Tittle: ONE MORE NIGHT
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-hurt-mpreg-angst
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
FF spesial buat borndaynya
uri Umma~
Jung Jaejoongie, happy
bornday :******
-------
“So I cross my heart and I hope to die”
.
.
.
“Yunho ah,
bagaimana menurutmu namja cantik itu?”
Jish.
Namja tampan itu menaikkan alisnya remeh.
Ia berdecak menatap Ummanya yang bermata kucing itu.
“Menjijikkan”
Komentar Yunho pendek.
Jung Keybum membesarkan mata kucingnya kaget.
Omo, ia sama sekali tidak mengharapkan jawaban itu
dari bibir putranya!
“YA! Bagaimana
bisa kau mengatainya seperti itu eoh?! Kau hanya belum mengenalnya Yunho ah!”
Ujar Key emosi.
“Tentu saja
aku bisa! Dia namja! Dan aku masih NORMAL! Aku bukan gay sepertinya, Umma!” Balas Yunho tak kalah keras.
“M-Mwo?!”
“Lalu apa? Dia
bisa hamil huh? Itu benar-benar hal yang paling menjijikkan yang pernah
kudengar!!”
“JUNG YUNHO!!”
Namja tampan itu mendengus kesal.
Ia beranjak pergi dari sofa dan berlari menaiki tangga
menuju kamarnya.
Memperlihatkan sekali lagi kepada Ummanya bahwa ia
benar-benar menolak pernikahan ini.
Gosh, tidakkah yeoja bermata kucing itu tahu kalau
sekarang bukan lagi jamannya perjodohan antar kolega?
Oh shit.
Mungkin lain ceritanya kalau calon istrinya adalah
seorang yeoja ania?
Sementara itu Key mendesah lirih.
Ia menundukkan wajahnya sesaat.
Sebelum menolehkan wajahnya menuju daun pintu depan
yang terlihat jelas dari sini.
Pintu kayu berwarna cokelat tua itu terbuka kecil.
“Jaejoong
ah..” Bisik Key pelan.
Yeoja bermata kucing itu merasa sangat bersalah
sekarang.
Seharusnya ia tidak memaksa Jaejoong untuk menunggu di
balik pintu dan memberikan kejutan kecil untuk calon suaminya kelak.
Sekarang apa?
Ia malah membuat namja cantik itu mendengar hal yang
seharusnya tidak ia dengarkan.
Key menyentuh lembut daun pintu itu dan membukanya.
Mata kucingnya mengerjap menatap Jaejoong yang terisak
lirih disana.
“Joongie”
Panggil Key selembut mungkin.
Namja cantik itu tersentak kaget.
Ia segera mengusap kedua mata beningnya dan menarik
nafas panjang.
Kemudian ia menoleh menatap Key dan tersenyum semanis
mungkin.
Tapi Key sama sekali tidak termaniskan oleh senyuman
itu.
Justru hatinya menjerit saat namja cantik itu mencoba
membuatnya untuk tidak khawatir padanya.
“Mianhae,
Umma---”
“Gwenchana
Umma, aku akan pulang sekarang”
Key tidak bisa berucap lebih.
Ia hanya bisa merapatkan bibirnya saat namja cantik
itu memeluknya pelan dan melangkahkan kaki dengan tergesa dari sana.
Key benar-benar merasa bersalah.
Ia tahu namja cantik itu sangat mencintai putra
sulungnya.
Tapi sayang, hati Yunho masih belum terbuka untuk
Jaejoong sampai detik ini.
Sejak perjodohan mereka sebulan yang lalu.
-------
Suasana ruangan luas itu terlihat hening saat ini.
Jaejoong dan Yunho saling terdiam satu sama lain.
Ah, kedua orang tua mereka memaksa agar mereka saling
mendekatkan diri untuk sejenak.
Membuat Jaejoong merasakan gugup sampai rasanya ingin
mati.
“Bisakah kau
berhenti menatapku seperti itu?” Ujar Yunho ketus.
Jaejoong menarik senyum kecutnya.
Ia mengangguk dan segera memalingkan wajahnya.
Menatap jendela kaca yang besar itu.
“Yu-Yunho ah,
bagaimana menurutmu kalau kita---”
“Kita tidak
akan pernah menikah”
DEG.
Jaejoong tertegun.
Mata beningnya bergerak gelisah.
Jantungnya mulai berdebar kencang.
“A-Apa
maksudmu Yunho ah?” Bisik Jaejoong lirih.
Heh.
Yunho melepas dasinya.
Ia duduk di ranjang dengan mata yang menatap tajam
namja cantik itu.
“Aku sudah
melamar Ahra kemarin, kami akan segera menikah”
DEG.
Mata bening Jaejoong terlihat berkaca-kaca sekarang.
Bibir cherrynya bergetar pelan.
Memberanikan dirinya untuk menatap Yunho.
“A-Aniya”
Tolak Jaejoong dengan suara bergetar takut.
“Mwo?” Kaget
Yunho mengangkat wajahnya.
“Aku tidak
ingin membatalkan pernikahan kita Yunho ah..Ani! Aku tidak bisa!”
“Apa maksudmu
Kim Jaejoong?!”
“Aku
mencintaimu Yunho ah! Tidak bisakah kau memberi kesempatan untukku?”
PLAKK!
Bibir cherry itu terkatup rapat.
Air matanya menetes perlahan.
Kedua jemarinya mengepal menahan getaran emosinya yang
berkecamuk.
Yunho menamparnya.
“Aku
bersumpah, tidak akan pernah ada kata cinta yang terucapkan untukmu selama aku
masih hidup, Kim Jaejoong, dan camkan di kepalamu, aku bukan gay menjijikkan seperti dirimu!”
Jantung Jaejoong berdenyut pelan.
Tetes bening itu terus mengalir membasahi pipinya.
Hatinya terasa sakit.
Hingga membuatnya tercekat.
Sesak.
Benar-benar sesak.
“Yunho ah---”
PLAKK!
Jaejoong meringis sekarang.
Ia menyentuh pipinya yang terasa panas dan
berdenyut-denyut.
Bibir atasnya menggigit bibir bawahnya dengan getaran yang
semakin menyeruak.
“Aku
membencimu!” Desis Yunho setajam mungkin.
Seolah ingin agar namja cantik itu sadar akan dunia
nyata.
Yunho mendengus dan berjalan keluar kamarnya.
Ia membanting pintu dengan keras.
Meninggalkan Jaejoong yang kini terduduk lemas di
lantai marmer yang dingin itu.
Ia terisak hebat.
Perasaannya hancur lebur.
Terluka.
Kecewa.
“Hiks..Mianhae
Yunho ah..Mian..Hiks..”
Namja cantik itu menutup wajahnya dengan kedua
tangannya.
Gosh, walaupun terasa sakit, setidaknya namja tampan itu
telah menyentuhnya untuk yang pertama kalinya hm?
-------
“Jaejoongie
sayang, kau baik-baik saja?”
Kim Heechul berdesah pelan dari balik pintu kamar
putranya.
Dahinya mengerut khawatir.
Jaejoong tidak keluar kamar sejak kemarin malam.
“Jaejoongie?”
Pintu itu kembali terketuk.
Namun sama sekali tak ada jawaban dari dalam.
Membuat Heechul menghela nafas panjang dan memutuskan
untuk menyusul suaminya yang sudah duduk di ruang makan.
Mengacuhkan suara isak tangis yang perlahan terdengar
dari dalam sana.
Jaejoong terlihat sangat berantakan saat ini.
Wajahnya sembab.
Pipinya masih memerah akibat dua tamparan sekaligus
dari namja tampan itu.
Matanya bengkak.
Ia bukan namja cengeng.
Ia tidak ingin menangis.
Sama sekali tidak.
Tapi air matanya tidak bisa berhenti mengalir.
DDRRTTT…DDRRRTTT…
DEG.
Jaejoong terkejut.
Ia membuka matanya lebar dan mencari ponselnya.
Terhenyak mendapatkan seseorang yang selama ini tidak
pernah menghubunginya kini meneleponnya.
“Ye-Yeoboseyo?”
“Aku menunggumu di hotel La Ringo, kamar
nomor 9095, sekarang”
KLIK!
Jantung Jaejoong kembali berdebar perlahan.
Ia tidak percaya.
Ya tuhan!
Yunho!
Yang barusan itu Yunho!
Jaejoong segera melompat dari ranjang dan mencuci
wajahnya.
Kemudian ia berganti pakaian dengan seulas senyum
manis yang terlukis tanpa sadar.
Ah, sebegitu cintanya kah?
-------
CKLEK.
Pintu kamar hotel itu terbuka pelan.
Membuat Jaejoong mengedarkan pandangannya.
Memperhatikan suasana kamar yang terasa dingin di
matanya.
“Yunho ah!”
Jerit Jaejoong lirih.
Ia segera merebut botol soju yang ada di tangan namja
tampan itu.
Gosh, Yunho benar-benar terlihat sangat parah.
Rambut cokelatnya acak-acakan.
Dua kancing dari kemeja putihnya lepas.
Dan beberapa botol minuman keras tergeletak di
sekitarnya.
“Kenapa kau
seperti ini Yun?” Ujar namja cantik itu pelan.
Membuat Yunho mendongakkan wajahnya.
DEG!
Jaejoong terhenyak.
Seketika ia merinding mendapatkan tatapan nyalang itu
dari mata Yunho.
Benci.
Penuh benci yang menyeruak di dalam sana.
Perlahan Jaejoong memundurkan langkahnya.
Ia merasakan firasat buruk yang entah dari mana
datangnya.
“Yu-Yunho”
Panggil Jaejoong mencoba menyadarkan namja tampan itu.
Namun Yunho tidak peduli.
Ia semakin mendekatkan langkahnya menuju Jaejoong yang
kini terjebak di dinding kamar.
Keringat dinginnya mulai menetes.
“Apa salahku
padamu, Kim?” Tanya Yunho berbisik.
Jaejoong terdiam.
“KATAKAN APA
SALAHKU HINGGA KAU BERANI MENGHANCURKAN HIDUPKU EOH?!”
“Aakkhh!!”
Namja cantik itu berteriak seraya mencengkram kedua
tangan Yunho yang mencekik lehernya.
Jaejoong merasakan matanya panas.
Ia menatap Yunho yang balas memandangnya dingin.
“Ummaku
mengancam Ahra dan membuat yeoja itu pergi dariku!! Padahal seharusnya kami
akan segera menikah!”
“H-Hiks..Yu-Yunho..Appo..Nghhk”
“SEMUANYA
KARENA KAU! KARENA PERNIKAHAN MENJIJIKKAN ITU! AKU MEMBENCIMU!!”
Tangis Jaejoong membasahi tangan Yunho.
Mata musang itu terlihat memerah marah.
Jemari lemah Jaejoong berusaha melonggarkan cekikan namja
tampan itu.
Nafasnya tercekat.
“Apa yang kau
inginkan huh? Katakan padaku? Kau menginginkan anak dariku? Begitu? Sebegitu
nistanya kah dirimu huh?” Desis Yunho bergetar.
Jaejoong semakin menumpahkan tangisnya.
Ia menggeleng.
Kakinya mulai terasa lemah.
Takut.
Ia sangat takut saat ini.
“Arasseo, akan
kukabulkan keinginanmu itu sekarang juga!” Teriak Yunho keras.
“Yunho..Hiks..Hiks..Andwae..Hiks..Andwaeee” Lirih Jaejoong menggeleng.
Namja tampan itu menarik Jaejoong kasar dan
membantingnya ke ranjang.
Ia mencengkram kuat kedua lengan namja cantik itu dan
menggigit keras bibir bawah Jaejoong.
Namja cantik itu menjerit dari balik gigitan Yunho.
Amis.
Setetes darah mengalir dari sobekan yang ditimbulkan
gigi namja tampan itu.
Setetes darah yang memulai mimpi buruk yang akan
menghantui Jaejoong selamanya.
Setetes darah yang memulai segala masalah yang akan
timbul setelahnya.
Setetes darah yang memulai rintihan kehancuran yang
menyedihkan untuk seterusnya.
Dan setetes darah yang akan selalu mengingatkan
Jaejoong.
Bahwa namja yang selama ini dipujanya, ternyata tidak
lebih dari seorang malaikat yang berhati iblis.
Sehancur apa pun kau merusakku saat ini..
Tetap tidak akan bisa membuat hatiku berpaling..
Karena sekali hatiku telah memilih, maka ia tidak akan bisa melihat yang
lain..
Sudah terlambatkah bagiku untuk membuang bayangmu dari hatiku?
-------
Sinar mentari merasuk melalui celah gorden raksasa
itu.
Membuat warna kelabu dari kain linen itu terlihat
hangat.
Tampak sesosok namja tampan yang kini terduduk di atas
ranjang.
Ranjang yang menjadi saksi bisu atas perbuatan
bejatnya terhadap seseorang yang bahkan belum sah menjadi kekasihnya.
Yunho terdiam.
Mata musangnya terus menatap lantai.
Mencoba mengacuhkan bekas paksaannya kepada Jaejoong
semalam.
Namja tampan itu mengerjapkan matanya pelan.
Sebelum ia mengangkat wajah untuk memandang pintu
kamar mandi yang kini tertutup rapat.
Suara keran dan shower terdengar jelas.
Menyamarkan suara isak tangis dari namja cantik itu.
Jaejoong terduduk di lantai kamar mandi dengan tubuh
telanjangnya.
Beberapa kissmark
dan bekas cakaran masih tercetak jelas di atas kulit mulusnya.
Namja cantik itu terus meringis seraya menumpahkan
tangisnya.
Tangannya tidak berhenti menggosokkan spons mandi dengan kasar di setiap inci
kulitnya.
Seolah ingin membersihkan bekas menjijikkan yang
ditorehkan Yunho kepadanya.
“Hiks..Hiks..”
Jaejoong menundukkan wajahnya.
Kotor.
Ia kotor.
Hancur.
Ia hancur.
Lebur tidak bersisa.
-------
Namja tampan itu mendesah pendek seraya menutup
laptopnya.
Ia mengerjapkan matanya merasakan penat pada tubuhnya.
Ah, belakangan ini ia tidak bisa bekerja dengan benar
seperti biasanya.
Pikirannya tidak fokus.
Terganggu dengan suara-suara rintihan menyakitkan
Jaejoong yang terus berdengung di kepalanya.
Merasa berdosakah ia?
[ “Perjodohan ini kubatalkan!! Aku tidak bisa
menerima putra tunggalku yang diperkosa oleh anakmu yang tidak memiliki
perasaan itu!! Tidakkah ia tahu kalau Jaejoongku mengalami depresi berat?! Ia
trauma!!” ]
“Sshh”
Yunho mengusap wajahnya pelan.
Mengingat teriakan Heechul di ruang keluarganya
beberapa waktu yang lalu.
Sakit.
Kenapa terasa sakit?
Yunho tidak mengerti.
Namja tampan itu menghela nafas panjang.
Ia memutuskan untuk membereskan barang-barangnya dan
segera kembali ke rumah sekarang.
Setelah lima belas menit berada dalam Audy metalic hitam kesayangannya, pintu
berwarna cokelat tua itu terlihat jelas.
Yunho membuka pelan pintu rumahnya.
“Jessie?
Kenapa sepi?” Tanya Yunho melirik adik kecilnya yang duduk di sofa ruang
tengah.
Cih.
Yeoja cantik berambut blonde itu berdecak tidak
senang.
Ia menghentakkan kakinya dan berjalan cepat memasuki
kamarnya.
Mengacuhkan Oppanya jelas-jelas.
Yunho tersenyum kecut.
See?
Sebegitu besarnya kah pengaruh seorang Kim Jaejoong
terhadap keluarganya?
Sampai adik perempuannya yang begitu manja dan manis
kepadanya kini berubah kasar dan mengacuhkan dirinya?
Hei, ia hanya meniduri namja cantik itu untuk
memberinya pelajaran kau tahu itu?
CKLEK.
Yunho berbalik ketika mendengar suara pintu depan yang
terbuka.
Namja tampan itu membulatkan matanya menatap Ummanya
yang melangkah memasuki ruangan bersama sesosok namja cantik yang sangat ingin
dihindarinya saat ini.
Jung Keybum menatap Yunho dengan tajam.
Ia merengkuh Jaejoong yang lebih memilih menundukkan
wajahnya.
Yeoja cantik itu membawa Jaejoong masuk ke dalam kamar
tamu yang ada.
Meninggalkan Yunho yang masih terdiam di sana.
“Kenapa dia di
sini? Bukankah perjodohan konyol itu telah dibatalkan eoh?” Gumam Yunho
mengernyitkan dahinya.
Tidak lama kemudian Key keluar dari kamar tamu itu.
Yunho segera menghampiri Ummanya.
“Apa yang
dilakukannya disini?” Tanya Yunho penasaran.
Key berdecak.
Bahkan ia masih tidak bisa melupakan kekesalannya
kepada namja tampan itu.
“Kedua orang
tuanya pergi ke London untuk menghadiri acara pemakaman Halmoni Kim”
“Eoh? Ia bukan
anak kecil lagi! Tidak perlu menginap segala ania?”
“Ia memang
bukan anak kecil lagi, Jung Yunho, tapi bayi yang ada dalam kandungannya
membuatnya tidak bisa bergerak banyak”
DEG!
A-Apa?
Apa??
Bayi??
“Umma!”
Yunho berteriak memanggil Ummanya yang sudah menaiki
tangga.
Yeoja bermata kucing itu membalikkan tubuhnya.
“Ia hamil??”
Tanya Yunho tidak percaya.
“Jangan berani
untuk menyakitinya sedikit pun, Jung Yunho! Anak itu cucuku!” Balas Key
lantang.
Yeoja cantik itu melanjutkan langkahnya.
Meninggalkan Yunho yang membatu di tempat.
Jantungnya berdebar.
Nafasnya tercekat.
Mata musangnya bergerak pelan.
Jaejoong?
Mengandung anaknya?
TAP TAP TAP.
Yunho melangkahkan kakinya menuju kamar Jaejoong.
Ia menelan salivanya berkali-kali.
Jemarinya bergetar pelan menyentuh kenop pintu itu.
CKLEK.
“Jae”
Yunho berbisik pelan.
Ia memasuki kamar elegan itu dan menemukan Jaejoong
yang terduduk di ranjang.
Namja cantik itu terlihat ketakutan ketika Yunho
hendak mendekatinya.
Air matanya mengalir.
Ia menggeleng pelan seraya memundurkan tubuhnya
menjauh.
“Ja-Jangan
dekati aku! Hiks..Jangan sentuh aku!! Hiks..Kumohon, aku sudah meminta Ummaku
untuk membatalkan pernikahan itu..Hiks..Jangan lagi..Hiks..Jangan..” Lirih
Jaejoong terisak.
DEG.
Jantung Yunho berdenyut sakit.
Mata musangnya mengerjap tidak tega menatap sosok
rapuh Jaejoong.
Ia begitu ringkih dan ketakutan.
Seolah Yunho adalah malaikat kematian di matanya.
Perlahan Yunho menurunkan pandangannya.
Menatap perut Jaejoong yang terlihat agak menonjol.
Benarkah disana ada benihnya?
“Kau hamil?”
Tanya Yunho meyakinkan.
Tangis Jaejoong semakin tumpah.
Ia menggeleng kencang dan melindungi perutnya dengan
kedua tangannya.
“A-Aku akan
menggugurkannya kalau kau ingin Yunho ah..Hiks..Tapi tolong..Jangan sentuh
aku..Jangan sakiti aku lagi..Hiks..Hiks..”
“Aku belum
berkata apa pun Jaejoong ah, kenapa kau---”
“JANGAN SENTUH
AKU!! Hiks..Pergi! Pergi!”
“Jae---”
“Hiks..Hiks..Kotor..Kau mengotoriku Yunho ah..Hiks..Kalau kau memang
membenciku..Cukup bunuh saja aku..Hiks..”
Yunho menelan salivanya.
Entah kenapa matanya terasa panas saat ini.
Ia tidak sanggup melihat Jaejoong yang dulunya selalu
tersenyum kini hanya bisa menangis.
CKLEK!
“Apa yang kau
lakukan disini Oppa?!” Teriak Jessica saat ia membuka pintu kamar Jaejoong.
Namja tampan itu tersentak kaget.
Ia segera berbalik dan menatap adiknya.
“Keluar!!
Jangan berada di dekatnya!!” Teriak yeoja blonde itu lagi.
“Memangnya
kenapa?” Tanya Yunho kesal.
Jessica mendorong Yunho sekuat tenaga keluar kamar.
Nafasnya menderu kencang.
Ia menatap tajam mata musang Yunho.
“Dokter Choi
bilang Jaejoong Oppa trauma karena perbuatanmu! Psikisnya terluka! Sekarang
keluar dari kamarnya!!”
BLAM!
-------
“Hoekk!
Urrrgghhh..Hoekk!!”
Yunho menolehkan wajahnya saat telinganya tidak
sengaja menangkap suara muntahan dari westafel terbuka yang ada di samping
kamar mandi rumahnya.
Mata musangnya mengerjap.
Menatap Jaejoong yang mencengkram perutnya dengan
sebelah tangan sementara tangan yang lainnya bertahan pada pinggir westafel.
Wajahnya pucat pasi.
“Hoekk!”
Namja cantik itu mengeluarkan cairan lambungnya yang
terakhir dan segera membuka keran air untuk mencuci wajahnya.
DEG.
Namja cantik itu terdiam ketika ia mengangkat
wajahnya.
Mata beningnya bergerak pelan menatap bayangan
wajahnya dari balik cermin.
Membiaskan bayang-bayang dimana Yunho memaksanya malam
itu.
Tubuh Jaejoong bergetar hebat.
Namja cantik itu meringis dan memecahkan cermin itu
dengan tangannya.
Membuat Yunho yang sedari tadi hanya menatapnya dari
jauh berlari mendekatinya.
“JAEJOONG!”
Teriak Yunho lantang.
Namja cantik itu meraih pecahan cermin yang tajam
dengan tangannya yang berdarah.
Mengacuhkan tetesan air matanya yang membasahi
pergelangan tangannya.
Jaejoong menggerakkan tangan kanannya hendak menggores
urat nadinya.
Namun gerakannya terhenti saat Yunho merebut benda
tajam itu dan melemparnya jauh.
“KAU GILA
EOH?! KAU BISA MATI!!” Bentak Yunho melotot.
Jaejoong terisak seraya mendorong Yunho yang berusaha
memeluknya.
“Aku tidak
menginginkan anak ini! Hiks..Aku tidak mengharapkannya hadir dengan cara
seperti ini! Hiks..Aku benci diriku!!” Jerit Jaejoong menumpahkan tangisnya.
GREPP!
Yunho berhasil mengunci tubuh namja cantik itu dengan
pelukannya.
Ia menghela nafas panjang.
Jaejoong masih menangis.
“Kau tidak
boleh berkata seperti itu, dia bisa mendengarkanmu” Bisik Yunho lembut.
“Apa pedulimu
eoh?! Lepaskan aku!! Jangan sentuh aku!!” Jerit Jaejoong meronta.
“Aku tidak
akan melepasmu!”
“Aku tidak
sudi direngkuh oleh namja sepertimu!!”
Yunho terhenyak.
Pelukannya melemah seketika.
Jaejoong mendorong kasar namja tampan itu dan
memundurkan tubuhnya.
Ia mengusap sudut matanya dengan tangannya yang
berdarah.
Membuat beberapa pecahan cermin menempel di wajahnya.
“Kau memperkosaku..Hiks..Kau
memperkosaku Yunho..Hiks..Aku sama sekali tidak pernah meminta Ummamu untuk
membuat kekasihmu pergi..Hiks..Maafkan aku..Hiks..Maaf..”
Bibir cherry itu mulai meracau tidak jelas sekarang.
Yunho terdiam.
Mata musangnya menatap mata bening Jaejoong yang
memancarkan luka mendalam.
Namja tampan itu merasakan nafasnya sesak.
Hatinya terluka.
Ia membenci kenyataan yang menamparnya kalau ia telah
menyakiti namja cantik itu luar dan dalam.
Menyakiti seseorang yang telah menyusupi relung
hatinya tanpa disadari.
Menyakiti seseorang yang telah memasuki celah
pikirannya tanpa disadari.
Menyakiti seseorang yang telah dicintainya tanpa
disadari.
Terlambatkah sudah?
Yunho memejamkan matanya.
Mengacuhkan suara teriakan Key yang melihat mereka dan
segera menghampiri Jaejoong.
Mengacuhkan Jinki yang menampar wajahnya kasar.
Mengacuhkan Jessica yang memakinya lantang.
Ia hanya diam.
Mencoba mencerna baik-baik perasaannya yang terlah
terbuka saat ini.
Aku bukan gay.
Aku masih normal.
Tapi hatiku telah memilihnya.
Dan sekali hatiku telah memilih, maka ia akan menutup diri dari yang
lainnya.
“Jaejoongie..”
Lirih Yunho pelan.
-------
Mata bening Jaejoong mengerjap pelan.
Ia menundukkan wajahnya menatap tangannya yang sudah
dibalut oleh perban.
Suara detak jarum jam mendominasi ruangan elegan itu.
Waktu sudah menunjukkan pukul satu malam.
Dan ia belum memejamkan matanya.
Tidak, bukan belum.
Tapi ia tidak bisa memejamkan matanya.
Pikirannya tidak tenang.
Masih memikirkan arti dari tatapan Yunho untuknya tadi
pagi.
Saat Hangeng mengangkatnya dan hendak membawanya
menuju rumah sakit.
Mata itu..
Mata musang itu..
Menatapnya dengan sesuatu yang tidak ingin ia percaya.
Menatapnya dengan kasih sayang.
Menatapnya dengan percikan cinta.
SRET.
Jaejoong mengusap perutnya lembut.
Ia kembali merasakan sakit yang mendera jiwa dan
raganya.
Perih yang tertoreh itu tidak akan pernah bisa hilang.
“Aku
merindukannya..” Bisik Jaejoong lirih.
Bohong jika ia berkata membenci Yunho.
Bohong.
Kenyataannya saat ini adalah, hatinya kembali
menjeritkan nama Yunho.
SSRAK.
Perlahan Jaejoong beranjak dari duduknya.
Ia membuka pintu kamarnya perlahan dan berjalan
menaiki tangga dengan hati-hati.
Berusaha tidak membangunkan orang rumah.
Mata bening Jaejoong mencari pintu kamar Yunho.
Bibirnya tidak bisa menahan senyum ketika matanya
menangkap pintu berwarna putih itu.
Hening.
Lama Jaejoong terdiam di depan pintu itu.
Sampai kemudian ia mengerutkan dahinya mendengar suara
aneh dari dalam kamar.
CKLEK.
Jaejoong membuka pintu itu tanpa pikir panjang.
Sontak mata beningnya membulat menatap Yunho yang
hendak menyuntikkan sesuatu di lengannya.
“YUNHO AH!”
Teriak Jaejoong menghampiri namja tampan itu.
Namja cantik itu merebut suntik itu dan melemparnya ke
lantai.
Ia menatap Yunho yang balas menatapnya.
“Apa yang kau
lakukan eoh?” Lirih Jaejoong terisak.
Air matanya kembali mengalir.
Yunho menatap dalam mata bening itu.
Ia meringis.
“I hate my self..” Bisiknya lirih.
“Hiks..Hiks..”
“So I cross my heart and I hope to die”
“Kau tidak
bisa mati begitu saja! Bayi ini membutuhkan Appanya! Hiks..Hiks..”
Namja tampan itu terhenyak.
Mata musangnya mengerjap.
Perlahan senyum miris terulas di bibirnya.
Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Mengacuhkan tetesan bening yang ikut membasahi
pipinya.
Jaejoong menangis kencang.
Ia mengulurkan tangannya memeluk Yunho.
Hatinya benar-benar terguncang melihat namja yang
telah mengisi hatinya itu hendak mengakhiri hidupnya.
“Aku menutup
mata dari kenyataan yang ada..Aku menyakitimu..Aku menghancurkan segalanya..Aku
tidak pantas untuk hidup..” Bisik Yunho bergetar.
Jaejoong menggigit bibir bawahnya.
“Dan kenyataan
menamparku, bahwa kau adalah Appa dari bayi yang ada dalam
kandunganku..Hiks..Bahwa kau harus tetap hidup untukku dan dirinya..Hiks..”
Balasnya berbisik.
Yunho melonggarkan pelukan Jaejoong pada tubuhnya.
Ia mendongak menatap namja cantik itu.
Jaejoong balas memandangnya.
“Aku
membencimu” Ujar Jaejoong lirih.
Yunho hanya diam.
“Aku sangat
membencimu” Ulangnya lagi.
Tapi kemudian namja cantik itu meringis.
Membuat Yunho berdiri dari duduknya dan berganti
memeluk erat namja cantik itu.
“Aku lebih
membencimu” Balas Yunho menghela nafas.
Ia mengangkat tangannya mengusap rambut almond
Jaejoong.
Kemudian ia mengecup pinggir dahi namja cantik itu.
“Aku
mencintaimu” Ucap keduanya pelan.
Yunho menahan senyumnya.
Ia memejamkan matanya mengecup dahi Jaejoong selembut
mungkin.
Mengulurkan tangannya untuk mengusap perut namja
cantik itu.
“Maafkan aku,
untuk sumpah yang terucap, untuk hati yang tersakiti, dan untuk paksaan yang
membekas..Aku akan membayar semuanya”
Jaejoong mengangguk.
Ia menghembuskan nafas pendek dan memejamkan kedua
mata beningnya.
Berusaha mendapatkan ketenangan pertamanya setelah
kekacauan yang terjadi pada hidupnya.
But baby there you go again,
Making me love you.
Yeah, I stopped using my head, using my head.
Let it all go.
Baby give me one more night..
END.
-One More Night, Maroon 5-
Berkali-kali di bacapun akan tetap sama, nyeseknya T^T
BalasHapusannyeong reader baru ^^
hiks sumpah ampe netes nih air mata..
BalasHapushikss... T^T Yunppa tega Jaemma T^T keren FF nyaaa
BalasHapushikss... T^T Yunppa tega Jaemma T^T keren FF nyaaa
BalasHapusNetes lagi deh air mata aku yg keempat habis baca FF eonni
BalasHapusShella eonni jjang
Netes lagi deh air mata aku yg keempat habis baca FF eonni
BalasHapusShella eonni jjang
Kangen ff ini setelah sekian lama
BalasHapus