Tittle: LOVE IS
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-hurt-sweet-friendship-mpreg-gelundungan
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
“Beri aku satu
alasan logis, kenapa kita harus bercerai?”
.
.
.
Yunho menyeduh kopi panasnya pagi ini.
Ia menghirup aroma minuman tersebut dengan khidmat.
Ah, minggu pagi yang sangat indah, pikirnya.
Setelah kemarin ia lembur mengerjakan laporan
perusahaan untuk diserahkan kepada Appanya.
Namja tampan itu duduk bersandar pada sandaran sofa
berukuran lebar tersebut.
Ia mendongakkan wajahnya ketika istrinya, Jung Ahra,
berjalan menuruni tangga.
“Morning babe” Sapa Ahra tersenyum manis.
Yunho mengangguk.
Balas tersenyum kepada yeoja berambut hitam itu.
Ahra menggerai rambut panjangnya pagi ini.
Ia benar-benar terlihat segar.
“Kau sudah
mendapatkan pembantu yang cocok?” Tanya Yunho tersenyum kecil.
Um.
Ahra mengangguk.
Ia berdiri membelakangi suaminya, meminta Yunho
mengikat pita panjang pada pakaiannya.
Yunho meletakkan cangkir kopinya di atas meja.
Ia segera membuat simpul dengan pita tersebut.
“Ia sangat
cekatan, ramah dan lembut, kupikir akan sangat menyenangkan memiliki pembantu
sepertinya”
“Aigoo, pasti
wanita idaman”
“Dia namja,
Yunho ah”
“Mwo? Kau
ingin membuatku cemburu eoh?”
Hmp.
Ahra tertawa geli mendengar gerutuan suaminya.
Yeoja berambut hitam itu menepuk pelan kepala Yunho
seraya terkekeh.
“Aku sudah
memilikimu, Yun, apa lagi yang kubutuhkan huh?” Ujarnya pelan.
Yunho menyunggingkan senyum manisnya.
Ia mengusap lembut jemari Ahra yang mengelus bahu
lebarnya.
TING TONG.
“Ah, sepetinya
itu dia” Ujar Ahra semangat.
“Hm? Pagi
sekali” Balas Yunho ikut berdiri.
“Dia selalu
tepat waktu, Jung Yunho, tidak sepertimu”
“Yaa yaa, ejek
saja aku, tidak apa”
“Hahahaha,
kajja!”
Ahra menarik tangan kekasihnya menuju pintu depan.
Ia segera membuka pintu besar tersebut dan tersenyum
kepada sosok cantik yang balas tersenyum padanya.
“Anyeong
haseyo, Kim Jaejoong imnida” Ucap namja cantik itu.
DEG.
Yunho terdiam.
Terpaku menatap pembantu barunya yang terlihat sangat cantik.
Omo.
Namja tampan itu bahkan tidak bergeming ketika
Jaejoong memberi salam kepadanya.
“Yunho ah!”
“Eh?”
Ahra mengernyitkan dahinya bingung.
Ia terpaksa menepuk lengan kekasihnya mendapati
Jaejoong diabaikan begitu saja.
Aish.
“Kenapa kau
hanya diam? Jaejoong memberi salam padamu, kau ingin bersikap kejam padanya
huh?” Ujar Ahra kesal.
“A-Aniyo,
mianhae, ne Jaejoong ah, Jung Yunho imnida” Ucap Yunho melihat Jaejoong.
Namja cantik itu tersenyum manis dan menganggukkan
wajahnya.
Membuat poninya bergoyang lucu.
“Aku sangat
berterima kasih pada Nyonya Jung yang telah memilihku untuk bekerja di sini,
aku menyukai keramahannya” Puji Jaejoong manis.
“Aigoo, kau
tidak perlu sungkan Joongie, aku memilihmu karena kau sangat rajin, dan pas untuk
menjadi teman bicaraku, kka, kita masuk ke dalam” Ajak Ahra lembut.
Um.
Jaejoong mengangguk patuh.
Ia segera masuk ke dalam rumah besar itu dan berjalan
di samping Ahra.
Mencoba mengacuhkan Yunho yang tidak berhenti
memperhatikan dirinya.
Jujur saja, Jaejoong merasa risih diperhatikan seperti
itu.
Ia tidak nyaman.
Well, semoga saja tidak terjadi hal buruk.
-------
NGIIINNGGG.
Suara vacuum
cleaner itu terdengar mengisi keheningan ruang keluarga Jung yang terbilang
mewah itu.
Jaejoong tampak manis dengan apron yang melekat pada
tubuhnya.
Namja cantik itu mengikat poninya ke atas seperti
pohon palem dengan ikat rambut berhias boneka gajah.
Lucu sekali.
“Kau sudah
sarapan, Joongie?”
DEG!
Jaejoong tersentak kaget mendengar suara bass yang seksi
itu.
Ia refleks membalikkan tubuhnya dan menatap Yunho yang
tersenyum kepadanya.
“Ne, sudah
Tuan” Sahut Jaejoong pelan.
Yunho mengangguk.
Ia duduk di sofa seraya meletakkan cangkir kopinya.
“Jja, ke sini”
Ujar Yunho menepuk bagian kosong di sampingnya.
Jaejoong terdiam.
Memiringkan kepalanya.
Ia merasakan dadanya berdebar-debar setiap kali
berdekatan dengan Tuannya ini.
Yunho kerap kali kedapatan sedang menatapnya dengan
intens, Jaejoong sedikit takut dengan hal itu.
“Minum
kopinya” Perintah Yunho pelan.
“Eh?” Jaejoong
menaikkan alisnya kaget.
“Ne, aku ingin
kau merasakannya dengan benar, dan mulai besok pagi kau yang membuatkan kopi
untukku”
“A-Ah, ne, ne,
arasseo”
Jaejoong segera meraih cangkir tersebut.
Menyesap minuman hangat itu sejenak dan menjilat bibir
cherry-nya.
Sementara Yunho hanya diam memandang Jaejoong.
Demi Tuhan, ia baru saja menelan salivanya.
Omo, tergodakah ia?
“Aku mengerti,
gulanya sedikit, creamer-nya banyak,
rasa kopinya tidak terlalu pahit” Ucap Jaejoong kemudian.
Yunho mengangguk mantap.
Ia puas dengan jawaban namja cantik itu.
“Ngg, mianhae
kalau aku lancang, tapi..Apa selama ini Tuan selalu membuat kopi sendiri?”
“Hm, istriku
tidak pernah menyentuh dapur, ia tidak berbakat dalam hal itu”
Jaejoong hanya mengangguk.
Kemudian ia segera berdiri dan kembali melanjutkan
pekerjaannya.
Mengacuhkan Yunho yang kini duduk santai seraya
menikmati kopinya.
DEG.
Mata besar Jaejoong melebar.
Yunho minum dari cangkir itu.
Cangkir yang telah dinodai olehnya.
Omo.
Bukankah itu berarti mereka telah berciuman secara
tidak langsung?
Namja cantik itu segera menggeleng.
Ia mengatur nafasnya pelan.
Mungkin saja Yunho tidak ingin bangun lagi dan membuat
kopi yang lain.
Lagi pula, ia hanya meminumnya sekali teguk.
“Oh ya,
Joongie, mulai besok aku mengambil cuti selama lima hari, dan istriku akan
jarang pulang ke rumah”
“Waeyo?”
“Ahra sedang
mengembangkan bisnis cafenya, jadi kau tidak perlu repot membuat banyak
masakan, cukup untuk kita saja”
“Ne, arasseo”
Yunho menghidupkan televisi di hadapannya.
Namja tampan itu kembali meneguk kopinya.
Sesekali mata musangnya bergerak pelan melirik
Jaejoong yang sedang membungkukkan tubuhnya, melipat ujung hambal berbulu agar
mudah dibersihkan.
Omo!
Pantatnya indah sekali, pikir Yunho.
Namja tampan itu segera menggeleng pelan.
Ia menepuk pipinya.
“Apa yang
barusan kulihat? Aigoo” Gumamnya kaget.
Yunho menghela nafas panjang.
Ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang sudah
terjadi pada dirinya.
Pembantunya yang satu itu benar-benar mengerikan.
Dari awal mereka bertemu Yunho sudah merasakan ada
yang aneh dengan perasaannya.
Yunho sendiri tidak tahu kenapa.
Padahal saat ia bersama kekasihnya ia biasa saja.
-------
“Masakanmu
selalu lezat, Jaejoongie, aku suka lasagna kacang ini” Ujar Ahra tersenyum.
“Gomawo
Nyonya, aku senang kau suka”
“Jeongmall,
bisa kau buatkan lagi? Malam ini aku akan tidur diluar, café baruku butuh
perhatian khusus sebelum dibuka”
Jaejoong tertegun.
Ia memandang lama wajah cantik majikannya.
Malam ini? Tidak akan pulang?
Bukankah itu berarti ia hanya berdua saja dengan Yunho
nanti malam?
“N-Ne Nyonya”
Patuh Jaejoong.
Yunho melanjutkan makannya dengan tenang.
Diam-diam ia tersenyum senang.
Istrinya tidak akan pulang.
Dan ia hanya berdua saja dengan pembantunya yang
cantik ini.
“Yeobo, kau
masih cuti kan?”
“Ne sayang,
waeyo?”
“Aniya, aku
hanya ingin kau menemani Jaejoong, kau tahu, rumah ini terlalu besar, aku takut
ia tidak nyaman kalau hanya sendiri”
“Hmp, Jaejoong
itu laki-laki, Ahra yah, apa yang perlu ditakutkan?”
“Aish, kau
ini, ia baru sebulan tinggal bersama kita, aku saja sering merasa takut kalau
sendirian di rumah”
“Kita punya
tiga penjaga di gerbang, Ahra”
“Tapi kita
tidak punya penangkal hantu, Jung Yunho”
“Hantu?
Hahahaha, kurasa kau terlalu sering menonton, sayang”
Ahra mengerucutkan bibirnya kesal.
Ia menusuk lasagnanya dan melahapnya nikmat.
Um, rasa kacangnya terasa meluber di dalam mulutnya.
Lezat.
TREK.
Ahra mengangkat wajahnya, memandang Jaejoong yang
telah meletakkan kotak bekal di dekatnya.
“Gomawo
Joongie, ini tidak perlu dihangatkan ania?”
“Aku
membungkus sekeliling kotak bekalnya dengan kertas alumunium, jadi tidak perlu
dihangatkan, Nyonya”
“Kau perhatian
sekali, Jaejoongie, aku suka”
Jaejoong tersenyum.
“Nyonya”
“Ne?”
“Kau yakin
tidak akan pulang?”
“Waeyo? Kau
takut?”
Jaejoong mendesah pendek.
Ia melirik Yunho diam-diam.
“Aku—Hanya
khawatir”
“Kau akan
baik-baik saja, Joongie, suamiku tidak akan kemana-mana, ne Yunho?”
Yunho mendongak.
Ia mengangguk dan tersenyum manis.
Tapi Jaejoong merasakan punggungnya dingin.
Senyuman Yunho terlihat berbeda saat ini.
“Tidak ada
hantu di rumah ini, Joongie, jangan terpengaruh dengan omongan Ahra” Ujar Yunho
tertawa.
Ahra mendengus.
Ia mengelap sudut bibirnya dan meraih kotak bekalnya.
Kemudian ia menepuk bahu Jaejoong.
“Jja, aku
berangkat sekarang, aku mungkin akan sangat sibuk beberapa hari ke depan, tapi
kuharap kau betah tanpaku, Joongie”
“Ne Nyonya,
gwenchana”
Jaejoong menghela nafas panjang.
Ia tersenyum kecut memandangi punggung Ahra yang
menjauh.
Jaejoong tidak tahu kenapa, ia merasa kalut setiap
kali berdekatan dengan Yunho.
Ia hanya takut.
Selama ini Ahra tidak menyadari, kalau Yunho selalu
mencuri kesempatan untuk berdekatan dengannya.
Well, sejauh ini memang hanya berpegangan tangan, tapi
siapa yang akan bisa menebak untuk yang selanjutnya hum?
Jaejoong tidak memungkiri kalau suami Nyonya Jung itu
benar-benar tampan dan mempesona.
Tapi ia tahu diri akan posisinya, dan lagi, Ahra
adalah majikan yang baik dan menyenangkan.
Ia tidak ingin mengecewakan yeoja cantik itu.
“Biar aku
bantu, Joongie” Ujar Yunho tersenyum.
Jaejoong hanya berdehem.
Membiarkan Yunho ikut membawakan piring kotor ke
westafel.
Namja cantik itu memakai sarung tangan karetnya dan
mulai menghidupkan keran.
Mencoba mengacuhkan Yunho yang kini berdiri di
sampingnya.
“Tuan, ini
tugasku, gwenchana” Ucap Jaejoong gugup.
“Ani, aku
ingin membantumu, aku pernah membilas piring saat masih muda dulu” Sahut Yunho
pelan.
“Mwo?
Jeongmallyo?”
“Ne, Ummaku
adalah wanita yang keras, ia ingin aku mandiri, aku juga pernah mencuci
pakaianku sendiri”
“Omoo, aku
tidak menyangka sama sekali, seorang direktur hebat sepertimu pernah melakukan
pekerjaan itu”
“Terkadang aku
merindukan saat-saat seperti ini, aku suka mendengar suara air yang mengucur
dari keran”
“Hmm, pasti
menyenangkan kalau mencuci piring bersama Nyonya ania?”
“Kau bercanda?
Ahra tidak pernah melakukan pekerjaan rumah apa pun sejak kecil, ia selalu
dilayani banyak pelayan”
“Kenapa kau
bisa menikah dengan Nyonya? Kalian teman masa kecil?”
“Yah, teman
masa kecil, lengkap dengan perjodohan yang telah diatur untuk mengembangkan
bisnis”
Jaejoong menggumam pelan.
Ia mengangguk dan mematikan keran airnya.
Melepas sarung tangan karetnya dan meninggalkan dapur.
“Kau akan
tidur sekarang, Jaejoongie?”
Jaejoong tersentak.
Ia merasakan firasat aneh dengan pertanyaan sederhana
itu.
“Ne Tuan, aku
akan segera masuk ke dalam kamar, kau ingin sesuatu?”
“Ani, jja,
tidurlah”
Um.
Jaejoong segera beranjak menaiki tangga.
Berdoa dalam hati agar kegelisahannya malam ini
terobati.
Sementara itu Yunho berdiri diam di tempatnya.
Ia mendesah pendek dan mengusap wajahnya.
Gosh.
Namja tampan itu menggeleng pelan.
Ia tidak bisa seperti ini.
Tertarik pada seorang namja yang hanya pembantunya.
Yunho menyukai namja cantik itu.
Sikap ramahnya, suara lembutnya, dan geraknya yang
lincah ketika membersihkan rumah.
Aigoo.
Apa yang harus ia lakukan?
Ia bahkan tidak begitu mempedulikan kekasihnya sendiri
akhir-akhir ini.
Sejak Jaejoong masuk ke dalam rumah itu, segalanya
berubah.
Yunho merasa senang dengan Jaejoong yang begitu
perhatian kepadanya.
Ia sudah lama bermimpi kalau seseorang akan membuatkan
sarapan untuknya, dan menyeduhkan kopi dengan rasa yang pas di lidahnya.
Seseorang yang cekatan dalam mengurus sebuah rumah.
Sayangnya Ahra tidak punya itu, walau ia adalah wanita
yang sempurna.
Yunho menelan salivanya.
Mendadak ia menyadari, kalau malam ini, tidak ada
siapa pun di rumah, kecuali ia dan Jaejoong.
Jantung Yunho berdebar kencang.
Pikirannya mulai berkelana.
Bayang-bayang tubuh seksi Jaejoong yang bergerak
kesana-kemari saat membersihkan rumah kembali muncul di benaknya.
Ia terkadang penasaran seperti apa lembutnya pantat
Kim Jaejoong yang selama ini diliriknya diam-diam.
Bagaimana suara merdunya mendesah, dan lain
sebagainya.
“Oh fuck” Desah Yunho kesal.
Ia melirik celananya yang menyempit.
Keringat dingin mengalir di pelipisnya.
Namja tampan itu menelan salivanya.
Dadanya semakin berdebar kencang.
Namja tampan itu berjalan menaiki tangga dan hendak
menuju kamarnya dan Ahra.
Namun gerakannya terhenti ketika ia mendengar suara
dari dalam kamar pembantunya.
Yunho tercekat.
Ia berjalan mendekati pintu itu dan membuka kenop
pintunya perlahan.
“OMO! Tu-Tuan
Jung! Waeyo?!” Panik Jaejoong seraya menutupi dada telanjangnya.
Namja cantik itu baru saja selesai mandi.
Ia benar-benar kaget mendapati majikannya yang kini
berada di dalam kamarnya.
Yunho terpaku di sana.
Mata musangnya bergerak liar memandangi tubuh Jaejoong
yang hanya tertutupi handuk sebatas pinggang.
Benda pusakanya semakin berdenyut-denyut tersiksa.
CKLEK.
Jaejoong menatap horror
pintu kamarnya yang ditutup oleh Yunho.
Mata bulatnya membesar.
Ia memundurkan langkahnya saat Yunho mendekat.
BRUKK.
Jaejoong merinding ketika ia terduduk di pinggir
ranjang.
Yunho menyeringai manis padanya.
“Tu-Tuan, apa
yang kau lakukan? A-Aku ingin segera tidur dan----”
“Istriku
memintaku untuk menemanimu malam ini ania? Kau juga mendengarnya anitji?”
DEG DEG DEG.
“Tu-Tuan----”
“Kulitmu
lembut sekali, Joongie ah”
Jantung Jaejoong semakin menggila.
Ketakutannya semakin menjadi.
Ia berusaha mendorong Yunho yang kini mengecupi pundak
telanjangnya dengan lembut.
“A-Aah~ Tuan,
andwaeyo, a-aku—aku----”
“Sshh,
desahanmu indah sekali Joongie..Hmm..”
Kedua mata Jaejoong perlahan terpejam menikmati.
Tangannya yang semula mendorong Yunho, kini beralih
mencengkram kaus namja tampan itu.
Yunho memindahkan bibirnya mengecupi wajah cantik
Jaejoong.
Perlahan kedua tangannya mencengkram pinggang Jaejoong
dan mendorongnya menuju bagian tengah ranjang, hingga ia dapat menindih
pembantu cantiknya.
Namja cantik itu merasakan air matanya mengalir pelan.
Namun bibirnya mengeluarkan desahan nikmat.
Ia tidak membenci perlakuan Yunho kepadanya, hanya
saja, ia takut mengingat Jung Ahra yang selama ini baik kepadanya.
Bagaimana bisa ia membalas kebaikan yeoja itu dengan
bercinta bersama suaminya sendiri?
Ia sangat jahat.
“Jangan
menangis Joongie, gwenchana, aku akan membuatmu merasa nyaman” Bisik Yunho di
telinga Jaejoong.
Membuat namja cantik itu meringis geli.
“Aku—Nyonya
Jung---”
“Kau tidak
perlu khawatir, ia tidak akan tahu kalau kau menutup mulut, arraseo?”
Jaejoong tidak menyahut lagi.
Ia hanya diam membiarkan Yunho menjilati leher
jenjangnya.
Namja tampan itu melebarkan seringaiannya.
Jaejoong tidak menolaknya saat ini.
Bukankah itu berarti namja cantik itu menyukainya?
-------
“Joongie,
jangan lupa mengambil gorden baru di toko kain nee? Aku sangat sibuk hari ini”
“Ne Nyonya”
“Jja, aku
berangkat sekarang, bangunkan suamiku, ia tidak boleh tidur terlalu lama, nanti
jadi pemalas!”
Jaejoong tertawa mendengarnya.
Ahra segera beranjak meninggalkan ruang tengah.
Tanpa rasa curiga sedikit pun.
Fuuh.
Jaejoong menghela nafas panjang.
Ia berjalan pelan menaiki tangga, memasuki kamar
majikannya.
“Tuan,
bangunlah, Nyonya sudah pergi, dan aku sudah membuatkan sarapan untukmu” Ujar
Jaejoong pelan.
Hening.
Tidak ada sahutan sama sekali.
Namja cantik itu menggeleng dan mengguncangkan tubuh
Yunho.
“Tuan Jung!
Ireon—WAAAA!”
Jaejoong terkejut.
Ia refleks berteriak ketika namja tampan itu malah
menarik dirinya hingga ia terjatuh menimpa Yunho.
Namja tampan itu tersenyum kecil, ia mengusap pantat
Jaejoong pelan seraya mengecup bibir ranumnya.
“Bukankah
sudah kukatakan? Panggil aku Yunnie saat hanya ada kita berdua, sayang” Bisik
Yunho mesra.
Jaejoong mengeluh.
Ia mengangguk dan menjatuhkan dagunya di atas dada
bidang Yunho.
Namja cantik itu mengerutkan dahinya.
Demi Tuhan, sejak kejadian malam panas itu, ia jatuh
cinta pada majikannya sendiri.
Jaejoong tidak mengerti bagaimana ia bisa.
Yang ia tahu, ia merasa nyaman dan aman bersama namja
tampan ini.
“Ungh”
Namja cantik itu meringis, ketika Yunho menarik
wajahnya dan melahap bibir ranumnya.
Jaejoong memiringkan wajahnya, mengusap lembut pipi
Yunho dan membiarkan namja tampan itu bermain dengan lidahnya.
“Yun, Ahra
memintaku mengambil gorden nanti siang”
“Ne, kita
ambil bersama nanti”
“Jja, nanti
kopimu dingin”
Yunho mengangguk.
Ia beranjak bangun dan merengkuh pinggang Jaejoong.
“Jangan
protes, aku ingin menggendongmu sampai bawah”
Jaejoong hanya menghela nafasnya.
Ia menyurukkan wajahnya di leher namja tampan itu.
Membiarkan Yunho membawanya menuju ruang makan.
Namja cantik itu segera turun dari gendongan Yunho ketika
mereka tiba di bawah.
Yunho duduk di kursinya, meraih cangkir kopinya dan
meneguknya pelan.
Sementara Jaejoong menyiapkan sarapan Yunho.
“Yun!”
Namja tampan itu terkekeh ketika Jaejoong memprotes
dirinya yang kini memeluk pinggangnya dari belakang.
Jaejoong mendengus.
Ia mencium gelagat aneh majikannya pagi ini.
Oh tidak, jangan lagi.
“Kita sudah
pernah bercinta di sofa, di ranjang, di kamar mandi, bahkan di atas hambal,
Joongie ah” Bisik Yunho mendesah.
Ungh.
Jaejoong memejamkan matanya erat.
Jantungnya berdebar kencang.
“Kita belum
pernah melakukannya di meja makan hmm?”
“M-mwo?
Yunnie! Jangan bercanda!”
“Kau akan
menjadi sarapan terlezat yang pernah ada, BooJae ah”
Jaejoong meronta.
Namja tampan itu mengangkat pinggangnya dan mendudukkannya
di atas meja makan yang luas itu.
Menyuruh Jaejoong agar berbaring di sana.
Sementara Yunho dengan cekatan sudah melepaskan
pakaian namja cantik tersebut.
-------
“Hoeekk~!
Hoeekk~!”
Jung Ahra mengernyitkan dahinya mendapati pembantunya
sedang memuntahkan isi lambung di westafel kamar mandi bawah.
Ia mendekati Jaejoong dan mengurut tengkuk namja
cantik itu.
“Gwenchana
Joongie? Kau masuk angin?” Tanya Ahra khawatir.
“U-Ungg..Perutku mual, Nyonya, sepertinya aku salah makan” Gumam Jaejoong
lemah.
“Kalau begitu
istirahat saja hari ini, nanti siang minta Yunho menemanimu ke rumah sakit
arra? Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu”
“Ne Nyonya,
gomawo”
“Di kotak obat
ada tablet pereda sakit, setelah minum itu kau akan merasa lebih baik”
“Ne”
“Aigoo, aku
khawatir padamu Jaejoongie, aku ingin menemanimu saja hari ini, tapi hari ini
hari pembukaan café baruku”
“Tidak apa
Nyonya, aku bisa sendiri, hanya mual biasa”
“Benar?”
“Nee,
jeongmallyo, aku turut senang dengan pembukaan café barumu”
Ahra tersenyum manis.
Ia mengusap lembut rambut almond pembantunya dan mengikat rambut panjangnya.
“Aku harus
pergi sekarang, Joongie, panggil saja Yunho kalau kau butuh apa-apa arra?”
“Aigoo, aku
seorang pembantu, Nyonya, tidak mungkin aku---”
“Tapi kau
sedang sakit, siapa pun boleh melayani orang sakit”
Jaejoong mendesah.
Ia tidak bisa mendebat lagi kalau seperti ini.
Namja cantik itu mengangguk dan mengantar Ahra sampai
pintu depan.
Memandangi mobilnya yang sudah melaju meninggalkan
halaman rumah.
Hahhh.
Jaejoong mengusap wajah cantiknya.
Sekarang apa yang harus ia lakukan?
Ahra begitu baik padanya.
Ia tidak sanggup mengecewakan yeoja cantik itu.
Jaejoong berjalan masuk ke dalam rumah.
Ia berlari kecil menuju westafel dapur dan kembali
memuntahkan cairan lambungnya di sana.
Perutnya benar-benar mual.
Kepalanya pusing.
“Boo?
Gwenchana?”
Jaejoong mencuci mulutnya ketika mendengar suara
Yunho.
Ia segera menegakkan tubuhnya dan mengeluh lemah.
Namja tampan itu segera merengkuh tubuh Jaejoong.
Ia mengusap lembut pipi pembantu cantiknya.
“Yunnie, aku
takut” Ujar Jaejoong terisak.
Membuat Yunho terkejut.
Namja cantik itu mulai menangis di hadapannya.
“Apa sayang?
Kenapa? Beritahu aku” Tanya Yunho bingung.
Jaejoong semakin menumpahkan tangisannya.
Ia memeluk Yunho dengan erat.
Sementara namja tampan itu balas memeluk erat dirinya.
“Seharusnya
aku memberitahumu sejak awal..Hiks..Seharusnya aku menolak dari awal..Hiks..”
“Waeyo Boo?
Ada apa?”
“Aku..Hiks..Aku berbeda Yunnie..Aku memiliki rahim..Hiks..Dan..Dan
aku---”
“Kau hamil?”
Jaejoong kembali terisak.
Ia mengangguk seraya menutup wajahnya.
Mengacuhkan Yunho yang terdiam.
Namja tampan itu mengerjapkan mata musangnya kaget.
Omo.
Jaejoong hamil?
Anaknya?
Benihnya?
Benarkah?
“A-Aku akan
segera pergi dari rumah ini Yun..Hiks..Aku akan kembali ke
kampungku..Hiks..Hiks..”
“Mwo? Kau
bilang apa?”
“Aku tidak
menuntut apa pun darimu..Ini semua salahku..Hiks..Aku mengecewakan Ahra..”
Rahang Yunho mengeras.
Ia melonggarkan pelukan mereka dan menatap tajam namja
cantik itu.
“Kau akan
meninggalkanku? Memisahkan aku dengan anakku sendiri, Kim Jaejoong? Bagaimana
kau tega eoh?”
“Ta-Tapi Yun,
kau sudah menikah, dan aku bukan siapa-siapa”
“Kau ibu dari
anakku, BooJae, aku tidak bisa membiarkanmu melakukan hal konyol seperti itu”
“Tapi..Ahra..Otteyo? Hiks..”
“…”
“Yun”
“Aku akan
menceraikannya”
DEG.
Jaejoong terkejut.
Mata besarnya melebar.
Menatap tidak percaya namja tampan itu.
“Aku
mencintaimu Boo, aku tidak bisa bersamanya lagi kalau seperti ini keadaannya”
“Yunnie”
“Kita akan
segera menikah setelah perceraianku dengannya selesai”
“Yun! Aku
tidak bisa! Hiks..Ahra terlalu baik padaku, ia percaya padaku..Hiks..”
“Tapi sekarang
kau bisa apa Boo? Kau hamil, dan itu anakku!”
Jaejoong tersengguk keras.
Membuat Yunho menghela nafas dan kembali memeluknya
agar ia tenang.
“Ja-jangan
beritahu Ahra kalau aku hamil Yunnie, andwae..Hiks..”
“Ne, aku tidak
akan membiarkannya tahu, sayang, tenanglah”
“Janji”
“Janji”
Yunho tersenyum kecil melepaskan pelukan mereka.
Jaejoong sudah menghentikan tangisnya.
Namja tampan itu menyeka air mata Jaejoong dan
mengecup lembut bibir ranumnya.
Menariknya sedikit keras hingga namja cantik itu
melenguh.
“Aku sangat
senang, Boo, aku berjanji akan menjagamu dan anak kita”
Jaejoong tersenyum kecil.
Ia mengangguk dan mengusap lembut leher Yunho.
“Jja, aku
ingin menyapanya sekarang, ia harus bertemu dengan Appanya”
“M-mwo?”
Jaejoong terkejut.
Yunho sudah terlebih dahulu menyusupkan tangannya ke
dalam celana Jaejoong.
Kemudian ia menarik namja cantik itu berbaring di
sofa.
Mengacuhkan tolakan dari pembantu cantiknya.
Ah, sekali lagi, pagi yang panas.
-------
Ahra dan Yunho saling duduk berhadapan saat ini.
Yeoja cantik itu terdiam seraya melirik pengacara
Yunho.
Kemudian ia menghela nafasnya bergetar.
“Apa alasanmu,
Yun? Kupikir kita baik-baik saja selama ini” Ujar Ahra mencoba tenang.
Yunho meletakkan pulpennya setelah ia menandatangani
surat cerai tersebut.
Balas menatap Ahra yang terlihat sendu saat ini.
“Aku jatuh
cinta pada orang lain, dan aku ingin menikah dengannya”
“…”
“Kau wanita
yang cantik dan baik, Ahra, aku tidak ingin menjadi penghalang bagi seseorang
yang mungkin tulus mencintaimu saat ini, atau nanti”
“Tapi aku
mencintaimu, Yunho!”
“Ahra..Kumohon, kita tidak bisa lagi bersama..”
Ahra menghela nafasnya sekali lagi.
Kedua mata sipitnya berkaca-kaca sekarang.
Ia menatap tajam mata musang Yunho.
“Beri aku satu
alasan logis, kenapa kita harus bercerai?”
Yunho terdiam.
Lama mereka membiarkan ruangan itu hening.
Sampai kemudian namja tampan itu mengusap wajahnya dan
menatap langsung mata sipit Ahra.
“Ia sedang
mengandung anakku”
DEG.
Mata sipit Ahra melebar sempurna.
Terkejut dengan pernyataan mendadak dari kekasihnya.
“Ka-Kau..Sejauh
itukah kau mengkhianatiku, Yun?” Bisik Ahra berkaca-kaca.
“Mianhae”
Balas Yunho pelan.
Yeoja cantik itu menyeka air matanya yang mengalir.
Ia menarik nafas panjang dan meraih pulpen tersebut.
“Kau
mencintainya?”
“Sangat”
Suara gesekan kasar pulpen tersebut beradu di atas
kertas.
Ahra membubuhkan tanda tangannya dengan penuh emosi.
Ia menggigit bibir bawahnya erat berusaha untuk tidak
meledak disini.
“Aku sangat
minta maaf, Ahra” Ujar Yunho setelah ia beranjak bangun dan memeluk mantan
istrinya.
Ahra terisak.
Ia mencengkram jas Yunho.
Membiarkan tangisnya tumpah.
“Yunho ah,
selama ini, dua tahun kebersamaan kita, pernahkah ada rasa cinta untukku?
Sedikit saja?”
“Aku
menyukaimu Ahra, kita teman sejak kecil”
Dada Ahra bergemuruh.
Rasa sakit meyerangnya bertubi-tubi.
Ia tersenyum kecut dan melepaskan pelukan mereka.
Kemudian ia segera keluar dari ruangan tersebut.
Meninggalkan Yunho bersama pengacaranya.
Yeoja cantik itu bersandar pada pintu yang telah
ditutupnya.
Ia berjongkok dan menangis dalam diam.
Yunho berbohong padanya.
Mereka berbohong.
Ahra sudah tahu kebenaran yang terjadi.
Ia tahu semuanya, setelah mencurigai bekas kissmark yang terlihat dari piyama pembantunya saat Jaejoong
muntah-muntah.
Ia tersakiti.
Sehingga ia memutuskan untuk menjauh dari rumah itu.
Ia selalu menyibukkan dirinya di café, mengacuhkan
pengkhianatan yang dilakukan suami dan pembantunya.
Hamil?
Namja cantik itu hamil huh?
Ahra tersenyum miris.
Ia mengusap wajahnya dan menyeka air matanya.
Kemudian ia menghembuskan nafasnya keras.
Mencoba untuk tidak terlalu terhanyut dalam sedihnya.
“Selamat,
Yunho ah..” Lirihnya pelan.
Yeoja cantik itu membenarkan jasnya.
Ia berjalan pelan menjauhi pintu ruangan pengacara
Yunho.
Love is bitter.
Love is pathetic.
Love is cruel.
Love is..Ah, it just so cruel at all.
END.
Biasanya aku benci klo liat Ahra krna peran jahat nya, ehh malah sedih liat dia di ff ini
BalasHapusEonni jjang