Tittle: GIVE LOVE
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-hurt-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
One and only one where’s Kim Hyunjoong is being
Jaejoongie’s elder brother.
-------
I didn’t do
anything wrong
But why you hate
me for no reason?
“Melindungi
itu...Sesuatu yang menakjubkan, iya kan?”
.
.
.
“Jaejongieeee! Ireonaaa!”
Aish.
Namja cantik itu mengerutkan dahinya
kesal.
Namun mata bulatnya masih terpejam erat
memaksa untuk tidur.
For
god sake, Kim
Hyunjoong! Ini masih jam 5 pagi!
Jaejoong segera menarik selimut tebalnya
dan menutupi seluruh tubuhnya dalam waktu singkat.
BRUKK!
“AAH! Percobaan pembunuhan!” Teriak
Jaejoong ketika Hyung kesayangannya itu melemparkan diri ke atas tubuhnya yang
terbalut selimut.
Hyunjoong tertawa.
Pria badung itu menggulingkan tubuhnya
ke kiri dan kanan melindasi Jaejoong.
Membuat pria cantik itu mendesis kesal
dan berusaha menendang Hyungnya agar laki-laki nakal itu jatuh ke lantai.
Tapi tentu saja tidak mudah untuk
mengalahkan Hyunjoong.
Pria berwajah tampan itu sudah sangat
berpengalaman dalam hal ranjang.
“Hey, kau sudah janji akan membuatkan bekal untukku hari ini!” Ujar
Hyunjoong yang sudah duduk di atas Jaejoong dan menarik-narik selimut adiknya.
“Iya aku tahu! Tapi ini masih jam 5 pagi, Hyungie!” Jerit namja cantik
itu kesal.
Wajah cantiknya terlihat memerah karena
marah.
Hyunjoong menaikkan alisnya.
“Oh ya? Kupikir ini sudah hampir jam setengah 7 pagi”
“Buka matamu lebar-lebar! Percuma saja kau tidak tidur semalaman karena
menonton anime, dasar otaku!”
“Yah! Jaga mulutmu! Kau ingin merasakan fire bending-ku eoh?!”
“Kau pikir kau itu Zuko?!”
“HIYAAHH!!”
Jaejoong berteriak-teriak berusaha
menghindar dari gelitikan Hyungnya.
Kesialan apa lagi ini eoh? Pagi-pagi
buta sudah mendapat serangan dari Hyunjoong.
Pria bengal itu memang tidak pernah bisa
melihatnya senang sekali saja!
Ish!
“Hyung, sudah, aku masih ingin tidur” Keluh Jaejoong setelah Hyunjoong
berhenti mengganggunya.
Pria badung itu tertawa.
Ia menepuk-nepuk kepala adiknya dan
segera beranjak turun dari ranjang.
“Baiklah, 5 menit dan segera turun ke bawah untuk membuat sarapan dan
bekalku, atau kau akan kuhanguskan dengan pengendalian apiku!” Ujar lelaki itu seraya
meniru gerakan-gerakan dari anime yang
baru saja ditontonnya semalaman.
Jaejoong mendengus.
Ia kembali memejamkan mata bulatnya
ketika Hyunjoong menutup pintu kamar berstiker gajah itu.
Suasana kembali hening seperti
sebelumnya.
Pria cantik itu menghembuskan nafas
panjang dan kembali membuka mata bulatnya.
Menatap pintu kamarnya yang tertutup.
Hyunjoong sialan.
Bagaimana bisa ia kembali tidur dengan
pulas kalau lima menit lagi ia harus segera membuat sarapan dan bekal eoh?
Menyebalkan.
Namja cantik itu mengubah posisinya
menjadi telentang.
Menatap langit-langit kamarnya yang
dipenuhi dengan stiker bintang yang banyak.
Stiker yang akan berwarna ketika lampu
dimatikan.
Ah, Jaejoong ingat.
Itu semua Hyunjoong yang memasangkannya.
Jaejoong tersenyum tipis.
Pria badung itu memang selalu
mengganggunya.
Tapi Hyunjoong adalah satu-satunya kakak
terbaik yang tidak akan tergantikan bagi Jaejoong.
Pria itu selalu ada di saat ia sedih dan
butuh tempat untuk berlindung.
Orang tua mereka sudah lama pergi sejak
Jaejoong masih kelas satu menengah pertama.
Waktu itu Hyunjoong sudah kelas satu
menengah atas.
Dan di usia di mana seharusnya Hyunjoong
menghabiskan waktu bersama teman-temannya, pria itu malah harus berkutat dengan
berkas-berkas perusahaan setiap sepulang sekolah.
Sejak saat itu Jaejoong menganggap
Hyunjoong adalah segalanya.
Pria badung itu entah bagaimana telah
mengambil posisi sebagai kakak sekaligus Ayah di hatinya.
Terlepas dari sifat nakalnya yang
keterlaluan, Kim Hyunjoong adalah satu-satunya yang Jaejoong butuhkan dalam
hidupnya.
Oh well,
mungkin tidak selamanya satu-satunya.
Belakangan ini pria badung itu suka
membawa teman-temannya pulang ke rumah mereka untuk menunggu jam kuliah yang
tertunda sekitar 1 atau 2 jam.
Dan di antara teman-temannya yang
berisik, ada satu yang menarik minat Jaejoong.
Pria itu sungguh tampan, baik, dan
sopan.
Sungguh tipe idaman Jaejoong.
Namanya Jung Yunho.
Tapi sayangnya pria tampan itu tidak
tertarik kepada Jaejoong.
Tidak ada yang tahu kenapa, bahkan
Hyunjoong pun tidak.
Well,
selama
Jaejoongnya tidak menangis karena Yunho, pria badung itu tidak masalah.
Ia tahu Yunho bukan tipe pria yang suka
menyakiti orang lain.
Uh—sepertinya Hyunjoong miscalculated.
-------
“Lihat, anak itu manis sekali, ya?”
“Dia memakai seragam, kira-kira apa yang sedang dilakukannya di sini?”
“Sepertinya sedang menunggu pacarnya”
Namja tampan bernama Jung Yunho itu
sedang berjalan menuju gerbang universitas.
Ia menaikkan alisnya mendengar
sayup-sayup pembicaraan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Beberapa dari mereka tampak berkumpul di
sisi kiri gerbang.
Eoh?
Ada apa? Siapa yang datang? Artis? Pikir
Yunho bingung.
“Jaejoong?”
Yunho mengerjapkan mata musangnya ketika
ia sampai di gerbang dan mendapati adik dari sahabatnya sedang berdiri di sana.
Pria itu segera menghampiri Jaejoong
yang tersenyum manis kepadanya.
“Yunnie Hyung! Kau lihat Hyungku, tidak?”
“Dia masih ada kelas”
“Kemarin Hyung meminjam tasku, aku lupa kalau kunci rumahku ada di
dalamnya”
“Jadi kau tidak bisa pulang?”
Jaejoong mengangguk.
“Ah, kau bisa tidak temui Hyung dan minta kunciku?”
“Sepertinya tidak, dosen yang sedang mengajar di kelas Hyungmu itu
sangat kejam”
Namja cantik itu menghela nafas.
Ia kembali bersandar di dinding gerbang.
“Baiklah, kalau begitu aku tunggu saja Hyung sampai dia keluar”
Yunho hanya diam.
Mengamati Jaejoong yang terlihat
berkeringat.
Matahari siang ini memang panas sih.
Eh, tunggu, Yunho teringat sesuatu.
“Kau sudah makan, Joongie?” Tanya pria tampan itu semakin lekat
memperhatikan namja cantik itu.
Wajahnya terlihat pucat.
“Uhm, belum..Aku lupa membawa ponselku hari ini, jadi lebih baik aku
menunggu di sini saja, Yunnie Hyung pulang saja duluan” Ujar Jaejoong
tersenyum.
Yunho segera mengeluarkan ponselnya.
Ia menunduk dan mengetik sesuatu di
sana.
Membuat Jaejoong memandangnya bingung.
Beberapa saat kemudian pria tampan itu
menyimpan ponselnya dan menarik tangan Jaejoong hingga namja cantik itu
terkejut.
“Aku sudah mengirim pesan untuk Hyungmu kalau kita menunggunya di cafe biasa,
kajja, kau harus makan siang sebelum kau pingsan” Ujar Yunho tanpa melirik
Jaejoong.
Mata besar Jaejoong membulat sempurna.
Dalam sekejap wajah pucatnya menjadi
merah.
Oh tidak! Yunho mengkhawatirkannya!
Apakah itu tandanya Yunho juga suka
padanya?
Omo omo!
“Ne Hyung, gomawo” Ujar Jaejoong tersenyum malu.
.
.
.
“Silahkan, pesanannya”
“Ne, gomawo Nuna”
Wanita cantik itu tersenyum manis dengan
pipi merona mendapat senyuman manis dari Jaejoong.
Ia mengangguk dan segera beranjak
meninggalkan meja tersebut.
Yunho masih diam.
Memperhatikan beberapa pelanggan yang
tampak mencuri-curi pandang ke arah Jaejoong.
Pria tampan itu berani bertaruh kalau
beberapa pelayan cafe yang sedang berkumpul itu sedang membicarakan namja
cantik ini.
Adiknya Hyunjoong memang cantik.
Manis, lucu, dan baik.
Tentu saja semua orang menyukainya.
“Hyung tidak makan?” Tanya Jaejoong melihat Yunho yang terlihat sibuk
memandangi isi cafe.
Namja tampan itu menoleh, menatap
Jaejoong yang memandangnya dengan pipi menggembung penuh.
Ia tersenyum tipis.
“Kau saja, aku masih kenyang”
“Makan di kantin, ya?”
“Bekal”
Jaejoong terdiam.
Memainkan sumpitnya di atas udang goreng
tepungnya seraya mengunyah dengan lamban.
“Bekal..Dari siapa, Hyung?” Tanya Jaejoong lirih.
Ponsel Yunho bergetar, pria tampan itu
segera menggeser layar ponselnya dan mengetik sesuatu di sana.
“Hyung” Panggil Jaejoong mengingatkan.
“Ah, bekal dari tunanganku” Sahut Yunho cepat, masih fokus dengan
ponselnya.
Jaejoong terdiam.
Mata besarnya mengerjap.
Nafsu makannya hilang seketika.
Pria cantik itu menunduk dan mencengkram
erat sumpitnya.
Sial.
Seharusnya ia tidak bertanya.
Seharusnya ia tidak menuntut jawaban.
Jaejoong sudah tahu kalau Yunho sudah
mempunyai tunangan.
Seorang gadis cantik bernama Ahra yang
juga satu kampus dengan pria itu dan juga Hyungnya.
Tapi tetap saja ini perasaan suka yang
tidak mudah untuk dihentikan.
“Hyunjoong bilang ia sedang dalam perjalanan ke sini, kelasnya berakhir
lebih cepat dari biasanya” Ujar Yunho kembali menyimpan ponselnya.
Pria itu menaikkan alisnya, menatap
Jaejoong yang menunduk dalam diam.
“Jae? Kenapa tidak dimakan?”
“Ah?”
Namja tampan itu tertegun ketika pria
cantik itu mengangkat wajahnya dan melihat setetes air mata jatuh membasahi
pipinya.
Jaejoong segera mengusap wajahnya dengan
lengan dan memakan udang gorengnya dengan cepat.
Tidak mengacuhkan Yunho yang masih
memperhatikan dirinya.
“Waah! Udang goreng tepung! Kesukaanku!” Seru Hyunjoong menghampiri meja
mereka berdua.
Namja bengal itu segera mencomot udang
milik adiknya dan memiringkan kepalanya bingung ketika Jaejoong tiba-tiba
berdiri dari duduknya setelah menutup mulut penuhnya dengan tissue.
“Hyung, ayo pulang” Ujar pria cantik itu memakai tasnya.
Hyunjoong menatap bingung Jaejoong yang
sudah berjalan menuju pintu cafe.
Kemudian ia menoleh kepada Yunho yang
masih diam di kursinya.
Tatapan pria bengal itu menajam, menatap
tidak senang wajah tampan Yunho.
“Apa yang kau lakukan padanya?” Tanyanya dingin.
Yunho terkejut.
Ia segera menggeleng dengan cepat.
“Aku sendiri juga tidak tahu, tiba-tiba saja ia—”
“Oke, baiklah, aku pulang dulu, makanannya sudah kubayar tadi”
Yunho mengerutkan dahinya.
Menatap Hyunjoong yang kembali seperti
biasa dan tersenyum kepadanya.
Mata musang Yunho terus memperhatikan
punggung sahabatnya hingga pria tampan itu beranjak keluar dari cafe.
Yunho menghela nafas dan bersandar pada
sandaran di kursinya.
Ia—salah, ya?
-------
“Hyung, apa kau tahu kenapa Appa membiarkan dirinya ikut tertabrak
bersama Umma padahal Appa tahu kalau mobil itu hanya mengincar Umma?”
Pria berambut cokelat itu meletakkan dua
gelas cokelat panas di atas meja dan ikut duduk di samping adiknya.
Matanya memandang pemandangan senja dari
beranda tempat mereka duduk.
Ia menghela nafas.
Pembicaraan seperti ini biasanya selalu
mereka hindari sebisa mungkin.
Tapi mungkin sudah saatnya Jaejoong
untuk tahu.
“Itu namanya melindungi, Jaejoongie” Sahut Hyunjoong menepuk kepala
Jaejoong yang bergelung dalam selimutnya.
“Melindungi?” Gumam Jaejoong pelan.
“Ya, menghalangi apapun yang dapat membahayakan orang yang kita sayangi”
“Kenapa mobil itu mengincar Umma?”
“Uri Umma sangat cantik, banyak pria yang jatuh cinta kepadanya”
“Itu aku tahu, dulu kita selalu mendapat kiriman bunga dari orang asing”
“Yah, salah satu dari orang-orang itu berniat mencelakai Umma karena
tidak rela ia dimiliki Appa”
Jaejoong mendengus.
Mata besarnya berkaca-kaca.
“Hanya karena cemburu..Apa ia tidak memikirkan bagaimana nasib keluarga
wanita itu? Bagaimana anak-anaknya? Kenapa kejam sekali” Gumam Jaejoong nyaris
tidak terdengar.
Hyunjoong menghela nafas.
Ia mengangkat bahunya dan menyeruput
cokelat panasnya.
“Yah, orang itu sudah mendapat balasan yang setimpal, dipenjara seumur
hidup cocok untuknya” Balas namja berambut cokelat itu santai.
“Hyung, kalau sesuatu terjadi kepadaku, apa kau juga akan seperti Appa?
Melindungiku?”
“Mwoya? Kau ini bicara apa? Tentu saja aku akan melindungimu! Kau itu
satu-satunya pembuat bekal terbaik tahu!”
“Jadi selama ini kau menganggapku pembantumu?”
“Itu kau yang bilang, bukan aku!”
“Aish!”
Jaejoong menendang kaki Hyungnya kesal.
“Terus kalau kau harus memilih aku atau pacarmu kau pilih siapa?”
“Aku tidak punya pacar, anak cengeng”
“Kan seandainya, Hyung! Kau ini menyebalkan sekali eoh!”
“Kenapa marah-marah? Aku sudah pasti akan memilihmu!”
“Kenapa tidak pacarmu? Kau kan cinta padanya”
“Dasar bodoh, darah itu lebih kental dari pada air asal kau tahu saja”
“Apa hubungannya darah dengan memilih? Kan tidak ada yang tertembak di
sini”
“Aduh, adikku yang cantik, kau ini kenapa bodoh sekali sih?”
“Aw! Sakit, Hyung!”
Jaejoong meringis, pria tampan itu
mencubit pipinya dengan gemas dan menarik-nariknya hingga pipi pria cantik itu
memerah.
Hyunjoong menggeleng prihatin seraya
kembali meminum cokelat panasnya.
Sementara Jaejoong sudah mengusap-usap
pipinya yang perih.
“Hyungie”
“Apa?”
“Melindungi itu..Sesuatu yang menakjubkan, iya kan?”
“Hm..Kau benar”
Kakak beradik itu duduk bersandar di
sandaran sofa.
Mengamati langit senja yang membiru dan dipenuhi
dengan bintang.
Dulu sekali, mereka pernah seperti ini.
Hanya saja saat itu Hangeng dan Heechul
masih ada.
Jaejoong menghela nafas dan memejamkan
matanya ketika angin malam menerpa wajah cantiknya.
Ia juga ingin, bisa melindungi seseorang
yang ia sayangi seperti Appanya.
Romantis sekali, seperti cerita di buku
komik.
-------
“Iya aku tahu, aku sudah di depan gerbang kampusmu sekarang” Ujar
Jaejoong melalui ponselnya.
Pria cantik itu terus berjalan memasuki
kawasan universitas tempat Hyungnya belajar.
Tidak mengacuhkan pandangan kagum dari
orang-orang yang ada di sekitarnya.
Ia sudah terbiasa menjadi pusat
perhatian karena wajah cantiknya.
Namja cantik itu sudah melihat daerah
kantin fakultas Hyungnya dan terkejut ketika menyadari pria yang disukainya
juga duduk di sana.
Bukan, bukan Yunho.
Tapi gadis cantik yang duduk di samping
pria tampan itu.
Jaejoong baru saja akan berbalik dan
meninggalkan tempat itu, tapi Yoochun dan Changmin sudah lebih dulu melihatnya.
Kedua anggota geng Hyunjoong itu segera
berteriak-teriak memanggil Jaejoong.
Membuat pria cantik itu meringis dan
terpaksa berjalan menghampiri meja mereka.
“Selamat siang” Sapa Jaejoong berusaha untuk tidak melihat wajah Yunho.
“Yah Jaejoongie, sudah lama sekali eoh? Aku sangat sibuk akhir-akhir
ini, jadinya jarang main ke rumah” Ujar Yoochun seraya tersenyum manis.
“Iya, minggu-minggu ujian seperti ini membuatku stress, aku rindu
masakanmu, Jaejoongie” Cetus Changmin memakan mienya.
Jaejoong tertawa kecil mendengar keluhan
dua pria yang selalu berisik ketika bertemu dengannya.
Yoochun dan Changmin itu sudah seperti
Hyungnya yang lain.
“Kupikir hanya ada kalian seperti biasanya, tidak kusangka ada orang
lain di sini” Ujar Jaejoong tersenyum tipis.
Masih menatap Yoochun dan Changmin.
Ahra tersentak mendengar ucapan
Jaejoong.
Wajahnya memerah malu.
Ia menunduk dan menggigit bibir
bawahnya.
Ia memang memaksa Yunho untuk membawanya
ikut serta tadi.
Selama ini pria tampan itu tidak pernah
mengajaknya bergabung bersama teman-temannya.
“Wow, Jaejoongie, belajar dari siapa berbicara seperti itu eoh?” Ujar
Hyunjoong yang masih memilih-milih daging di piring mienya.
“Dariku! Masalah untukmu? Muridku ini sangat cepat dalam hal belajar!”
Sahut Changmin tertawa.
Yoochun dan yang lainnya ikut tertawa.
Hanya Ahra dan Yunho yang masih diam.
“Kau tidak menyapa Yunho? Biasanya dia duluan yang kau teriaki” Celetuk
Yoochun menunjuk Yunho dengan sumpitnya.
“Sesekali berbeda tidak apa, kan? Lagi pula aku sudah bertemu dengannya
kemarin” Balas Jaejoong tersenyum.
“Kau bahkan tidak menyebut namanya, ada apa dengan kalian? Yunho,
bertengkar ya?” Ujar Changmin menaikkan alisnya.
Namja tampan itu masih merapatkan
bibirnya.
Ia hanya memperhatikan gerak-gerik
Jaejoong yang tidak seperti biasanya.
Kentara sekali Jaejoong sedang
menghindar darinya.
Darinya—atau darinya dan Ahra eoh?
“Sudah, jangan menganggu adikku, biarkan ia makan siang dulu” Ujar
Hyunjoong seraya menyodorkan sepiring nasi goreng di depan Jaejoong.
“W—Wah, kita sama ya, Jaejoongie? Aku juga suka nasi goreng”
DEG.
Jaejoong terdiam.
Menatap piringnya dengan perasaan yang
bergejolak.
Benci.
Ia benci mendengar suara manis itu.
“Bukan aku yang suka, tapi Hyungku” Sahut Jaejoong pelan.
Yoochun dan Changmin melirik Hyunjoong.
Pria badung itu mengangkat bahunya.
Ahra salah tingkah.
Ia mengusap rambutnya ke belakang
telinga dan tersenyum canggung.
“Sudah kukatakan kau tidak cocok di sini, sana, kembalilah ke meja
teman-temanmu” Ujar Yunho akhirnya mengeluarkan suara.
Gadis cantik itu semakin malu.
Wajahnya memerah dengan bibir yang
digigit dari dalam.
“Ma-Maafkan aku” Gumam gadis cantik itu segera beranjak dari duduknya.
Jaejoong mengunyah nasi gorengnya dalam
diam.
Masih menunduk berusaha tidak memandang
wajah Yunho.
“Yang tadi itu kejam sekali” Ujar Yoochun dan Changmin hampir bersamaan.
Namja tampan itu menghela nafas.
Ia meminum jusnya.
“Kita ini kumpulan lelaki, aku hanya tidak suka ada seorang gadis di
sini, mengganggu sekali” Ujar Yunho datar.
“Kan hanya sekali ini saja, dia itu tunanganmu, kau akan segera menikah
dengannya, tentu saja ia ingin mengakrabkan diri dengan—”
Yoochun berhenti berbicara.
Ia dan yang lainnya mendongak kepada
Jaejoong yang berdiri dari duduknya.
Pria cantik itu mendorong piringnya dan
beranjak dari kursinya.
“Aku baru ingat—aku ada janji dengan temanku” Ujar Jaejoong seraya
berlari meninggalkan kantin tersebut.
Tidak mengacuhkan Yoochun dan Changmin
yang memanggil-manggil namanya.
Hyunjoong berdecak kesal.
Ia melompat dari kursinya dan segera
memukul kepala Yoochun sebelum ia berlari menyusul adik kesayangannya.
“Ada apa dengan mereka berdua?” Tanya Yoochun seraya mengusap kepalanya.
Changmin mengangkat bahu, ia kembali
meneruskan makannya.
Sementara Yunho hanya terdiam mengamati punggung
Hyunjoong yang menjauh.
.
.
.
“Kau pikir melarikan diri seperti itu sudah cukup keren, eoh? Kau
terlihat menyedihkan tahu!” Seru Hyunjoong seraya memukul kepala adiknya.
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Masih berjalan cepat di pinggir jalan.
“Berisik! Jangan campuri urusanku!” Ketus Jaejoong kesal.
“Urusanku juga karena yang kau sukai itu sahabatku!” Balas Hyunjoong
ikut kesal.
Jaejoong berhenti melangkah.
Ia meninju bahu Hyungnya dan menatap
marah wajah tampan pria bengal itu.
“Jangan ikuti aku! Kembalilah pada teman-temanmu!”
“Supaya kau bisa berjongkok di pinggir jalan dan menangisi dirimu eoh?”
“Lalu kenapa kau mengejarku ke sini! Hyung bodoh!”
“Tentu saja supaya kau menangis di dadaku yang berotot ini, anak
cengeng!”
Jaejoong terkejut saat Hyunjoong menarik
kepalanya dan menjatuhkannya di pelukan pria tampan itu.
Hyunjoong memeluknya erat.
Membuatnya meringis merasa dirinya
begitu menyedihkan seperti yang Hyungnya katakan.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk
membuat Jaejoong meneteskan air matanya.
Pria cantik itu segera menumpahkan
tangisnya di dalam pelukan Hyunjoong.
Untung saja jalanan cukup sepi.
Namja berambut cokelat itu menghela
nafasnya dan menepuk-nepuk kepala adiknya pelan.
“Jangan pikirkan ucapan Yoochun, belum tentu Yunho akan menikah dengan
gadis itu”
“Mereka sudah cukup lama bertunangan, tentu saja tidak lama lagi mereka
akan menikah!”
“Aduh, malangnya adikku”
“Kau seharusnya menghiburku, bukan malah menyumpahiku, Hyungie!”
“Kau ini banyak sekali mintanya, aku pusing”
Jaejoong mencubit pinggang Hyunjoong
hingga pria bengal itu meringis kesakitan.
Ia mendorong Hyungnya dan kembali
berjalan meninggalkan lelaki itu di belakangnya.
Hyunjoong menghela nafas.
Ia memutar tubuhnya dan berjalan menuju
gerbang universitasnya.
“YAH! Kenapa kau malah berjalan ke sana?! Seharusnya kau mengejarku!”
Teriak Jaejoong menyadari Hyungya sudah menjauh.
“Mie dagingku belum habis! Itu mahal tahu!” Balas Hyunjoong berteriak.
Jaejoong melotot.
Ia segera berbalik dan berlari dari
sana.
Meninggalkan Hyunjoong yang sudah
tersenyum tipis.
“Aku tahu kau bisa mengatasi ini, Jaejoongie, kau belum membutuhkan aku”
Gumamnya pelan.
Namja berambut cokelat itu menaikkan
alisnya melihat Yunho sudah berdiri tidak jauh darinya.
Ck.
Pria bengal itu segera menghampiri Yunho
dan menatap tajam mata musangnya.
“Aku mengingatkanmu, Jung Yunho, sebaiknya kau segera menemui adikku dan
menjelaskan semuanya kepadanya, berhenti membuatnya menangis karena aku benci
itu. Aku sudah bersusah payah untuk mengembalikan senyumannya selama ini, awas
saja kalau kau berani merusaknya”
“Ya”
Hyunjoong mengalihkan pandangannya.
Ia kembali melanjutkan langkah kakinya
tanpa mengacuhkan Yunho yang masih berdiri di belakangnya.
-------
Jaejoong terkejut ketika ia keluar dari
gerbang sekolahnya ia mendapati sosok Jung Yunho yang sedang menunggunya di
sana.
Pria cantik itu menunduk dan mempercepat
langkahnya.
“Jaejoong!”
Yunho mengerutkan dahinya.
Ia berlari mengejar Jaejoong yang sudah
berdiri di halte bus.
“Kenapa kau menghindariku?!” Seru Yunho kesal.
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Ia mendongak menatap wajah tampan Yunho.
“Seharusnya kau senang karena aku sedang berusaha untuk melupakanmu!”
DEG.
Yunho terkejut.
Mata musangnya mengerjap menatap
Jaejoong yang tersenyum kecut kepadanya.
“Selama ini kau tahu kalau aku menyukaimu, kan? Kau tahu! Kau yang
paling tahu! Tapi kau masih saja menyakiti perasaanku!” Ujar Jaejoong tercekat.
“Aku tidak menyakiti perasaanmu, kau hanya harus menghadapi kenyataan
kalau aku sudah bertunangan dengan Ahra” Balas Yunho berusaha untuk tidak
membentak adik kesayangan Hyunjoong itu.
“Jangan sebut nama gadis itu! Aku benci mendengarnya!”
“Ia sama sekali tidak bersalah di sini, kau saja yang bersikap
keterlaluan kemarin, kenapa kau menjahatinya seperti itu? Kau tidak seperti
Jaejoong yang kukenal”
“Karena kau memang tidak mengenalku! Kau tidak pernah melirikku sedikit
pun padahal aku sudah terang-terangan mendekatimu, kau bahkan menyelamatkan
Ahra dariku kemarin!”
“Justru aku menyelamatkanmu darinya! Aku tahu hatimu sakit melihat Ahra
di sana kemarin!”
“Sudahlah, nikahi saja gadis itu, aku menyerah! Aku lelah menunggumu
memberikan cintamu kepadaku! Tidak pernah ada perasaan yang cukup untukku!”
Yunho menggertakkan giginya.
Ia mendorong bahu Jaejoong hingga pria
cantik itu terdorong ke belakang.
“Aku juga suka padamu! Tapi orang tuaku memintaku untuk bersama Ahra!
Kau puas?! Aku tidak bisa mengecewakan orang tuaku, kau tidak akan mengerti
karena kau tidak memiliki orang tua sepertiku!”
DEG!
Yunho terdiam dalam sekejap.
Nafasnya tercekat.
Menatap wajah pucat Jaejoong yang
terkejut karena ucapan kasarnya.
Mata besar itu menatapnya tidak percaya.
Yunho memalingkan wajahnya ketika air
mata Jaejoong jatuh.
Namja tampan itu segera melangkahkan
kakinya menghindari Jaejoong.
“YYA! Lampunya masih hijau!” Teriak seorang wanita dari belakang.
Namja tampan itu terkejut dalam langkah
kakinya.
Ia menoleh ke samping dan membulatkan
mata musangnya mendapati sebuah mobil berwarna putih yang melaju kencang mendekati
dirinya.
Yunho baru saja akan berlari, namun
detik berikutnya yang ia tahu, sesuatu menabrak dirinya hingga membuatnya
terjatuh ke trotoar.
Telinga Yunho berdenging.
Mata musangnya mengerjap buram,
kepalanya terasa pusing.
Ia melihat orang-orang yang segera
berlari ke jalanan.
Pria tampan itu mengerutkan dahinya.
Mereka tidak berlari ke arahnya.
Yunho beranjak duduk di aspal, kemudian
ia menoleh ke belakang dan merasakan jantungnya berhenti dalam sekejap.
Mata musangnya membulat.
Menatap Jaejoong yang tergeletak di
jalanan dengan darah yang merembes membasahi pakaiannya.
Ya Tuhan—
.
.
.
BRAKK!
Changmin
dan Yoochun refleks menahan kedua tangan Hyunjoong ketika mereka sampai di
rumah sakit dan pria berambut cokelat itu segera menghajar Yunho hingga namja
tampan itu terjatuh ke lantai.
Deru
nafas Hyunjoong terdengar berat dan tidak beraturan.
Wajah
tampannya merah.
Matanya
menatap tajam Jung Yunho seolah ia ingin membunuh pria itu.
Yunho
mengusap bibirnya yang berdarah.
Memandang
sahabatnya yang terlihat sangat kacau.
Hyunjoong
menatapnya dengan penuh kebencian.
Namja
tampan itu tercekat saat air mata menetes dari mata Hyunjoong yang merah.
“Aku hanya punya Jaejoong di dunia ini! Hanya
dia yang kumiliki! Kenapa kau menyakitinya sampai seperti ini?!” Teriak pria
itu serak.
“Mianhae Hyun ah—” Lirih Yunho menyesal.
“Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak
menyakitinya! Seharusnya kau yang tertabrak! Seharusnya kau yang ada di dalam
ruang operasi! Bukan Jaejoong!”
Yoochun
dan Changmin menarik Hyunjoong dengan kuat, mereka menyandarkan pria itu di
dinding dan menahan kedua sisi tubuhnya.
Yunho
masih terduduk di lantai rumah sakit.
“Pergi dari hadapanku Jung Yunho!!” Teriak
Hyunjoong penuh kemarahan.
Yoochun
dan Changmin menatap Yunho dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Namja
tampan itu beranjak bangun dari duduknya.
Ia
membungkukkan tubuhnya di hadapan ketiga sahabatnya.
“Aku
sungguh minta maaf, Hyunjoong ah, aku akan datang lagi nanti” Ujar pria tampan
itu lirih.
Yunho
segera beranjak meninggalkan koridor sepi itu.
Yoochun
melepaskan pegangannya pada Hyunjoong, membantu namja berambut cokelat itu
untuk duduk di kursi yang tersedia.
Sementara
Changmin berinisiatif untuk membelikan Hyunjoong minuman agar pria itu sedikit
tenang.
-------
CKLEK.
Hyunjoong
menoleh, menatap Yoochun yang tersenyum kepadanya.
Namja
berambut cokelat itu tersenyum tipis.
Membiarkan
sahabatnya yang satu itu menaruh bungkusan roti di atas meja nakas dan duduk di
samping Hyunjoong.
Mata
sipit Yoochun bergerak pelan, memperhatikan jendela kaca yang terbuka, membuat
gorden berwarna putih itu bergoyang-goyang karena angin.
Sedetik
kemudian ia kembali melihat garis-garis yang terlihat seperti rumput di layar
monitor yang terpasang di dinding serta tabung oksigen yang besar.
“Masih belum bangun, ya?” Tanya Yoochun
memperhatikan wajah pucat Jaejoong yang masih terpejam.
Pipi
mulus itu kini penuh dengan goretan merah karena terbentur aspal.
“Dokter bilang tidak jelas kapan ia akan
bangun” Gumam Hyunjoong masih memperhatikan wajah adiknya.
Padahal
baru dua hari, tapi ia sudah sangat merindukan suara cempreng adiknya yang suka
sekali berteriak-teriak itu.
Hyunjoong
tersenyum tipis.
“Aku baca di internet pasien koma itu
tidurnya bisa sampai bertahun-tahun”
Yoochun
meringis.
Hyunjoong
baru saja memukulnya dengan botol minum.
“Jaga mulutmu!” Desisnya kesal.
Pria
berpipi chubby itu menyengir tanpa dosa.
Ia
bersandar di kursinya dan memperhatikan sahabatnya diam-diam.
Hyunjoong
terlihat kacau.
Raut
wajahnya lelah dan penuh tekanan.
Bahkan
penampilannya tidak serapi biasanya.
Pasti
sangat berat, pikir Yoochun dalam diam.
Hyunjoong
mengambil beban yang cukup besar di pundaknya.
Yoochun
tahu kalau sahabatnya itu sebenarnya laki-laki yang tidak pernah mau terikat
dalam kewajiban apapun sebelum ia menikah suatu saat nanti.
Tapi
kematian yang merenggut kedua orang tuanya membuatnya mau tidak mau harus
menggantikan posisi ayahnya demi Jaejoong.
Apapun
itu akan dilakukannya agar adik kesayangannya bisa tersenyum bahagia.
“Changmin di luar, menemani Yunho yang
menunggumu” Ujar Yoochun menghela nafasnya.
“Aku tidak akan melihat wajahnya sampai
Jaejoong bangun dan menceritakan apa yang terjadi kepadaku” Balas Hyunjoong mengerutkan
dahinya.
“Seratus tahun sekalipun?”
“Kau pikir adikku putri duyung?!”
“Aku kan hanya bertanya”
Hyunjoong
berdecak.
Ia
menoyor dahi Yoochun yang lebar hingga pria berpipi chubby itu menjerit-jerit
tidak terima.
“Beritahu Yunho kalau aku masih dalam keadaan
stress, aku akan membiarkan ia masuk kalau aku sudah cukup tenang”
“Kau tidak boleh mengabaikannya seperti itu,
aku dan Changmin sudah tahu kalau adikmu menyukainya. Mungkin saja Jaejoong
akan bangun kalau ia bertemu dengan Yunho”
“Sebaiknya kau mengganti hobimu membaca buku
dongeng, Park Yoochun”
Namja
chubby itu mengernyit.
Ia
menarik rambut Hyunjoong dan segera melarikan diri dari sana sebelum pria
bengal itu melemparinya dengan vas bunga.
Hyunjoong
menghela nafas panjang.
Ia
mengusap wajahnya dan menumpu dagunya di pinggir ranjang Jaejoong.
“Cepatlah bangun, Hyung rindu bekalmu”
Bisiknya lirih.
-------
“Jaejoongie ireonaaa!”
Namja
bengal itu menggoyang-goyangkan tubuh adiknya.
Ia
menepuk-nepuk lengan Jaejoong dan menggelitiki pinggangnya.
Tapi
tidak ada reaksi.
Masih
seperti biasanya.
Adiknya
masih koma.
“Hei, kau sudah ketinggalan pelajaran selama
sebulan, mau mengulang semester eoh?” Ujar Hyunjoong seraya merapikan selimut
tebal yang sudah ia acak.
Pria
berambut cokelat itu sedang memasuki libur semester sampai saat ini.
Membuatnya
mudah untuk menjaga Jaejoong.
CKLEK.
Hyunjoong
menoleh ketika pintu kamar rawat terbuka.
Ia
pikir itu Changmin yang mengantarkan susu untuknya.
Tapi
ternyata ia salah.
Itu
Yunho.
“Pagi” Sapa Yunho masih berdiri di pintu.
Hyunjoong
menghela nafas.
Ia
terdiam sesaat melirik wajah damai adiknya.
Kemudian
ia kembali memandang Yunho.
“Pagi” Balasnya singkat.
Ah,
rasanya sudah lama sekali ia tidak berbicara dengan namja tampan ini.
Ia
memang mengatakan akan menemui Yunho kalau ia sudah tenang.
Tapi
nyatanya tidak sekalipun ia bertatap muka dengan namja tampan itu sampai detik
ini.
Yunho
yang mendengar balasan dari Hyunjoong pun terkejut.
Mungkin
sudah saatnya, pikir pria tampan itu dalam diam.
Ia
beranjak memasuki kamar rawat tersebut dengan ragu.
Tapi
Hyunjoong tidak mengusirnya seperti biasa.
Jadi
ia memberanikan dirinya untuk melangkah lebih jauh.
DEG.
Yunho
tertegun memandangi wajah pucat Jaejoong yang terpejam.
Ia
tidak pernah lagi melihat namja cantik ini sejak Hyunjoong memukulnya waktu
itu.
Sudah
sebulan, Yunho perhatikan rambut hitam Jaejoong tampak semakin panjang.
Ia
tersenyum tipis.
“Aku memutuskan Ahra” Ujar Yunho singkat.
Hyunjoong
mengangkat wajahnya.
Menatap
Yunho yang masih memperhatikan adiknya.
“Orang tuaku sangat marah, mereka mengancam
akan mengusirku dari rumah karena sudah mempermalukan mereka” Sambungnya
tersenyum kecil.
Hyunjoong
masih diam.
“Tapi akhirnya mereka menerimaku kembali
setelah aku menceritakan tentang adikmu, tentang aku yang begitu mencintainya
sampai membuatnya jadi seperti ini”
Namja
tampan itu menoleh, memandang Hyunjoong yang masih menatapnya dalam diam.
“Aku minta maaf untuk adikmu, aku sama sekali
tidak bermaksud untuk membuatnya seperti ini..Semuanya di luar kendaliku, saat
itu aku marah karena dia bilang dia akan menyerah untuk menyukaiku, dan aku—”
“Aku mengerti, Yunho”
DEG.
Namja
tampan itu terdiam.
Hyunjoong
tersenyum tipis melirik adiknya.
“Sekarang aku mengerti. Jaejoong mendorongmu
karena ia ingin melindungimu”
“Seharusnya aku yang melindunginya, bukan
sebaliknya—”
“Tidak, Yunho. Kau tidak mengerti. Akan ada
saatnya untukmu melindunginya, tapi ini giliran adikku melakukannya”
“...”
“Uri Jaejoongie sudah dewasa, eoh?”
Pria
berambut cokelat itu mencubit pelan pipi adiknya yang sudah mulus seperti
semula.
Ia
mengambil air mineral di atas meja dan meminumnya sampai setengah botol.
“..Ng...”
DEG.
Kedua
pria tampan itu membulatkan mata mereka melihat mata bulat Jaejoong yang
terbuka.
Hyunjoong
menyemburkan air yang diminumnya tanpa sengaja.
“A—Aku akan memanggil dokter!” Teriak Yunho
bergetar.
Hyunjoong
tidak merespon, ia terlalu shock.
“A—air...” Lirih Jaejoong nyaris tidak
terdengar.
Namja
berambut cokelat itu terkejut.
Ia
refleks menyodorkan botol minumnya kepada Jaejoong dan membantu adiknya agar
airnya tidak tumpah di atas selimut.
Jaejoong
mengerutkan dahinya.
Menatap
Hyungnya yang menangis di hadapannya.
“Aku—Aku sangat takut, Jaejoongie..Aku takut
sekali kau tidak akan bangun seperti Umma..Jangan lakukan ini lagi, oke?” Ujar
pria itu serak.
Jaejoong
merasakan matanya panas.
Ia
mengangguk dalam diam.
Kemudian
atensinya beralih kepada para suster dan dokter yang memasuki kamar rawatnya.
Hyunjoong
segera mundur, membiarkan mereka memeriksa keadaan adiknya.
“Tidak ada masalah pada dirinya, ia baik-baik
saja. Setelah keadaannya pulih kita akan memulai terapi agar ia bsia kembali
berjalan” Ujar seorang dokter berkacamata.
Hyunjoong
mengangguk.
Ia
membungkuk sopan kepada dokter dan suster yang sudah beranjak meninggalkan
ruangan tersebut.
Jaejoong
mengerutkan dahinya.
“Kaki kananmu terkilir dan tulang rusukmu
patah. Tapi semuanya baik-baik saja, kau akan kembali berjalan seperti biasanya
setelah terapi dan mengejar ketinggalanmu di sekolah” Ucap Hyunjoong tersenyum
lebar.
Jaejoong
mengangguk.
Pria
cantik itu menoleh, menatap seorang pria tampan yang sedari tadi berdiri di
ujung ranjangnya.
Mata
besar Jaejoong mengerjap.
“Kau siapa?”
Hyunjoong
dan Yunho saling menatap satu sama lain.
Pria
tampan itu membulatkan mata musangnya kaget.
“Ka—Kau tidak mengingatku?” Tanyanya dengan jantung
yang berdebar kencang.
Jaejoong
hanya diam.
Masih
mengerutkan dahinya bingung.
Wajah
Yunho terlihat pucat.
Sementara
Hyunjoong sudah menatap adiknya.
“Kau sungguh tidak mengenalnya?”
“Ya, dia siapa Hyung? Temanmu?”
“OMO!”
Hyunjoong
sudah berlari keluar kamar dan berteriak memanggil dokter.
Meninggalkan
Yunho yang masih mematung di dekat Jaejoong.
Pria
cantik itu menaikkan alisnya.
“Siapa namamu Hyung?” Tanya Jaejoong
tersenyum tipis.
“E—Eh..Namaku..Aku Jung Yunho” Sahut Yunho kaku.
“Oh, Yunho? Yunho yang sudah menyakiti hatiku
itu, bukan? Yang sebentar lagi akan menikah dengan Go Ahra? Ah, apa
jangan-jangan kau sudah menjadi suaminya, ya?”
DEG.
Namja
tampan itu kembali terkejut.
Menatap
Jaejoong yang sudah tertawa di depannya.
Pria
cantik itu meringis, ini lucu sekali, tidak pernah ia melihat wajah Yunho
sepucat itu.
Jaejoong
masih saja tertawa geli, namun detik berikutnya tawa itu berhenti ketika Yunho
menghampirinya dengan cepat dan mencium bibirnya.
Mata
besar Jaejoong membulat sempurna.
Menatap
tidak percaya Yunho yang sudah menjauhkan bibir mereka dan balas menatapnya
dengan tajam.
“Bercandamu tidak lucu! Apa kau tidak tahu
aku sangat terkejut mendengar kau melupakanku hah?!” Seru pria tampan itu
marah.
Jaejoong
tercekat.
“Ma—Maafkan aku—”
“Jangan pernah lakukan itu lagi kepadaku! Aku
bisa mati mendengarnya!”
“Aku kan sudah minta maaf”
“Aku tidak percaya aku akan menikahi pria
nakal sepertimu!”
“MWO? Kau bilang ap—”
Jari
Jaejoong mengepal, mencengkram erat kaus Yunho yang kembali menciumnya.
Kali
ini tidak hanya sekedar menempelkan bibirnya.
Pria
tampan itu menciumnya dengan cara yang membuatnya meleleh.
Ya
Tuhan, apa ini mimpi?
“Iya dokter! Adikku amnesia! Dia bilang—YYA
MICHIN SEKYA!!”
Hyunjoong
terkejut ketika ia membuka pintu kamar rawat dan melihat Yunho yang sedang
berciuman dengan Jaejoongnya.
Pria
bengal itu segera membanting pintu dan menyeret dokter yang ia bawa menjauhi
kamar.
“Aku sudah putus dengan Ahra” Ujar Yunho
setelah ia puas memakan bibir Jaejoong.
Namja
cantik itu terkejut.
Ia
menatap Yunho tidak percaya.
“Apa? Yang benar? Jadi sekarang kau
sendirian?”
“Bukan, sekarang aku milikmu”
“Kau memberikan cintamu untukku?”
“Iya, sekarang sudah cukup, kan?”
Jaejoong
tersenyum lebar, ia mengangguk dengan senang.
“Terima kasih, Hyung!”
Why can’t you
understand me?
I like you
Give love, give
me some love
Give love,
there’s not enough love
I give the love
that grows every day to him but he doesn’t accept
Give love, give
me some love
Give love,
there’s not enough love
END.
-Akdong Musician, Give Love-
Otte?
Joahe ania?
DILARANG MEMPLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN!!
Nemu Johan,,
BalasHapusNemu Johan,,
BalasHapusSuka bgt sama semua ff shella!!! Tapi udah lama kayanya ngga bikin juju, yunjaeyun dan si kembar, aku kangen merekaaaa!!
BalasHapusAda kok ff kak Shella terbaru yang ada Juju and Yunjaeyun.nya :3
HapusOh ya? Yang series ya? Aku belum baca, thanks for info, langsung bacaaaa 😊😊😊
HapusDaebak :3
BalasHapusKyaaaaa.... DAEBAK banget sih!!!!!! XD
BalasHapus대단해요 Shella 언니!!!!!!
Whahaha.. Suka banget karakter hyunjoong di sinii :D mau punya kakak kyak gituu :3
BalasHapusKirain jj bakal mati.. Why ternyata kekeke
Good story :D
Gomawooo
Hehe karakter ahra di sini ngenes yah udh baik tp ttp di hempas sm yun yah gt deh siapa yg bs ngalahin kesempurnaan jae. Kyaaaa hyunjoong lucu! Dan dewasa beud uchun dan chwang shbt yg nyenengin. Terima kasih yg sebesar2 nya utk smua author yunjae yg slalu berusaha nyempetin bikin ff yg keren2 wlw di rl nya udh ckp sibuk. Dgn bc ff yunjae hati yg lg bt, sedih dll bs tiba2 jd semangat kembali, hati menghangat dan bs balikin mood! Terima kasih shella utk semua ff yunjae nya yg keren2 ttp semangat nulis yah love you!
BalasHapusHehe karakter ahra di sini ngenes yah udh baik tp ttp di hempas sm yun yah gt deh siapa yg bs ngalahin kesempurnaan jae. Kyaaaa hyunjoong lucu! Dan dewasa beud uchun dan chwang shbt yg nyenengin. Terima kasih yg sebesar2 nya utk smua author yunjae yg slalu berusaha nyempetin bikin ff yg keren2 wlw di rl nya udh ckp sibuk. Dgn bc ff yunjae hati yg lg bt, sedih dll bs tiba2 jd semangat kembali, hati menghangat dan bs balikin mood! Terima kasih shella utk semua ff yunjae nya yg keren2 ttp semangat nulis yah love you!
BalasHapusahhh selalu manis.
BalasHapusarigatou nee-san