
Tittle: RAIN IS HURT
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-angst-hurt-friendship-romance-guling2
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
“Bagiku cinta itu seperti sebuah payung di saat hujan..Ketika hujan
berhenti mengguyur bumi, maka payung akan tergeletak begitu
saja..Sendiri..Sepi..Usang..”
.
.
.
TENG TENG
TENG!
Bel tanda pulang berdentang nyaring.
Para siswa-siswi DongBang High School berhamburan dari
kelas masing-masing.
Kecuali sekelompok namja yang sedang berkumpul di
pojok kelas mereka.
Oh well.
“Jadi
bagaimana? Kalian putus?” Tanya Junsu mengernyitkan dahinya.
Kyuhyun menghela nafas.
Ia mencebilkan bibir merahnya diiringi suara decakan
lidah yang cukup keras.
“Mollaseo,
yang jelas aku kesal!” Ujarnya.
Jaejoong hanya tersenyum kecil.
Ia menepuk lembut punggung sahabatnya itu.
“Jangan
terlalu cepat mengambil keputusan, Kyunnie ah, kau juga harus mengerti kalau
Changmin masih membutuhkanmu”
“Apanya? Dia
punya banyak fans, dia disukai semua
orang, aku tidak peduli!”
“Tapi ini
beda, Kyunnie, kau kekasihnya”
“Uh yah, aku kekasih
paling cuek sedunia”
“Hmm, mungkin
saja ada ‘something special’ pada
dirimu yang disukainya?”
“Misalnya?”
“Apa saja,
yang tidak kau sadari”
Oh guess -__-
Namja evil itu menghela nafasnya.
Ia menjulurkan lidahnya kepada Jaejoong.
“Dari pada kau
menceramahiku, kurasa lebih baik kau meluangkan waktu untuk mencari kekasih
Joongie ah”
“MWO?”
Junsu tertawa geli.
Ia mengangguk dan mengangkat ibu jarinya tanda setuju.
Jaejoong segera mempoutkan bibir ranumnya.
Ketiga namja itu segera meraih tas masing-masing dan
beranjak keluar kelas.
Jaejoong melirik ke arah Kyuhyun.
Kemudian ia berucap sekali lagi.
“Ingat, Cho
Kyuhyun! Jangan terlalu cepat memutuskan! Atau kau akan menyesal!”
Kyuhyun hanya mengangguk malas.
Lengkung bibir tipisnya menarik seulas senyum sendu.
Ah, menjadi seorang kekasih dari kapten tim basket
sekolah memang menyebalkan.
-------
Namja cantik itu mendorong troli-nya perlahan.
Mata beningnya menjelajah makanan-makanan ringan di
supermarket itu.
Um.
Bibirnya mengerucut lucu.
“Ramen ramen
ramen~” Gumamnya menunduk.
SRET!
DEG!
Jaejoong terkejut.
Mata beningnya sontak membesar saat ada jemari tegas
yang menyentuh ramen yang hendak diambilnya.
Membuat kedua tangan mereka saling bersentuhan.
Namja cantik itu mengangkat wajahnya.
Dan detik itu juga rona merah menyemburat di pipinya.
Gosh!
Namja yang berdiri di hadapannya saat ini benar-benar
tampan!
“Ambil saja,
aku bisa mengambil yang lain”
Dan oh, suara namja tampan itu benar-benar tegas dan
nge-bass!
Jaejoong membuka mulutnya seperti orang bodoh.
“Mianhae?”
DEG!
Namja cantik itu segera tersentak saat namja tampan
bermata musang itu mengibaskan tangannya di hadapan wajah cantiknya.
Omo, Jaejoong menunduk malu sekarang.
“G-Gomawo”
Bisik Jaejoong lirih.
Namja tampan itu terkekeh geli melihat ekspresi malu
namja cantik yang berdiri di hadapannya saat ini.
Membuat jantung Jaejoong semakin berdebar keras.
Mata beningnya mengerjap cepat.
Oh my.
Jaejoong masih setia dalam posisinya.
Ia terdiam memperhatikan namja tampan yang sudah
berjalan menjauh itu.
Gosh.
Apa yang terjadi padanya?
Kenapa jantungnya berdebar begitu keras seolah akan
lepas dari tempatnya?
“Tampan
sekali..” Lirih Jaejoong nyaris tidak terdengar.
Namja cantik itu mengulas senyum kecilnya.
Ia bisa merasakan wajahnya menghangat.
TAP TAP
TAP.
Jaejoong mendongakkan wajahnya perlahan.
Mengintip keluar jendela supermarket.
Ah, namja tampan itu sudah pergi.
“Total
semuanya 3000 Won”
“…”
“TOTAL
SEMUANYA 3000 WON!”
“EH?!”
Jaejoong tersentak kaget.
Ia segera mengalihkan pandangannya dari jendela.
Memandang sang kasir yang memasang wajah kesal.
Jaejoong membungkuk minta maaf.
Ia segera mengeluarkan dompetnya.
TIK
TIK
TIK
ZZZRRRSSSHHHH..
Namja cantik itu membulatkan mata beningnya.
Ia melotot memperhatikan jendela.
OH GOSH!! HUJAN!!
“Maaf, apa
disini menjual payung?” Tanya Jaejoong pelan.
Kasir itu menggeleng.
Membuat Jaejoong menghela nafas panjang.
Well right, rumahnya sekitar dua blok dari supermarket
ini.
Dan itu tandanya kalau ia pulang sekarang maka ia akan
berbasah-basahan.
Tapi kalau ia menunggu sampai hujan reda, Umma pasti
akan memarahinya.
Argh.
“Gomawo”
Kasir itu mengangguk.
Ia kembali melayani pelanggan yang lain.
Mengacuhkan Jaejoong yang berdiri di luar supermarket.
Dahinya mengernyit.
Masih menimbang-nimbang apakah ia akan menerobos hujan
atau tidak.
“Hufff”
Jaejoong mencoba yakin.
Ia memantapkan genggamannya pada plastik supermarket
dan bersiap untuk berlari.
“1, 2, 3!”
DRAP DRAP
DRAP!
Jaejoong berlari kencang.
Mata beningnya tampak menyipit lucu.
Satu tangannya berada di depan mata, melindungi
pandangannya dari hujan deras yang mengguyur.
Terlalu dingin, Jaejoong tidak tahan.
Ia melirik halte bus yang ada di depan taman kota.
Namja cantik itu segera berbelok ke sana dan berteduh
sesegera mungkin.
“Aisshhhh!
Sepertinya memang harus menunggu hujan reda!” Omel Jaejoong kesal.
“Ne,
sepertinya kita berdua harus menunggu sampai hujannya selesai”
DEG!
Jaejoong tersentak kaget.
Sontak ia segera mengalihkan pandangannya ke samping.
Menaikkan alisnya memandang namja tampan yang
ditemuinya barusan.
Dan, gosh! Namja itu tersenyum lebar!
Memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
Jaejoong merasa wajahnya menghangat sekarang.
“Kudengar
kalau dua orang yang saling tidak mengenal bertemu dalam keadaan yang sama
sekali tidak direncanakan sebanyak dua kali, mereka adalah jodoh” Ujar namja
tampan itu.
Eoh?
Jaejoong tersenyum geli.
“Oh ya?
Setahuku itu tiga kali”
“Bagiku dua
kali”
DEG DEG
DEG.
Jaejoong terdiam.
Hanya wajahnya yang terlihat semakin memerah.
Namja tampan itu terkekeh geli sekarang.
Kemudian ia menyodorkan tangannya.
“Namaku Jung
Yunho”
“Ja-Jaejoong,
Kim Jaejoong”
Yunho tersenyum.
Ia berdiri di samping Jaejoong dan mendongak
memperhatikan rintikan hujan yang mulai mereda.
Namja tampan itu menunduk sejenak.
Kemudian ia menyerahkan sebuah payung kepada Jaejoong.
Membuat namja cantik itu mengernyitkan dahinya.
“Tadi aku
bertemu dengan temanku, dan dia membawa dua payung, kau boleh pinjam payungnya”
Ujar Yunho.
“Kalau begitu,
untuk apa kau berteduh?” Tanya Jaejoong bingung.
“Tadi ponselku
bunyi, makanya aku berdiri di sini”
“Tapi..Kalau
payungnya kupakai, kau bagaimana?”
“Tidak perlu
memikirkan aku, aku akan baik-baik saja, lagi pula rumahku tidak jauh dari
sini”
“Um..”
Jaejoong masih terlihat ragu.
Sementara namja tampan itu menarik tangan Jaejoong dan
menggenggamkan payung tersebut di tangan namja cantik itu.
“Kau bisa
mengembalikan payungnya kalau suatu saat nanti kita bertemu lagi” Ucap Yunho.
“Kau sekolah
di mana?” Balas Jaejoong bertanya.
Hmp.
Namja tampan itu tersenyum kecil.
“Kalau aku
memberitahumu kau pasti akan mengantarkan payung itu ke sekolahku ania?
Bukankah sudah kukatakan padamu? Kau bisa mengembalikannya kalau kita bertemu
lagi”
Jaejoong masih mengernyitkan dahinya.
Kemudian ia menunduk.
Memperhatikan belanjaannya.
“Mm, arrata,
kalau begitu aku duluan ne?”
“Ne,
berhati-hatilah!”
“Gomawo!”
Namja tampan itu tidak menyahut lagi.
Ia hanya tersenyum manis memperhatikan punggung mungil
yang semakin menjauh itu.
Ah, Yunho terkekeh geli sekarang.
-------
“Uri Joongie
sudah gila”
Junsu mengangguk setuju.
Ia ikut menatap Jaejoong bersama Kyuhyun.
Kedua sahabat baik itu saling mengerutkan dahi
masing-masing.
Kemudian mereka mendongak, menatap langit yang
terlihat cerah dari jendela kelas.
“Sudah
seminggu ini hujan tidak turun, cuacanya selalu cerah” Ujar Junsu.
“Hmmm” Gumam Jaejoong
pelan.
“Kenapa kau
terus membawa payung, Jaejoongie?” Tanya Kyuhyun.
Namja cantik itu terkekeh manis.
Ia menekan kedua pipinya yang memerah.
Membuat kedua sahabatnya segera duduk di hadapannya.
“Kurasa aku
jatuh cinta” Bisik Jaejoong pelan.
“MWOOO?!”
Teriak Kyuhyun dan Junsu bersamaan.
Namja cantik itu terus terkekeh kecil.
Mengacuhkan ekspresi kaget dari kedua namja yang duduk
di hadapannya saat ini.
“Kalian ingat
hari selasa minggu yang lalu?” Tanya Jaejoong.
Junsu dan Kyuhyun mengangguk.
“Waktu itu
hujan deras, hehehe”
“Lalu?”
“Aku bertemu
dengan seorang namja tampan di halte bus, dan dia meminjamkan aku payungnya~”
“Eoh? Bukankah
itu aneh? Kalian sama sekali tidak saling mengenal, tapi ia mau meminjamkan
payungnya untukmu, apa kau tidak curiga?”
“Aku
mengenalnya! Dia bernama Jung Yunho!”
“Itu saja?
Siswa sekolah mana dia?”
Jaejoong mempoutkan bibirnya.
“Ia tidak
memberitahuku, karena ia ingin aku mengembalikan payung ini di pertemuan ketiga
yang tidak kami rencanakan”
“Jadi karena
itu kau selalu membawa payung kemana-mana? Aigoo~!”
Jaejoong mengangguk polos.
Ia memasang senyuman terbaiknya.
“Aku jadi
ingin bertemu dengan namja yang kau ceritakan itu” Ucap Junsu pelan.
Kyuhyun mengangguk seraya tertawa kecil.
“Kka, kita
pulang, sudah sore” Ajak Jaejoong.
Kedua namja itu segera mengangguk.
Mereka mengambil tas dan berjalan beriringan.
“Kalian mau
main ke rumahku dulu ania? Aku baru saja membeli video game yang baru” Ujar Kyuhyun.
Jaejoong menggeleng.
Membuat Junsu menaikkan alisnya.
“Aku ingin ke
supermarket”
“Lagi?”
“Waeyo?”
“Belakangan
ini kau sering sekali mampir ke tempat itu, Jae ah”
Hmp.
Namja cantik itu tidak menyahut.
Ia hanya tersenyum manis dan mengeratkan tas selempangnya.
Jaejoong menepuk bahu Junsu dan Kyuhyun pelan.
Kemudian ia berlari sambil menggenggam payung berwarna
hitam itu.
“Perasaanku
mengatakan kalau aku akan bertemu dengannya lagi disana!” Teriak Jaejoong
tertawa.
Membuat Junsu dan Kyuhyun saling menatap satu sama
lain.
Oh well.
-------
BRUKK!
Jaejoong mendesah pendek.
Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuknya.
Ah, perasaannya sedang buruk saat ini.
Ia kesal karena tidak bertemu lagi dengan Yunho sejak
saat itu.
Apa jangan-jangan namja tampan itu sebenarnya tidak
nyata?
Tapi bagaimana caranya dia membayar belanjaannya di
supermarket waktu itu?
Jaejoong menghembuskan nafas.
Ia memiringkan wajahnya dan meraih ponselnya yang
bergetar pelan.
Ah, ada pesan masuk.
PIK!
‘From: 07374xxxxx
Anyeong
Jaejoongie’
Eoh?
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Ia segera mengetik balasan.
‘To: 07374xxxxx
Nuguseyo?’
Namja cantik itu mendesah pendek untuk yang kedua
kalinya.
Ia berbalik dan membuka pesan yang baru saja masuk
itu.
‘From: 07374xxxxx
Selasa.
Hujan.
Payung.’
SSRAK!
Jaejoong segera beranjak dari baringnya.
Mata beningnya membulat.
Menatap tidak percaya kalimat yang ada.
Ia segera mengirimkan balasan.
‘To: 07374xxxxx
Yunho?!
Dari mana kau tahu nomor ponselku??’
DEG DEG
DEG.
Namja cantik itu menyentuh pelan dada kirinya.
Merasakan debaran jantungnya yang semakin mengencang.
Oh gosh.
PIK!
‘From: 07374xxxxx
Kalau
kukatakan dari rintikan hujan, apakah kau akan percaya?’
Hmp.
Jaejoong tersenyum geli.
Ia terkekeh sendiri dan hendak mengetik balasan.
Namun gerakannya terhenti ketika nomor itu memanggil
ponselnya.
Namja cantik itu terdiam.
Sedetik kemudian ia tersadar dan segera mengangkat
telepon itu.
“Kenapa lama sekali?”
“Mi-Mianhae,
aku gugup”
“Eoh? Kau lucu sekali, hehehehe”
“U—Um..”
“Apa kau sedang sibuk?”
“Aniya, waeyo?
Kau ingin aku mengembalikan payungmu sekarang?”
“HAHAHAHAHA”
“Kenapa kau
malah tertawa?”
“Kau benar-benar pengingat yang hebat”
“Itu karena
aku selalu membawa payungmu kemana pun aku pergi!”
“Hmm, baiklah, kau bisa mengembalikannya
kepadaku besok”
“Dimana?”
“Toho
High School”
“To-Toho??”
KLIK.
Eoh?
Jaejoong
mengernyitkan dahinya.
Yunho
sengaja memutuskan sambungan teleponnya!
Aish!
Namja
cantik itu menggeram gemas.
Ia
melirik ponselnya cukup lama.
Sampai
kemudian bibir ranumnya berucap lirih.
“Bukankah itu sekolah elit khusus anak-anak
kalangan atas? Omooooo!”
-------
“Kau
benar-benar menungguku?”
Jaejoong tersenyum kecil.
Jujur saja, sejak tadi ia merasa risih saat beberapa
siswa-siswi dari sekolah elit itu melirik ke arahnya.
Namja cantik itu segera menyerahkan payung hitam itu
kepada Yunho.
“Terima kasih
untuk payungnya”
“Sama-sama”
“…”
“Kau ada acara
setelah ini?”
“Wae?”
“Aku ingin
pergi ke taman bermain, kkaja!”
“E—EH?”
Jaejoong segera membuka mulutnya hendak berteriak
untuk menolak.
Namun suaranya tertelan saat Yunho membuka pintu mobil
mewah itu dan mendorongnya masuk ke dalam.
“Jalan!”
Perintah Yunho kepada supirnya.
Jaejoong terdiam.
Jantungnya berdebar-debar.
Gosh.
Junsu dan Kyuhyun pasti akan heboh kalau mereka tahu
ia sedang berada di dalam mobil mewah bersama seorang siswa dari sekolah Toho!
Namja tampan itu tidak banyak bicara dalam perjalanan.
Membuat Jaejoong ikut membungkam.
Keduanya saling merapatkan bibir sampai mobil tersebut
berhenti di depan pintu masuk taman bermain.
BLAM!
Jaejoong merasakan kepalanya pusing.
Ia baru saja menginjakkan kaki di tanah tapi Yunho
sudah menarik tangannya dan berlari masuk ke dalam.
Namja cantik itu mengeratkan genggamannya di tangan
Yunho agar tidak terlepas.
“Kau mau naik
apa?” Tanya Yunho tersenyum.
“Itu” Sahut
Jaejoong menunjuk wahana Roller Coaster.
Yunho mengangguk.
Mereka segera berlari bersama menuju wahana tersebut.
“Hei! Kita
belum membayar tiket!” Teriak Jaejoong panik.
Namja tampan itu tertawa kecil.
“Santai saja,
tempat ini milik keluargaku”
OMO.
Ia benar-benar anak orang kaya!
Namja cantik itu kembali merapatkan bibirnya.
Ia hanya pasrah saat petugas taman bermain memasangkan
safety belt di pinggangnya.
Wahana itu mulai bergerak perlahan.
Jaejoong menolehkan wajahnya menatap Yunho.
“Dari siapa
kau mendapat nomor ponselku?”
“Kau
benar-benar ingin tahu?”
“Um!”
“Baiklah,
adikku satu sekolah denganmu, dia ketua tim basket”
“MWO?
Changmin? Shim Changmin adalah adikmu?!”
“Kau tertipu
olehnya, namanya bukan Shim Changmin, tapi Jung Changmin”
“Tapi---”
“Lebih baik
kau berhenti bicara dan tutup mulutmu Jae ah”
“Kena---WWWWUUUUUAAAAAA!!!!”
Namja tampan itu tertawa geli saat wahana itu menukik
tajam ke bawah.
Ia menikmati teriakan lantang dari namja cantik yang
duduk di sampingnya ini.
Mata musang Yunho menyipit.
Ia benar-benar merasa bahagia sekarang.
-------
“Bagaimana
kalau kita naik itu?”
Jaejoong menoleh.
Menatap wahana bianglala raksasa yang terletak di
ujung taman.
Ia mengangguk dan tersenyum manis.
Yunho kembali menggandeng tangannya.
Membuat jantungnya kembali memberontak.
CKLEK!
Pintu wahana tertutup rapat.
Jaejoong dan Yunho saling duduk berhadapan.
Keduanya masih terdiam.
Sampai kemudian namja cantik itu mendongakkan
wajahnya.
Memperhatikan langit yang mulai gelap.
Mendung.
“Payungmu”
Ujar Jaejoong menyerahkan payung itu.
Yunho tersenyum.
“Untukmu saja”
Sahutnya pelan.
Eoh?
“Bukankah
payung itu milik tem---”
“Payung itu
memang milikku”
“…”
“Aku sengaja
memberikannya kepadamu waktu itu”
Jaejoong terdiam.
Mata beningnya bergerak pelan.
Wahana mulai bergerak turun ke bawah.
Diiringi dengan rintikan hujan yang bergulir.
“Hari apa
sekarang?” Tanya Yunho pelan.
Jaejoong bergumam lirih.
Nyaris tidak terdengar.
“Selasa..”
CUP.
Mata bening itu refleks terpejam saat Yunho
mencondongkan tubuhnya ke depan dan mengecup lembut bibir cherry namja cantik
itu.
Satu tangan Yunho mengusap leher jenjang Jaejoong dan
satunya lagi menahan tubuhnya di kursi yang diduduki oleh namja cantik itu.
Jaejoong membuka mulutnya perlahan.
Membalas setiap lumatan dan kecapan lembut yang Yunho
berikan.
Lama mereka saling berciuman.
Menukar saliva, menggesekkan lidah, dan menggelitiki
rongga mulut masing-masing.
Sampai kemudian wahana besar itu berhenti tepat di
tempatnya semula dan hujan semakin mengguyur deras.
Mata Jaejoong mengerjap.
Wajahnya tampak memerah dengan bibirnya yang basah dan
merekah.
Ia menatap Yunho yang balas menatapnya tajam.
Namja cantik itu hendak menarik senyumnya.
Namun lengkungan itu terhenti ketika pintu wahana
terbuka dengan kasar.
Jaejoong dan Yunho tersentak kaget.
Mereka menatap sesosok yeoja berambut hitam yang
mengenakan seragam yang sama dengan Yunho.
“APA YANG
KALIAN LAKUKAN DISINI EOH?!”
Jaejoong terdiam.
Ia bingung dengan apa yang terjadi.
“KAU!! SIAPA
KAU? APA KAU MAU MEREBUT CALON SUAMIKU EOH?!” Bentak yeoja itu menatap
Jaejoong.
DEG.
Namja cantik itu tersentak kaget.
Mata beningnya membulat sempurna.
Ia menoleh memandang Yunho.
“Ca—calon
suami?” Bisiknya lirih.
Hatinya mulai terasa sakit.
Perih.
Kepingan rasa-nya mulai meretak pelan.
“Jangan
dengarkan dia, Joongie ah, kami---”
“Diam kau
Yunho! Awas! Akan kuadukan kau kepada Appa Jung! Berani-beraninya kau
berselingkuh di belakangku!”
Yunho membuka mulutnya hendak menyahut.
Namun suaranya hilang saat Jaejoong beranjak dari
wahana itu dan menubruk kasar bahu yeoja cantik itu.
Jaejoong berlari dari sana.
Ia terisak keras di tengah derasnya guyuran hujan.
Tangisnya tumpah.
Hatinya hancur berkeping-keping.
Hujan yang selama ini dianggapnya indah di hari
Selasa, buyar tanpa bekas.
-------
Jaejoong terlihat sangat tidak bersemangat hari ini.
Wajahnya muram.
Matanya berkantung.
Aura suram menyeruak dari punggungnya.
Membuat siapa saja yang berada di dekatnya ingin
menjauh.
“Kau harus
tegar, Joongie ah” Ujar Kyuhyun pelan.
“Kyuhyun
benar, lagi pula, bukankah kalian berdua hanya sebatas peminjam-dan pemberi
pinjaman payung?” Sambung Junsu.
Kyuhyun mendelikkan mata sipitnya.
Junsu segera menjulurkan lidahnya.
Jaejoong menggumam tidak jelas.
Ia menenggelamkan wajahnya di balik tas selempangnya.
“Kalau dari
awal dia memang tidak menyukaiku..Kenapa dia memberi payung itu kepadaku?
Kenapa dia mencari nomor ponselku? Dan kenapa dia menciumku? Apa dia ingin
membuatku tenggelam dalam sebuah harapan palsu?” Bisik Jaejoong lirih.
Suara merdunya terdengar bergetar dan serak.
Kyuhyun menganggukkan kepalanya.
Sementara Junsu menggelengkan kepalanya.
Jaejoong tidak peduli.
Ia menggigit bibir bawahnya mencoba menahan tangis.
“Aku memang
ingin jatuh cinta, Junsu ah, Kyunnie ah..Tapi bukan rasa sakit seperti ini yang
kuharapkan!”
“Kau bisa
belajar dari apa yang sudah terjadi Joongie ah, jangan pernah menyukai
seseorang sebelum kau mengenal siapa orang itu”
“Bagaimana
kalau aku sudah jatuh cinta padanya sejak pertama kali menatap wajahnya? Apa
itu salah?”
Hening.
Tidak terdengar sahutan apa pun lagi.
Jaejoong mendesah panjang.
Ia beranjak dari duduknya dan berjalan menjauhi kedua
sahabatnya.
Namja cantik itu terus melangkahkan kakinya sampai ke
depan gerbang sekolah.
Ia mendongak.
Langit hari ini tampak kelabu.
Gelap.
Mendung.
Kemudian rintikan mungil berjatuhan dari atas.
Gerimis.
Jaejoong menghembuskan nafas panjang.
Ia benci hujan.
Sangat benci.
Rain is
Hurt..
Jeongmall.
Namja cantik itu memutuskan untuk segera pulang ke
rumah.
Namun langkahnya terhenti ketika mata beningnya
menangkap bayang sesosok namja tampan yang berdiri di depan gerbang.
Mata bening Jaejoong bergerak pelan.
Walau namja tampan itu berdiri membelakanginya, ia
tahu siapa yang berambut cokelat seperti itu.
Postur tubuh itu, dan seragam khas itu.
TAP!
Jaejoong memutuskan untuk acuh.
Ia berjalan cepat dari gerbang.
Belum jauh ia melangkah, langkahnya terhenti ketika
pergelangan tangannya digenggam erat oleh jemari tegas milik namja tampan itu.
Jaejoong berhenti di tempat.
Tapi ia tidak menoleh.
“Apa lagi?”
Ujar Jaejoong sinis.
Namja tampan itu berjalan menghampiri Jaejoong.
Ia berhenti tepat di hadapan namja cantik itu.
Menabrak mata bening yang bulat itu dengan mata
musangnya yang tajam.
“Aku minta
maaf soal kemarin” Ucap Yunho.
Heh.
Jaejoong tersenyum kecut.
“Aku sudah
melupakan masalah kemarin, tenang saja”
“Aku juga
ingin bilang, kalau wanita itu bukan tunanganku, ia hanya teman masa kecil yang
ter-obsesi denganku Jae ah”
“Lalu? Apa
hubungannya denganku? Kenapa aku harus tahu?”
“Karena aku
mencintaimu”
DEG.
Mata bening Jaejoong bergerak pelan.
Bola mata yang bulat itu terlihat menggenangkan tetes
bening yang mulai menyeruak.
Gerimis berganti menjadi rintikan deras.
Sampai kemudian berubah menjadi hujan.
Jaejoong mengerjapkan matanya.
Membiarkan air matanya bercampur dengan tetes hujan
yang membasahi wajahnya.
“Bagiku cinta itu seperti sebuah payung di saat hujan..Ketika hujan
berhenti mengguyur bumi, maka payung akan tergeletak begitu
saja..Sendiri..Sepi..Usang..”
“Maka aku akan
selalu berusaha menciptakan hujan, dimana pun kau berada”
“Kau pikir kau
seorang dewa huh?”
Yunho menggeleng.
Ia tersenyum kecil.
Jemarinya terulur mengusap lembut pipi Jaejoong.
Menyeka tetes bening hangat yang bergulir dari kedua
matanya yang indah.
“Atau aku akan
tetap membawa payung bersamaku kemana pun aku pergi, menjaganya agar tidak
sendiri..Agar tidak kesepian..Dan agar tidak usang..”
“Hiks..”
Namja tampan itu mengecup lembut dahi Jaejoong.
Namja cantik itu memejamkan matanya perlahan.
Ia meringis saat Yunho memeluknya dengan erat.
Memberinya secercah kehangatan dari dingin yang
menusuk tulang.
Jaejoong menyurukkan wajahnya di pundak Yunho.
Jemarinya mencengkram erat punggung namja tampan itu.
“Hujan hari
ini terasa lebih indah dari pada hujan-hujan yang sebelumnya” Gumamnya pelan.
Yunho menarik senyum kecilnya.
Ia menunduk dan mengecup lembut tengkuk namja cantik
itu.
Kemudian ia memejamkan matanya sejenak.
Rain is
hurt..
Rain is
hurt..
Rain is
not hurt..
END.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar