat Yoochun sam kan? Aish, jinjja” Ejek Jaejoong geli.
Junsu mengerucutkan bibir plumpnya.
Ia tidak peduli.
“Kajja kajja
kajja!” Teriak mahasiswa DongBang University yg berwajah imut itu.
-------
WWUUSSH~
Semilir angin terasa menyejukkan hari ini.
Padahal musim gugur masih seminggu lagi.
Aigoo.
Jaejoong semakin merapatkan Jaketnya.
Ia menghembuskan nafasnya sekali dan menyandarkan
punggungnya ke pohon pinus yg berada di belakangnya.
“Hmm” Jaejoong
menggumam kecil seraya mendongakkan wajahnya.
Menatap langit yg berwarna biru.
Biru..
Jaejoong memejamkan matanya.
Mencoba menghayati lagu terbaru boyband yg terkenal
ini.
Ia semakin menekan headsetnya ke dalam telinga dan
kembali meniupkan asap dari mulutnya.
“Im singing my
blues~”
SSRAK!
DEG!
Jaejoong membuka matanya.
Ia segera menghentikan musik yg mengalun dari
ponselnya dan membalikkan tubuhnya ke belakang.
“Kau disana?”
Hening.
Sunyi.
Senyap.
Tidak terdengar suara sahutan apapun kecuali desiran
angin sejuk yg melambai.
Jaejoong kembali memalingkan wajahnya.
Terlihat jelas raut kecewa dari wajah cantik itu.
Ia menghela nafasnya sekali lagi.
“Kau tidak
mungkin ada disana..” Gumam Jaejoong berbisik.
DDRRTT…DDRRTT…
“Um?”
“Hyung!
Kuliahmu sudah selesai ania? Kajja, susul aku di café bolero oke?”
“Let me guess,
Yoochun sam mengajakmu makan disana?”
“Bingo!”
HMP.
Jaejoong tersenyum kecut.
“Junsu,
lupakah kau? Aku benci tempat itu..” Bisik Jaejoong menahan tangis.
Terasa hening sejenak.
Namja imut itu terdengar merasa bersalah dari hembusan
nafasnya.
“Mianhae
Hyung..Aku tidak bermak---”
“Gwenchana,
kau pulang terlambat nanti?”
“Hmm,
sepertinya, kunci apertement kuletakkan di bawah pot bunga seperti biasa oke?”
“Ne”
“Anyeong
Hyung”
“Anyeong”
KLIK.
Hhhh.
Jaejoong menoleh ke atas.
Kembali menatap langit yg masih berwarna biru.
Kemudian ia memutar kembali lagu favoritnya itu.
Mata bulatnya yg bening terpejam.
Bibirnya bergerak mulai menikmati alunan lagu.
[ “Percayakah kau? Bahwa air mata terakhir
untuk seseorang yg kehilangan berbeda dengan butiran yg lainnya..Ia berwarna
biru, air mata kesedihan..” ]
“Im singing my
blues~”
Jaejoong menghentikan nyanyiannya.
Ia membuka matanya dan tersenyum kecut.
“Tapi kenapa
air mataku masih tetap bening seperti biasanya? Tidak biru seperti yg kau
katakan..” Lirihnya terkekeh.
Jaejoong menyeka kasar air matanya yg turun tanpa
diperintah.
Ia mematikan lagu sendu itu dan menukarnya dengan lagu
lain.
“Aku benci
mengakuinya, tapi aku merindukanmu..Yunnie bear..”
-------
Kim Junsu menyeruput minumannya tanpa melirik Jaejoong
yg duduk di hadapannya.
Ia tetap acuh seraya menggigit2 kecil pipet berwarna
pearl itu.
Ah, kebiasaannya yg tidak pernah berubah.
“Yoochun sam
bilang ia mencintaiku”
“Hm”
“Kami sudah
berpacaran”
“Itu bagus,
omedatou”
“Hyung”
“Hm?”
Junsu mengeluh kesal.
Jaejoong menatapnya dengan tatapan yg tidak bisa
diartikan.
Oh my.
“Aku tahu kau
masih sedih” Bisik Junsu memegang jemari Jaejoong yg berada di atas meja.
Jaejoong memalingkan wajahnya.
Ia menggeleng disela senyuman sendunya.
“Ania..” Ujar
Jaejoong lirih.
Junsu balas tersenyum.
Senyuman yg sama.
“Kau
kehilangan dia, tidak mungkin kau baik2 saja”
“Junsu..”
“Aku tahu kau
sedih..Tidak ada lagi pelukan hangat di pagi hari, tidak ada lagi bisikan rindu
di malam hari, tidak ada lagi canda tawa di senja hari, dan tidak ada lagi
sosoknya di seluruh hari..”
“Bukan Tuhan
yg salah! Bukan juga dia yg salah!”
“Jadi?”
Jaejoong menggigit bibirnya.
Ia merasakan matanya yg kembali berkaca2 untuk ratusan
kalinya sekarang.
Jemarinya yg bergetar menandakan kesedihannya yg
mendalam.
Sementara bibirnya terasa kelu untuk berkata.
Jaejoong menundukkan wajahnya.
“Aku sudah
melepaskannya, sungguh, tapi dia masih disini..” Bisik Jaejoong menggumam.
Junsu mengelus jemari Jaejoong yg bergetar, seakan
menyalurkan kekuatan untuknya.
Namja imut itu mengangkat wajah Jaejoong dengan kedua
telapak tangannya.
Ia tersenyum lembut seraya menyeka air mata Jaejoong.
“Kau bisa, kau
kuat, you’re singing your blues..” Balas Junsu berbisik.
Jaejoong terkekeh.
Ia mengangguk dan mengusap wajahnya yg sembab.
-------
“Yunnie..Yunnie..Yunnie bear..”
Namja cantik itu bersenandung lirih menyanyikan
untaian nama kesayangannya.
Ia tersenyum lembut seraya mengayunkan ponselnya yg
digenggam.
Jaejoong sedang berdiri di beranda kamarnya menikmati
angin malam yg berhembus.
[ “Hidup ini penuh warna, ada Merah untuk
setiap cinta yg mendominasi..Ada Jingga untuk kasih sayang yg menyeluruh, ada
Kuning untuk semua semangat yg hidup..Ada Hijau untuk kelembutan yg mengalun,
ada Ungu untuk rasa ego yg tinggi..Putih untuk kesendirian..Abu2 untuk
kehangatan..Dan Biru untuk kesedihan..Ah, tidak, tepatnya kehilangan..” ]
GGRT.
Jaejoong mencengkram erat ponselnya.
Ia baru saja mengetik sederet nomor yg selalu
dihapalnya.
Tapi rasa keraguan selalu muncul setiap detik2
terakhir kata hatinya.
Takut.
Ia takut.
“Yunnie
ah..Bisakah kau beritahu aku warna untuk setiap rasa takut yg selalu muncul?”
Gumam Jaejoong berbisik.
Namja cantik itu berdecak.
Ia segera menekan tombol Call dengan membuang rasa
egonya.
TUUTT..TUUTT..
“Nee?
Yeoboseyo?”
DEG!
KLIK!
“Hahh..hahhh…hh”
Jaejoong merasakan jantungnya berdebar2.
Jemarinya bergetar dan matanya membulat tidak percaya
dengan apa yg baru saja dilakukannya.
Oh god..
Suara itu..
Suara bass dengan kelembutan yg tersemat itu..
Tidak pernah berubah..
Yunho ah..
Aku merindukanmu..
“Hngh”
Namja cantik itu menarik nafasnya dalam2.
Menetralkan rasa gugup dan kacau yg menyeruak.
Ia benar2 gugup.
Ya tuhan, ada apa dengannya?
Bukankah dulu ia tidak pernah seperti ini?
Bahkan mereka selalu menghabiskan waktu semalaman
untuk mengobrol di telefon.
[ “Hitam..” ]
Itu dia.
Bisikan itu.
Kali ini suara miliknya di masa lalu.
[ “Kau tahu apa arti hitam kan BooJae?” ]
Jaejoong tersenyum kecut.
Mencoba mengingat sepotong percakapan mereka setahun
yg lalu itu.
[ “Hitam untuk keputusan yg mendalam..Akhir
dari sebuah hubungan..Tentu saja Yunho ah..” ]
GGRT.
Jaejoong mencengkram erat pinggiran beranda kamarnya
itu.
Ia menggigit bibirnya yg bergetar.
[ “Kenapa kau melakukannya? Apa alasanmu? Dan
lagi..Mana Yunnie nya? Jae??” ]
[ “Aku tidak tahu..Aku hanya merasakan warna
Hitam yg sedang mendominasi hidupku Yunho ah..Dan aku tahu ini keputusan yg
tepat..Aku ingin hubungan kita berakhir disini..Sekarang..Di hadapan laut malam
hari dengan warna yg sama..Hitam..” ]
[ “Baiklah..” ]
[ “Yun?” ]
[ “Aku mengerti..Walaupun aku tidak tahu alasan
sebenarnya yg tersembunyi..Tapi sebelum itu, maukah kau mengingatnya? Kalau
setiap Hitam yg hadir, akan dikerubungi oleh Biru..You’ll singing ur blues,
BooJae..” ]
[ “Aku tahu apa yg kuputuskan,
Yunho..Gwenchana..Warna biru tidak akan hadir selamanya, aku lebih memilih
Beige terlebih dahulu..Warna kulit..Warna kerinduan..” ]
[ “Pilihanmu milikmu, BooJae..Aku selalu
menyimpan Merah hanya untukmu..” ]
“Hiks..”
Namja cantik itu mengutuki dirinya sekarang.
Ia terduduk membelakangi beranda kamarnya.
Tangisnya kembali tumpah.
“Aku tidak
pernah tahu bear..Kalau rasanya akan sesakit ini..Hiks..”
Jaejoong menggumam dalam hati.
Aku memutuskan hubungan kita waktu itu bukan karena
alasan.
Bukan karena warna Hitam.
Tapi karena Ummamu yg memintaku untuk melepasmu.
Ia tidak ingin kau menolak beasiswa di London karena
aku, bear.
Mianhae..
-------
“Gyeouli gago, Bomi chajaojyo..Urin sideulgo
geurium soge, Mami meongdeureotjyo..I’m singing my Blues~ Paran nunmure---”
“Kenapa
dimana2 terdengar lagu itu?” Keluh Jaejoong mulai kesal.
Junsu mengangkat bahunya.
Ia memutar pandangannya ke seluruh kantin, mencari
kursi yg kosong.
“Kenapa kau
protes? Bukankah kau sendiri senang memutar lagu ini eoh?” Ujar namja imut itu
menggiring Jaejoong menuju meja yg ditemukannya.
Jaejoong mendesah.
Ia segera duduk di hadapan Junsu dan memandangi menu
kantin.
“Kurasa aku
sedang memasuki tahap Putih, Junsu ya”
“Hah?”
“Lupakan”
Namja imut itu mengerucutkan bibirnya.
AISH.
“Aku bingung
dengan kalian, kau dan Yunho, selalu berbicara menggunakan bahasa pelangi,
merah, biru, jingga, AISH, jinjja” Omel Junsu kesal.
Jaejoong terkekeh geli.
Ia menulis pesanannya di atas kertas yg tersedia.
“Itu bahasa kehidupan,
Kim Junsu, bukan pelangi, ada banyak warna yg mendominasi hidup ki---”
“Ya ya ya,
teruslah berbicara seperti itu, ceramahi saja aku, jangan pernah bosan!”
“Hehehe, kau
lucu, Junsu ah”
“Aku memang
selalu lucu ania? Kalau tidak mana mungkin Yoochun sam mendekatiku”
“Aish”
“Hahahaha”
Namja imut itu menyesap minuman yg dibawanya sejak
tadi.
Mengacuhkan Jaejoong yg menerawang melihat ponselnya.
“Lihat apa?”
EOH?
Jaejoong mengangkat wajahnya.
Ia tersenyum kecil.
“Foto”
“Yunho?”
“Um..”
“Ck, jujur
saja kenapa? Kalau memang kau merindukannya, katakan saja, memangnya aku
siapamu hah?”
“Nee neee aku
merindukan Yunho, puas?”
“Hahaha”
Ck.
Namja cantik itu mempoutkan bibirnya seraya menutup
kembali flip ponselnya.
-------
BRAKK!!
“Yunho!”
Yeoja bermata kucing itu membesarkan matanya kaget.
Menatap putra tunggalnya yg melempari seluruh barang
yg ada.
“Umma kejam!!”
Jerit Yunho emosi.
Jung Keybum tidak merespon.
Ia menarik nafasnya dan menolehkan pandangannya.
“Ini semua
Umma lakukan karena kau, Yunho! Umma peduli dengan masa depanmu!”
“Tapi Umma
tidak pernah peduli dengan rasa sakit di hatiku ania?”
“Yun”
“Please
Umma..Wae? Aku mencintai Jaejoong..Sangat!”
“Jaejoong
tidak pernah bermasalah dengan hal itu, ia menerima semuanya---”
“OF COURSE HE
ACCEPT IT!! UMMA MENGANCAMNYA!!”
UKH!
Keybum mengalihkan pandangannya.
Oh shit.
“Umma hanya
ingin yg terbaik untukmu, Yunho”
“Hanya
Jaejoong yg bisa membuatku merasa lebih baik dari apapun itu, Umma”
“Umma
bukan---”
“ENOUGH! Aku
akan pergi siang ini juga”
“JUNG YUNHO!”
“MWO?? BELUM
PUASKAH UMMA?? AKU TERPERANGKAP DI DALAM WARNA BIRU SETIAP DETIK KARENA UMMA!!
IM SINGING MY BLUES WITH MY SICKNESS!!!”
BLAMM!!
Yeoja bermata kucing itu terdiam.
Nafasnya tercekat.
Ia menoleh memandang suaminya yg tidak bersuara sejak
tadi.
“Let him go,
baby..Yunho sudah menyelesaikan studinya hanya dalam waktu 8 bulan, ia
mengambil program percepatan, bukankah itu cukup?” Ujar Jinki tersenyum.
Keybum mengusap wajahnya.
Ia terduduk di sofa.
“Bukankah kau
sendiri tahu makna dari warna yg ia sebutkan eum? Jangan bilang kau melupakan
siapa yeoja tercantik yg mengajarinya tentang warna dalam hidup”
“Aish”
Yeoja bermata kucing itu terkekeh kecil.
Ia menepuk bahu suaminya dengan gemas dan menyandarkan
wajahnya di bahu bidang namja bermata bulan sabit itu.
“Jingga..Aku
melakukannya karena seluruh Jinggaku untuknya, nae Tofu..”
CUP~
“Aku tahu
sayang, aku mencintaimu”
“Na do..”
-------
Jaejoong mengeluh dari tidurnya.
Ia baru saja menyelesaikan tugas dari Yoochun sam!
Oh come on, Sejarah Virginia itu benar2 membuat
dirinya akan muntah sebentar lagi.
Dan siapa manusia tidak tahu rotasi waktu saat ini
eoh?!
Menggedor pintu apertementnya di dini hari buta.
AISH.
Jinjja.
“Joongie
Hyuuunngggg cepat dibukaaaaaa”
“Argh”
Sekarang namja imut ini membuatnya sangat iri.
Bagaimana tidak?
Ia harus bangkit dari tidur nyenyaknya dan berjalan
menuju pintu depan sementara sepupu kecilnya ini berbaring nyaman di atas
ranjang.
“Demi Author,
akan kugoreng orang yg mengetuk pintu itu!” Rutuk Jaejoong emosi.
DOK DOK DOK DO---
CKLEK!!
“YAH!! Apa kau
tidak tahu jam be---”
DEG.
DEG DEG DEG.
“Hei”
Oh my.
Katakan ini mimpi.
Ania, ini bukan mimpi kan?
“Yu..Yunnie..”
Lirih Jaejoong bergumam.
Mata bulatnya membesar seraya menangkup mulutnya
dengan kedua telapak tangan yg mengatup.
Jantungnya berdebar2 tidak percaya.
Menatap namja tampan yg mengenakan jaket tebal
berwarna Abu2.
“Kenapa
menangis?” Tanya Yunho tersenyum.
Mengelus pipi Jaejoong yg mulai basah.
“Aku tidak
menangis! Aku tertawa!!” Jerit Jaejoong terisak.
Namja cantik itu segera merengkuh tubuh Yunho.
Memeluknya dengan posesif yg sangat erat.
“Im tired..Im
bored..Always singing my blues everysecond..” Bisik Jaejoong.
“Apa kubilang?
Setelah Hitam pasti ada biru” Ujar Yunho terkekeh.
“Ish! Kau ini!
Tidak bisakah romantis sedikit saja? Aku menunggumu selama setahun!
Merindukanmu selama 12 bulan! Menantimu selama 365 hari! Dan aku---mppphhh”
GGRTT.
“Yun..mppck..mmffhh..”
Namja tampan itu mengelus lembut tengkuk Jaejoong.
Ia membuka mulutnya meraup bibir cherry mungil itu.
Kemudian ia menghisapnya lembut seraya melumatnya atas
bawah bergantian.
CCKK.
“Sudahkah aku
romantis?”
“ISH!!”
“Aku tahu kau
menyukainya, BooJae..Kenapa kau selalu seperti ini eum?”
“Yunnieeeeee…Hiks..Bear..Hiks..Neomu bogoshippo..Hiks..”
“Ssshh”
“U..Ummamu
mengancamku..Hiks..Aku..Aku tidak tahu---”
CUP.
“Aku
mencintaimu”
Jaejoong terdiam.
Ia menatap Yunho dengan air matanya yg terus mengalir.
“Aku juga..”
Namja tampan itu tersenyum kecil.
Oh see?
Tidak butuh banyak kata untuk mengungkapkan semuanya.
Semuanya tergabung dalam satu warna yg terus dijaga seperti
janjinya setahun yg lalu ania?
Merah.
Merah.
Merah.
“Ummaku memang
sangat egois, tapi ia melakukan ini untukku”
“Hmm”
“Apa yg kau
rasakan?”
“Tidak ada”
“Ck, kau
memulai kebohonganmu lagi”
“Ania”
“Yasudah, aku
akan bertanya pada Junsu, KIM JUN---”
“BIRU!!”
“Eoh?”
“Biru, biru,
biru, biru, hijau, hijau, biru, ungu, abu2, biru, biru, putih, jingga, jingga,
biru, merah, jingga, merah, merah, beige, beige, merah, merah, dan merah..”
HMP.
Namja tampan itu menarik senyumnya.
Ia mengelus lembut wajah cantik yg sembab itu.
“Boleh
kuartikan?”
“Bisakah kau
mengingatnya? Itu cukup banyak, ada banyak war---”
“Kehilangan,
kehilangan, kehilangan, kehilangan, kelembutan, kehilangan, ego, kehangatan,
kehilangan, kehilangan, kesendirian, kasih sayang, kasih sayang, kehilangan,
cinta, kasih sayang, cinta, cinta, rindu, rindu, cinta, cinta, dan cinta..”
“I’ll never
singing my blues again, kau janji tidak akan pergi lagi dariku?”
“Seharusnya
aku yg bertanya, kau janji tidak akan berkorban untukku lagi?”
AISH.
Jaejoong berdecak kecil.
Ia mengangguk.
Kemudian ia berjinjit dan mengecup hidung mancung
Yunho.
“Merah”
Bisiknya lembut.
“Aku
mencintaimu Yunnie ya..Tanpa warna biru yg mendominasi..”
END.
-BigBang, Blue-
DILARANG MEMPLAGIAT DALAM BENTUK APA PUN!!
Saya hrus belajar warna lagi ini,, >.<
BalasHapusnice :D
BalasHapus