PART 4.
Jessica Jung menggigit bibir
bawahnya.
Mata sipitnya bergerak
gelisah.
Nafasnya masih menderu.
Sejenak ia menghembuskan
nafas panjang.
Mencoba menenangkan dirinya.
Gosh.
Apa yang terjadi padanya?
Kenapa ia bisa berteriak
lantang seperti itu kepada Jaejoong?
Yeoja cantik berambut blonde
itu menggerakkan mata sipitnya.
Memperhatikan Yunho yang
masih terpejam.
“I’m
sorry..Aku tidak bermaksud seperti itu padanya..” Gumam Jessica pelan.
Ia mengelus lembut jemari
Oppanya.
“Aku hanya kesal, kau menjadi seperti ini
karenanya Yunho ah”
Yeoja cantik itu
menenggelamkan wajahnya di pinggir ranjang.
Ia memejamkan mata sipitnya
sampai kemudian pintu kamar rawat itu terbuka.
“Bagaimana kondisinya?”
Jessica mengangkat wajahnya.
Menatap Ahra yang berjalan
ke arahnya.
“Masih seperti biasa” Sahutnya pelan.
Ahra menghela nafas.
“Aku berharap ia cepat sembuh”
“Aku juga berharap seperti itu, Ahra ya”
“Hmm..”
“Maaf, seharusnya pernikahan kalian diadakan
minggu ini, tapi---”
“Gwenchana, kita tidak bisa memaksakan ani?
Lebih baik menunggu Yunho sadar dulu”
Jessica tersenyum kecil.
Ia mengangguk dan terkekeh
ketika Ahra menepuk lembut bahunya.
“Kka, kau makan siang dulu, biar aku yang
menjaga Yunho” Ujar Ahra.
Jessica mengangguk.
Ia segera beranjak dan pergi
meninggalkan Ahra dan Yunho di sana.
-------
Namja cantik itu mengusap
air matanya untuk yang kesekian kalinya saat ini.
Mata beningnya terus memperhatikan
layar ponselnya dengan sendu.
Kenapa tidak aktif?
Kenapa tidak bisa dihubungi?
Yunho seakan menghilang
begitu saja.
Jaejoong merasakan ulu
hatinya sakit.
Ia benar-benar tenggelam
oleh rasa rindu yang mendera.
Ia ingin memeluk tubuh kekar
itu.
Menghirup wangi parfumnya.
Dan mengecup manis bibir
tebalnya.
Tapi ia tidak bisa.
“Yunnie..”
Jaejoong terisak lirih.
Ia mengusap perutnya yang
mulai menonjol.
Sudah hampir sebulan.
Dan namja cantik ini masih
menunggu sosok tampan itu.
Berharap suatu hari nanti ia
akan kembali mendengar suara bass yang dalam itu menyapanya dari pintu depan
rumahnya.
Namja cantik itu mengangkat
wajahnya ketika pintu ruang Office Boy terbuka
lebar.
Jaejoong menyeka air matanya
dan menatap Taemin yang berjalan masuk.
“Otte? Dara Nuna bilang apa?” Tanya Jaejoong
pelan.
Well yah.
Ia menyuruh Taemin untuk
menanyakan kabar Yunho dengan yeoja cantik itu barusan.
“Dara Nuna bilang Nyonya Jung menyampaikan
kabar kalau Presdir---Kalau..Ung..”
“Lee Taemin katakan padaku!”
Taemin mendesah panjang.
Ia merasakan mata bulatnya
berkaca-kaca sekarang.
Tidak.
Ia tidak akan tega untuk
mengatakan hal ini kepada Jaejoong.
“Presdir Jung telah menikah dengan
tunangannya dan menetap di London”
DEG.
Jantung Jaejoong bagai
tertikam pisau.
Sontak mata beningnya
melebar.
Nafasnya tercekat.
Sesak.
Bayang-bayang Yunho yang
memakai tuksedo dan Ahra yang berdiri di sampingnya membuatnya sulit untuk
bernafas.
Tetes bening itu jatuh.
Membasahi pipi pucat Jaejoong.
Taemin meringis.
Ia menyeka air matanya.
Tidak sanggup untuk melihat
tangis namja cantik itu.
“Ke..Kenapa..” Lirih Jaejoong nyaris tidak
terdengar.
Namja cantik itu memejamkan
matanya erat.
Mencengkram perutnya.
“Kenapa ia melakukan ini padaku Taeminnie
ah?! Kenapa ia begitu tega padaku?!” Jeritnya frustasi.
Taemin segera berlutut di
hadapan Jaejoong.
Berusaha menahan namja
cantik yang hendak mengamuk itu.
Jaejoong menumpahkan
tangisnya.
Ia tersengguk keras.
Namja berkulit susu itu
menahan tangan Jaejoong.
Ia ikut menangis di hadapan
namja cantik itu.
Perlahan Jaejoong meringis
disela tangisnya.
Kepalanya sakit.
Kemudian pandangannya
memburam.
Sampai semuanya terasa
gelap.
Taemin panik.
Ia segera memapah tubuh
Jaejoong sekuat tenaga dan membaringkannya di atas sofa yang ada.
Kemudian ia berlari
mengambil minyak angin di dalam kotak P3K dan menciumkannya ke hidung namja
cantik itu.
“Hyung..Mianhae, seharusnya aku tidak
memberitahumu..Hiks..” Isak Taemin tersengguk.
Lama ia berlutut di samping
Jaejoong.
Sampai kemudian namja cantik
itu mengeluh.
Ia membuka matanya dan
meringis.
“Hyung” Panggil Taemin menyeka air matanya.
Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya diam menatap
langit-langit ruangan.
Kemudian mata beningnya
kembali terpejam di tengah nafas yang menderu kencang.
[ “Kau
memang tidak sempurna BooJae ah, tapi dengan hatiku bersanding bersama hatimu
kau menjadi sosok paling sempurna yang pernah ada, arasseo?” ]
Yunnie ah..
[ “Tidak
ada yang bisa memisahkan kita berdua, sekali pun Ummaku, karena aku mencintaimu
dan kau mencintaiku” ]
Yunnie ah..
[ “Kka,
berbaringlah disini dan bercinta denganku” ]
Yunnie..
[ “Aku
lebih mencintaimu, sayang” ]
“Hiks..”
Jaejoong menggigit bibir
bawahnya.
Ia menutup matanya dengan
lengan kanannya.
Berusaha menahan sakit yang
menggerogoti hatinya.
Kenapa?
Kau bilang kau mencintaiku, tapi kau menikahi orang lain..
Kau mempermainkan aku..
Kau pendusta Yunnie ah..
Namja cantik itu terus
menangis.
Mengacuhkan Taemin yang
membungkam di sisinya.
-------
“Hyung, kau baik-baik saja? Benar?”
Jaejoong mengangguk.
Tersenyum kecut kepada
Taemin.
Meyakinkan namja susu itu
kalau ia bisa pulang dengan kakinya sendiri.
Lee Taemin balas tersenyum.
Ia berbalik dan berlari
menjauhi Jaejoong.
Meninggalkan namja cantik
itu sendiri di sana.
Baru saja Jaejoong hendak
melangkahkan kakinya, langkahnya terhenti.
Ketika ia melihat Jung
Keybum yang berdiri di depannya.
“Ahjuma” Panggil Jaejoong lirih.
Yeoja bermata kucing itu
tersenyum kecil.
Ia berjalan menghampiri
Jaejoong dan menyerahkan sebuah amplop kepada namja cantik itu.
Jaejoong mengernyitkan
dahinya.
“Kau kupecat”
DEG.
Mata bening Jaejoong sontak
membulat.
Menatap tidak percaya mata
kucing yang menyipit itu.
Keybum membuka jemari Jaejoong
yang terkatup agar memegang amplop itu.
“Tidak ada gunanya lagi kau bertahan disini
Kim”
“Tapi---”
“Di dalam amplop itu ada 10 lembar cek, aku
ingin kau pergi jauh dari hadapanku untuk selamanya, kalau uangnya kurang kau
bisa memintanya kepadaku”
Jaejoong tertegun.
Jemarinya bergetar pelan.
Ia memandang amplop putih
itu.
Keybum memakai kacamata GG dark blue-nya.
Ia hendak berbalik
meninggalkan Jaejoong.
Namun mendadak gerakannya
terhenti ketika namja cantik itu mencengkram kasar pergelangan tangannya.
SSRAK!
Yeoja bermata kucing itu
menaikkan alisnya.
Menatap Jaejoong yang
membanting amplop itu dengan kasar di telapak tangannya.
“Aku tahu aku hanya seorang namja miskin di
matamu Ahjuma, tapi harga diriku tidak serendah statusku di matamu!” Ujar
Jaejoong tajam.
Wajahnya tampak memerah
menahan emosi.
Keybum terhenyak.
Menatap Jaejoong yang
berjalan menjauh.
“Dengar Kim! Akan kupastikan tidak ada satu
pun lapangan kerja yang terbuka untukmu setelah kau berlaku kasar terhadapku!
Camkan itu di kepalamu!!”
Jaejoong mendenguskan
nafasnya.
Ia tetap melangkah menjauh.
Meninggalkan Keybum disana.
Namja cantik itu sesak.
Perlahan matanya kembali
berair.
Gosh.
Serendah itukah ia di mata
orang-orang?
Jaejoong mengusap wajahnya.
Ia memberhentikan langkahnya
ketika sudah cukup jauh dari perusahaan raksasa milik keluarga Jung itu.
Namja cantik itu berjongkok.
Ia menutup wajahnya dengan
kedua telapak tangannya dan kembali menangis.
Mom.
Ia membutuhkan pelukan
hangat beruang besar itu sekarang.
-------
CKLEK.
Ahra membuka pelan pintu
kamar rawat namja tampan itu.
Mata sipitnya memperhatikan
Yunho yang masih terpejam.
Ia tersenyum kecil.
Ah, entah kenapa belakangan
ini perasaannya terasa tenang saat melihat wajah tampan itu.
Padahal awal-awal ia merasa
kesal dan muak.
TAP TAP TAP.
Ahra berjalan duduk di
samping ranjang Yunho.
Ia mengetuk pelan inhalasi yang
terpasang di hidung namja tampan itu.
Kemudian ia menyunggingkan
senyum manisnya.
“Entah kenapa aku ingin kau segera bangun,
Yunho ah” Bisik Ahra pelan.
Ia menundukkan wajahnya.
Menutup kedua mata sipitnya
dan mengecup lembut dahi Yunho.
Kemudian ia mengusap rambut
cokelat itu dengan penuh sayang.
“Bagaimana bisa kau mencintai orang yang
salah?” Gumam Ahra lagi.
Yeoja berambut hitam itu
melirik tangan Yunho.
Menatap sebuah cincin perak
yang melekat di sana.
Ia meraih tangan Yunho dan
melepas cincin itu.
Kemudian ia menatap ukiran
nama yang ada di dalamnya.
‘Jung
Jaejoong’
“Eoh? Jung? Namja miskin itu sama sekali
tidak pantas menyandang margamu, sayang!” Desis Ahra emosi.
Ia menatap tajam benda
mungil itu dan mencengkramnya erat.
Ahra meringis.
Ia benci melihat ukiran nama
itu.
Yeoja berambut hitam itu
beranjak dari duduknya.
Ia berjalan ke sisi jendela
dan membuang cincin perak itu keluar.
Menatap tajam benda mungil
yang hilang di balik rerumputan tinggi itu.
Hmp.
Ahra mengulas seringai
tajamnya.
“Hanya satu cincin yang boleh kau pakai,
Yunho sayang, cincin pernikahan kita nanti” Bisiknya lirih.
CKLEK.
Ahra menoleh ke arah pintu
yang terbuka.
Tersenyum manis kepada
Keybum yang berjalan masuk.
“Umma~” Panggilnya manja.
Keybum tersenyum manis.
Ia menghampiri Ahra yang
duduk di samping Yunho sekarang.
“Waeyo? Umma terlihat sedang tidak baik”
Tanya Ahra memiringkan kepalanya.
Keybum mendengus.
“Umma sama sekali tidak menyangka kalau namja
jalang itu bisa sekasar itu terhadap Umma!” Erang Key kesal.
Eoh?
Ahra menaikkan alisnya.
“Ia membentak Umma dan menolak uang pemberian
Umma! Aigoo! Dasar miskin! Ia tidak tahu berapa jumlah uang yang ada di dalam
amplop itu, Ahra ya!”
“Aish, lalu?”
“Dia pergi begitu saja!”
“Tapi Umma sudah memecatnya ani?”
“Ne, tentu saja”
“Kalau begitu gampang, Umma tinggal mencoret
namanya dari seluruh tempat kerja yang ada di Seoul, otte?”
“Justru itu yang akan Umma lakukan, sayang”
Ahra tidak menyahut lagi.
Ia hanya mengulas senyum
manisnya.
Keybum menghela nafas.
Ia mengusap dadanya pelan.
Kemudian ia menoleh.
Memperhatikan putra
sulungnya yang masih terpejam.
“Belum ada perkembangan apa pun?” Tanya Key
lirih.
Ahra menggeleng.
Ia mengerjapkan matanya.
“Apa kita harus memindahkan Yunho dari sini,
Ahra ah? Siapa tahu Yunho akan cepat pulih jika---”
“Gwenchana Umma, yang perlu kita lakukan
hanya menunggu, ia koma, walaupun kita membawanya keliling dunia pun hanya
waktu yang bisa membuatnya kembali membuka mata”
Key mendesah.
Ia menunduk dan mengusap
lengan namja tampan itu.
Hening.
Mereka saling terdiam satu
sama lain.
Sampai kemudian Ahra
menggumam dan membuat Keybum menoleh memandangnya.
Lalu ia berucap pelan.
“Umma..Aku rasa, aku mulai mencintai Yunho..”
Keybum menggerakkan mata
kucingnya pelan.
Kemudian ia mengulas senyum
manisnya.
-------
Jaejoong menghela nafas
panjang.
Ia mendongakkan wajahnya
menatap langit sekarang.
Di pangkuannya terdapat
beberapa lembar kertas koran yang berisi lamaran pekerjaan.
Namja cantik itu menyeka
keringatnya.
Jung Keybum sama sekali
tidak pernah main-main dengan segala ancamannya.
Buktinya ia tidak diterima
di segala tempat kerja yang ada.
Mereka semua menolaknya atas
perintah dari keluarga Jung.
“Kau membuatku susah, Yunho ah” Gumam
Jaejoong lirih.
Namja cantik itu mengusap
perutnya.
“Apa kau tidak ingin bayi kita mendapat
asupan makanan yang bergizi huh?”
Jaejoong kembali melirik
kertas koran itu.
Semua tempat sudah ia
datangi.
Aish.
Lalu bagaimana?
Ia tidak punya cukup uang
untuk seminggu kedepan.
Namja cantik itu memejamkan
matanya.
Mencoba untuk tenang.
Gosh.
Berpikir, berpikir, berpikir, Kim Jaejoong.
[ “Apakah
itu makanan?” ]
Eoh?
Jaejoong tersentak kaget.
Ia membuka matanya.
[ “Aku
baru saja mendirikan café cabang di Jepang” ]
Jantung Jaejoong berdebam
keras.
Ia segera meraih dompetnya
dan mengambil satu kartu nama berwarna putih di dalam sana.
‘Leader
Of Shim’s Corp (Food Industry)’
Namja cantik itu kembali
mendongakkan wajahnya menatap langit.
Mencoba memutar pikirannya
untuk saat ini.
Well.
Ia bisa saja segera
menghubungi namja yang bernama Changmin itu.
Tapi masalahnya, apakah
Keybum sudah menghubunginya untuk mencoret namanya seperti di tempat lainnya?
Kalau iya, berarti sia-sia
saja ia menghampiri namja berwajah kekanakan itu.
Tapi..
Kalau tidak..
Jaejoong menghela nafas.
Gosh.
Ia sangat membutuhkan sebuah
pekerjaan untuk saat ini.
Bayinya membutuhkan asupan
makanan.
Tapi, Jepang?
“Aku tidak ingin meninggalkan Seoul..Terlalu
banyak kenangan disini..” Ujar Jaejoong lirih.
Ia menundukkan wajahnya.
Lama namja cantik itu
terdiam.
Sampai kemudian ia mendengar
suara perutnya yang meronta untuk diisi.
Jaejoong mendesah pendek.
Mencoba mendengarkan lagi
kata hatinya.
“Yah..Terlalu banyak kenangan..Kenangan
pahit..”
TAP!
Namja cantik itu segera
beranjak dari duduknya.
Hatinya sudah mantap.
Tekadnya sudah bulat.
Ia akan menemui Changmin dan
menerima pekerjaan yang ditawarkan oleh namja berwajah kekanakan itu.
Tidak peduli walau ia akan
diberangkatkan ke Jepang.
Namja cantik itu berlari
kencang menuju Shim’s Corp.
Ia melirik ponselnya dan
mendial nomor namja itu.
Kemudian ia menempelkan
ponselnya di telinga.
“Anyeong
haseyo”
“Ne, Anyeong do, apakah aku sedang berbicara
dengan Shim Changmin?”
“Ne,
waeyo?”
“Ini aku! Aku, Kim Jaejoong”
“Ya?”
“Kue kering! Kau ingat?”
Hening.
Jaejoong menelan salivanya.
Kaki jenjangnya masih
berlari.
“Ah!
Neee! Kau nona---tuan cantik itu ania? Aku ingat!”
“Begini Changmin ah, aku tidak ingin
berbasa-basi denganmu, aku ingin membicarakan tentang tawaranmu kepadaku waktu
itu”
“Ne,
lalu?”
“Aku..Aku menerimanya”
“Benarkah?
Aku---Ah, mianhae, sebelumnya ada yang ingin kukatakan padamu”
“Ne?”
“Kemarin
pemilik Jung’s Corp yang bernama Jung Keybum datang menemuiku”
DEG.
Sontak Jaejoong menghentikan
langkahnya.
Nafasnya menderu tidak
teratur.
Keringat dinginnya menetes
dari pelipisnya.
Jantungnya berdebar tidak
karuan.
Gosh.
Namja cantik itu terdiam.
Bibirnya terkatup rapat.
Mendengar setiap penjelasan
dari Changmin.
Lama namja cantik itu hanya
merapatkan bibirnya.
Sampai sedetik kemudian ia
membulatkan matanya dengan seulas senyum yang merekah.
“AKU AKAN KE SANA SEKARANG JUGA! TERIMA KASIH,
TUAN SHIM!”
Suara derap langkah kembali
mendominasi.
Ia terlalu senang.
Sampai rasanya jantungnya
seakan melompat keluar.
Namja cantik itu terus
berlari.
Menuju sebuah gedung mewah
dengan lambang Cupcake di puncaknya.
Oh well.
Say hello to Japan hum?
-------
Namja cantik itu terus
memperhatikan tiket pesawatnya sejak tadi.
Sesekali ia melirik ke
samping.
Menatap Changmin dan
sekretarisnya yang bernama Park Bom.
Jaejoong merasakan
jantungnya berdebar keras.
Perasaannya mulai berkecamuk
sekarang.
Beranikah ia mengambil
langkah ini?
Meninggalkan Seoul dan juga
kenangannya bersama Yunho?
“Mungkin kau tidak akan bisa kembali lagi ke
Seoul, Jaejoong ah, karena aku akan menyerahkan café cabang itu untuk kau
kelola disana” Ujar Changmin tiba-tiba.
Jaejoong menahan nafasnya.
“Kalau kau ingin, menyendirilah sebentar,
merenungkan hal yang tidak akan bisa kau temui lagi untuk yang kedua kalinya”
DEG.
Jaejoong terdiam.
Tapi ia segera mengangguk.
Kemudian ia melangkahkan
kakinya menuju kaca jendela raksasa itu.
Jaejoong menghela nafasnya.
Ia mengedarkan pandangannya
perlahan.
GRT.
Namja cantik itu mengepalkan
tangannya erat.
Tidak.
Ia tidak boleh lemah.
Keputusannya sudah bulat.
Meninggalkan Yunho dan
melupakan segala rasa sakit yang ada.
Mulai detik ini ia akan
menutup lembaran yang lama.
Kemudian membuka lembaran
yang baru.
Namja cantik itu menunduk.
Menatap perutnya yang mulai
membesar.
Jaejoong mengulas senyum
kecutnya.
Dan tentu saja bersama bayi
yang ada di dalam kandungannya saat ini.
Sementara namja cantik itu
sedang menyendiri di ujung sana, tampak suasana kamar rawat berfuniture mewah
itu terlihat lengang.
Go Ahra sedang membenarkan
letak posisi selimut Yunho yang berantakan.
Ia tersenyum kecil
memperhatikan wajah tampan itu.
Inhalasi yang terpasang
sudah dilepaskan.
Membuat wajah tampan Yunho
semakin terlihat jelas.
Yeoja cantik itu merundukkan
wajahnya.
Mengecup lembut bibir tebal
Yunho.
“Pagi, sayang” Bisik Ahra tersenyum manis.
Yeoja berambut hitam itu
baru saja hendak beranjak meninggalkan kamar.
Namun gerakannya terhenti
ketika suara lenguhan berat tertangkap di telinganya.
Ahra tersentak kaget.
Ia menolehkan wajahnya dan
membulatkan mata sipitnya.
“Yu..Yunho ah?” Lirih Ahra bergetar.
Jantungnya berdebar keras.
Sosok tampan yang masih
terbaring itu menggerakkan tangannya perlahan.
Ia membuka lebar mata musangnya.
Nafasnya tercekat.
Kepalanya terasa pusing.
Ie menoleh.
Menatap sosok yeoja berambut
hitam yang berlari dan berdiri di arahnya dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan.
Namja tampan itu
mengernyitkan dahinya.
Ia berbisik lirih.
“Siapa kau?”
TBC
:D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar